Menjelang Ramadhan, membaca buku Mengisi Hati Tua dengan Bahagia --- plus membuka-buka catatan lama di Kuala Lumpur : “Nabi Ayyub berkata ……….tidak boleh berputus asa, mencari jalan mengatasi rintangan …………………….”
Lupa, lemah ingatan, apalagi pikun --- bisa dialami manusia di usia lanjutnya, bahkan mereka yang tergolong berusia lebih muda pun dapat lupa-lupa ingat , dapat mengalami gangguan memory.
Forgetfulness (pelupa) adalah mereka yang selalu lupa menemukan kata-kata, benda, nama orang, rupa orang, sulit sekali menemukan (recall atau retrieve) secara spontan, ketika dibutuhkan respons. Wah
Forgetfulness yang wajar, menurut Cummings dan Benson di usia 50-59 tahun (39 persen), kalau mereka yang mencapai umur 80 tahun, frekuensinya meningkat sejumlah 85 persen --- proses penuaan merusak sel-sel otak mereka, tentunya yang berfungsi untuk “proses mengingat” itu .
Buku tersebut, yang ditulis A. Setiono Mangoenprasodjo dan Sri Nur Hidayati selanjutnya menyatakan --- “……….. memori yang menurun adalah kemampuan menyebut nama benda (naming) dan kecepatan mencari kembaliinformasi yang tersimpan maupun mempelajari hal-hal baru………….”. Wah, sebelum menemukan rintangan ini, siapkan diri anda.
Tetapi ada yang membuat kita optimis, ini lanjutan tulisan mereka : “………….. Kemampuan kognitif lainnya seperti daya pikir, abstraksi, kemampuan berbahasa, kemampuan visuopasial tidak menurun dengan penambahan usia ………..”. Kemampuan-kemampuan tersebut primer untuk produktivitas --- dan dorongan produktivitas, dari pengalaman, adalah booster daya ingat. Hayo !
Daya ingat anda kriteria normal, kalau gangguan lupa hanya sekali-kali.
Ini tip menghindarkan ‘peristiwa lupa’ dari mereka :
1.Cek ulang hal apa yang perlu diingat.
2. Gunakan ceklis, catatan khusus (memory prompt)
3.Urut-urutan apa yang akan dikerjakan
4.Letakkan segala sesuatu di tempat semula (tertentu)
5.Sadarilah jika perhatian anda telah teralih
6.Usahakan agar anda tetap sehat (mental dan fisik)
7.Jadilah orang yang selalu siap menolong orang lain (?)
Yang ini tip dari Penulis, metode praktis :
a.Nabi Ayyub AS mempunyai kebiasaan saat meninggalkan rumahnya, setiap setelah mengunci rumahnya, ia akan menghentakkan kakinya ke bumi 3 kali --- saya praktekkan itu, saya mendapatkan kesadaran --- saya ‘ada’ maka saya berfikir. Saat saya berfikir saya waspada secara mental dan fisik. Eling lan Waspodo !
b.Saat saya sadar di manapun berada --- saya membuat gerakan apa saja 3 kali (termasuk menghitung kelap-kelip prompt di monitor) --- sadar saya ‘ada’ maka saya berfikir --- kalau saya berfikir semua sistem di tubuh dan mental bekerja seperti beberapa waktu yang lalu. Tetap normal
c.Biasakan bekerja secara Network-planning, ada flow-chart, ada diagram, ada mapping, ada urutan yang merangsang daya ingat anda.
Coba saja kalau tidak percaya --- pelan-pelan pelupa menjadi sifat anda. Kalau anda percaya, anda heran mengapa ingatan anda normal-normal saja. Lho !
[MWA] (Features – 67)
Bacaan : Mengisi Hari Tua dengan Bahagia; menjadi Manula yang sehat, produktif & optimis, a. Setiono Mangoenprasodjo & Sri Nur Hidayati, Pradipta Publishing, Yogyakarta, 2005.