Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

Karsiyem merasakan Gerak dalam Rahimnya; Tunting Wulandari membaca Kamasutra (DKNM #03/20)

15 Juni 2012   15:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:57 400 0

(1)

Di Pulau Penang Kolonel Rudolfo Maravia mendapat informasi bahwa pemerintahan Sultan Mahmud Alaudin Syah II, bukan saja ia masih berumur remaja --- tetapi elite yang berada di sekitar pemerintahannya adalah para pengkhianat asing.Kolonel Rudolfo Moravia tersenyum. membayangkan --- ke pesisir timur Pulau Sumatra, ia telah meyakinkan masa depan dirinya di perkebunan Bavaria, Jerman dan Swiss di Bandar Sinembah. Sebenarnya ia sudah tidak berminat pada peperangan --- ia ingin menjadi tuan Kebun di Sumatra Timur

 

Kolonel Rudolfo Moravia menginginkan Perang di Tanah Aceh ini adalah perang terakhirnya --- ia teken soldadu karena ingin memerdekakan Karsiyem, kekasihnya. Setelah itu ia hanya mengharapkan pesangon pensiunnya dari militer Hindia Belanda.

 

“Ah, Gubernur Jenderal harus bertindak sekarang ---Kerajaan Aceh dalam keadaan terlemahnya ! Tetapi mengapa Gubernur Jenderal James Loudon masih menunda peperangan --- apakah ia kuatir dengan intervensi Amerika Serikat dan Italia ?”

“Militer Belanda harus menggempur Aceh saat ini --- paling lambat tahun depan, dalam beberapa bulan ini. Aceh di bawah pemerintahan yang korup --- siapa itu Habib Abdurrahman Az-Zahir ?Apalah arti diplomasi Kerajaan Aceh saat ini, apa pula yang dapat dilakukan Panglima Tibang ?

Mereka itu hanya begundal Asing --- ingin melakukan pendekatan dengan Perancis, Amerika Serikat dan Italia ?Nonsens semua itu --- Turki juga tidak mempunyai daya saat ini !Aceh terpencil dalam pemerintahan yang korup !” Kolonel Rudolfo terkenang sesuatu ……………………

 

“Dewan Delapan …………….. ya Dewan Delapan adalah pejuang Aceh yang telah berhasil menghimpun senjata untuk pejuang dan Laskar Aceh, itu harus menjadititik perhatian --- Inggris harus memberi jaminan untuk menumpas anasir Aceh yang ada di Pulau Penang dan Semenanjung Melayu “. Tampak Rudolfo memandang jauh ke perairan Selat Malaka, seolah-olah ia melihat kelihaian Dewan Delapan mengatur pengiriman senjata untuk Laskar dan Pejuang Aceh ke pesisir Pulau Sumatra.

 

“Justru yang berbahaya adalah Dewan Delapan --- Inggris harus melumpuhkan anasir Aceh di Semenanjung …………….. Teuku Paya, Teuku Ibrahim danNyak Abbas harus disergap !”.Memang Rudolfo akan mengusulkan Dewan Delapan harus ditumpas dengan mengerahkan agen Hindia Belanda yang terdiri dari Kelompok Ho Liong To --- Geng Cina pembunuh bayaran.

“Panglima Tibang jelas telah bersekutu dengan Hindia Belanda --- hancurkan Aceh saat ini juga ! Kekuatan Kerajaan dan Laskar Aceh saat ini adalah terlemah.”

Rudolfo membakar cerutunya, lantas pergi ke bawah pohon di halaman untuk membakar beberapa lembar kertas --- ia akan segera ke Pelabuhan, ia akan berangkat kembali dengan Kapal Perang Citadel van Antwerpen menuju Tumasek kemudian ke Jawa.

 

“Aha alangkah bodohnya Panglima Tibang yang diutus mereka untuk membeli kapal perang untuk Kerajaan Aceh di Tumasek --- duit dan emas  Aceh habis kapal perang takkan dapat --- di darat dan di laut Aceh tidak akan berdaya --- Jenderal Swieten ayo putuskan gempur Aceh sekarang ini !”

Di anjungan kapal, Rudolfo Moravia jadi terkenang pada Karsiyem di desa Mengkowo, “Apakah Karsiyem pada kehamian 7 bulan ini masih mempunyai nafsu syahwat-kah ?”.

Rudolfo tersenyum membayangkan kisah kasih dan pergulatan seksnya dengan Karsiyem, sejak pertemuan pertama mereka di perkebunan teh Candy di Ceylon --- sampai kehidupan mereka sebagai suami istri di Pulau Penang.Kini Rudolfo memperkirakan kehamilan Karsiyem ssudah cukup besar.

 

“Karsiyem, kamu mengandung anak darah-dagingku, anak pertamaku --- ia akan aku beri nama Saladin --- Saracen, Panglima Muslim yang hebat di berbagai pertempuran dalam Perang Salib --- agar ia dapat hidup menjadi pemuda Jawa yang dicintai oleh Orang Jawa Muslim.”

(2)

Jenderal Elberg telah memutuskan Tunting Wulandari akan kembali ke Jepara dengan kapal laut dari Tanjung Priok Batavia ke Semarang --- mereka menantikan kedatangan kapal perang Citadel van Antwerpen …………………

 

Militer Hindia Belanda dengan komando tertingginya Jenderal Van Swieten --- akan melakukan rapat membahas usul Menteri Tanah Jajahan, van de Putte,dalam rangka Pax Nederlandica. Rapat dipimpin langsung oleh Gubernur Jenderal James Loudon --- juga dihadiri Kolonel Kroesen yang telah menyelidiki kekuatan Aceh dari arah utara Kerajaan Aceh; Kolonel Rudolfo Moravia yang akan memimpin Legiun Afrika telah menyelidiki kekuatan Aceh di Selatan Kerajaan --- di mana ia telah menghimpun sejumlah Hulubalang yang pro Hindia Belanda di Medan Deli di bulan Agustus 1872, sampai bulan September ia memeriksa persiapan perang dengan basis di Takengon.

 

Konsep peperangan Jenderal Elberg dengan Kolonel Rudolfo Moravia satu sisi --- berbeda dengan konsep Jenderal van Sweiten dan Jenderal Mayoor Kohler dan Kolonel Kroesen di pihak lain --- mereka ini sangat terpengaruh dengan cara berpikir Menteri Tanah Jajahan van de Putte.

Di luar masalah strategi Penakluk-kan Aceh--- Jenderal Elberg sedang membuat rencana mempertemukan Rudolfo dengan Tunting Wulandari dalam pesta dansa di Kapal Citadel van Antwerpen besok malam.

(3)

mBok Atun telah menganggap Tunting telah cukup dewasa dan berilmu dalam persiapannya akan menjadi Nyai Orang Eropa, apalagi yang didengarnya bakal jodoh Tunting Wulandari adalah pembesar militer Hindia Belanda.

mBok Atun akan menggelar ilmu seks tinggi Serat Susila Sanggama --- carane nyenggamani, carane nyaresmi --- cara bersenggama. Peranan organ seksuil Sejatining Lanang (lingga) dan Sejatining Wadon (yoni).

Tunting tersenyum simpul membayangkan adab Jawa dibanding dengan roman karya Orang Belanda yang baru dibacanya --- buku pilihan dari hadiah Jenderal Elberg, pembelian dari Batavia ……………. Ia merasa siap untuk melayani nafsu tuannya, Orang Londo yang akan menjadi jodohnya --- yang konon sedang pergi berperang ke Kerajaan Aceh.

 

Tunting bukan saja siap rohani dan jasmani --- tetapi ia telah pula siap dengan ilmu Jawa bagaimana menjalankan misi nenek Moyangnya mBah Buyut Arum Purnami --- yakni biarlah menjadi Selir, tetapi anak keturunan harus ada yang jadi Pangeran.

Tunting saat ini bukan saja perawanan Jawa yang akan menjadi Nyai --- tetapi ia juga adalah perempuan Jawa yang telah pula mengerti filsafat Barat, yang menyangkut perjuangan kelas dan hak-hak kemerdekaan manusia.

[MWA] (Damar Kurung Nyai Moravia; novel bersambung #03/21)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun