Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Menapak, Bersimpuh, dan Menuruni Bukit Makam Pak Harto

10 Juli 2012   00:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:07 220 4

(1)

Sumilirnya angin di bebukitan dengan tanaman palawija

Orang-orang baru panen, sepinya pergerakkan orang-orang --- mana itu pertumbuhan ?

Aku bertanya dalam kerumunan rakyat jelata yang rindu ke peraduan Sang Pendekar Pembangunan

Orang-orang tua renta dengan nafas satu-satu langkah satu-satu, menatap ke atas masih terus menanjak …. Biarlah

Orang-orang muda hampir putus asa untuk mencapai altar bersimpuh mengadukan nasib.

Orang-orang lapar dengan menunggang ojek, mengejar-ngejar penumpang, pedagang tua renta mengacungkan : intip, intip, intip

Orang-orang perempuan membeberkan kaos-kaos : Tak tinggal, malah rekoso !

(2)

Pohon-pohon menjelang musim panas yang panas

Orang-orang menimbang panen ubi jalar --- wajah mengadah hidup yang bergulir dari generasi ke generasi perlu kepastian

Perlu perubahan

Perlu jaminan --- anak-putu harus terjamin lebih baik merdeka, sekali merdeka tetap merdeka

Merdeka adalah harapan nyata --- bukan janji kosong dan kebohongan, demi kebohongan --- kami menapak lagi

Nafas dan doa kami buatmu, bapak

(3)

Di Epitaph pualam doa rakyatmu dipanjatkan --- rakyatmu bersimpuh rindu dengan sapaanmu

Rakyatmu rindu senyum optimisme --- bisa memberi harapan dalam kemerdekaan, bukan hiruk pikuk agitasi pertumbuhan

Pertumbuhan yang dibayar mahal dengan kesia-siaan --- engkau lihat bangsa ini rapuh dari Sabang sampai Merauke

Bangsa ini goyah bapak

Bangsa ini mengalami dekadensi moral, karakternya runtuh seperti tebing yang longsor

Ratib pertumbuhan yang kosong --- moral dan falsafah Bangsa tertinggal dalam slogan dan poster.

Katakan : Tidak !

Ya, tidak ada harapan !

(4)

Pat papat

Matesih, Giribangun --- Karanganyar

Bapak, Indonesia kini membutuhkan Pemimpin Besar yang melebihi kemampuan dan kinerjamu

Rakyatmu muak dengan Pemimpin seperti kepik menghisap di batang padi.

Pemimpin pembohong seperti Togog menempel pada kekuasaan yang kopong dan puso

Untuk Indonesia, mereka bekerja menghasilkan puso belaka

Puso !

[MWA] (Puisi II -02)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun