Uniknya di Indonesia --- setelah gegeran barang impor yang bisa diproduksi dan dikembangkan di Indonesia, tentu seperti tidak ada yang bertanggungjawab atas impor itu. Lantas ? Siapa importir Garam ? --- Adalah. Siapa importir beras ? --- adalah; siapa pula yang mengimpor Kentang ? Tentu ada, entah importir entah penyelundupan. Gula, Barang Kelontong, Barang Elektronik, Tekstil, macam-macam kebutuhan Pasar Indonesia. Bagus untuk instrument Anti Inflasi. Tetapi siapa yang harus dikorbankan dalam fakta ekonomis ini ? Siapa yang bisa dirugikan ? Tentu Sektor Pertanian dan Sektor Industri yang bisa menghasilkan barang sejenis. Tetapi itu tadi, Indonesia mendapat Instrument Anti Inflasi. Lantas siapa yang dirugikan oleh Tindak Penyelundupan atau Kong kali Kong ? Tentu Sumber Pendapatan Negara harus berkorban --- pajak, cukai dan bea mungkin tidak terpungut. Lantas ke mana Capital Inflow dari importasi bisa dikembangkan ? Tentu masuk ke Pasar Modal Indonesia "yang terpelihara iklimnya " --- berbunga tinggi dan yield-nya juga tinggi. Tinggal digoreng dan bumbui dengan rumor, karena dominant dan canggihnya para investor Internasional itu. Lantas ? Tunggu saja kalau ada pasar atau trend yang lebih menguntungkan --- namanya juga pengusaha-investor-spekulan Internasional. Lantas ? Lantasnya --- kalau hot-money dan uang spekulasi itu masih dan makin tentram --- Indonesia untung lagi, Cadangan Devisa bisa mantap, kurs bisa dikendalikan. Wah ? Keserakahan mereka terpuaskan.
Kan ada Sumber Devisa lain yang mantap --- murah, meriah dan mudah. Ekspor TKW/TKI. Indonesia Hebat ! Makanya Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi harus stabil dan terkendali. Lho ? Sampai kapan trik ini bisa bermanfaat bagi Indonesia ? Selama Kekuatan Asing bisa menguasai Sumber Daya Management Indonesia, Pasar Indonesia, dan Kebijakan yang selaras dengan Ideologi "Keserakahan Wallstreet" yang dimainkan oleh Kaum Neo apa pun --- karena keserakahan tidak mengenal Kemerdekaan, Konstitusi, Batas Negara, Kebangsaan maupun Jenis Mata Uang. Maksudnya ?
Keserakahan itu suatu filosofi " Melipat-gandakan Kekayaan" --- hiruk pikuk pasar dan analisisnya, meninabobokkan Politisi, Buruh, Tani dan Nelayan serta Rakyat Kere dengan Utopia Keadilan dan Kemakmuran.
Pemerintah dan DPR + DPD perlu memperhatikan Sumber Daya Pasar Domestik --- jangan dijajah Ideologi Asing ! Kasihan Proklamasi Kemerdekaan. [MWA] (EkonomiNet - 29)
KEMBALI KE ARTIKEL