Sahibulhikayat dikisahkan dua kakak-beradik Mambang Yudono dan Mambang Diyazit diusir dari Negeri Angkola di Tanah Hindustan --- tidak diceritakan perjalanannya. Mereka tiba di Tanah Semenanjung Melayu. Berteduh di bawah naungan pohon Bunga Langgai.
Dikisahkan adalah Orang setengah baya berbadan gemuk --- dialah Sang Togog yang juga mencari sebuah negara yang akan diabdi.
“Hai satria manusia kembar --- dua warna dua rasa, yang berbadan besar pembohong, yang berbadan kurus citra-pesona, apakah betul tuanku berasal dari Hindustan ?”
Segera terkesiap hati satria berdua --- seperti orang linglung telah berada di Negeri Orang, mereka lupa Aji Gineng yang diberi paman Indrajitsingha --- telah menerbangkan mereka begitu cepat ke Wetanwot. Mungkin bak secepat kilat Kudasembrani dari Tanah Persia.
“Hai paman apa kiranya Negeri yang kita berada ini --- kami berdua anak keturunan Prabu Parikesit cucu Pandawa. “
“Hamba Togog Wijamantri --- punakawan Satria ambisius dan berakal panjang --- kini, satria, patik sedang mencari Negeri Bojongesia untuk tempat mengabdi”.
“Maaf paman, kami berdua adalah orang buangan karena melanggar sumpah, kami dijuluki si Pembohong dan Pangeran Dusta --- diperkenankan kembali ke Negeri Angkola apabila berhasil membawa Minyakangin dan Uang Perak --- untuk memenangkan perebutan kekuasaan 2 tahun mendatang”
“Baiklah satria, beta mengabdi padamu berdua --- seperti patik berucap tadi --- patik pengabdi pada Satria ambisus dan berakal panjang”
Tidak diceritakan kisah sampainya ketiga manusia itu --- telah pula dapat mengabdi di Keratuan Bojongesia. Konon diceritakan di dalam Babad Orang Melayu berdiam di Tanah Jawa --- Bojongesia diperintah Ratu Lomlomawati.
Dengan tipu muslihat --- jadilah Mambang Yudono menjadi Patih di Bojongesia, dikisahkanlah karena Minyakangin dan Uang Perak menjadi proyeksi Mambang Yudono dan Mambang Diyazit --- tak terperikan akal-akalan diperbuat mereka.
“Kanjeng Ratu --- Bojongesia akan kami gabungkan dengan Negeri Angkola dalam 2 tahun ini. Ada 5 kerajaan : Wetanwot, Kembang Hambalang, Perak, Paktani, dan Pane. Sebagai sekutu Bojongesia untuk ke Baratayudha merebut Angkola.”
Ratu Lomlomawati terdiam --- ia mengagumi kelicikan Patih Mambang Yudono menelikung ke-6 kerajaan Tanah Melayu untuk merebut Negeri Angkola sudahlah pasti.
”Tetapi patih, apakah telah engkau peroleh Minyakangin dan Uang Perak yang menjadi syarat --- kamu berdua boleh menjejakkan kaki di Tanah Angkola ? “
“Kanjeng --- Uang Perak telah kita kuasai penuh dari Kerajaan Perak dan Kembang Hambalang, tidak usahlah baginda ratu berkecil hati --- akal bulus Togog Wijamantri telah mendapat “inovasi tenaga angin” --- begitu tiba di Negeri Angkola, kita bagikan bukti kepada segenap Ponggawa dan Bangsawan, tidak terkecuali Sang Ratu cucu Begawan Parikesit --- terutama para Kawulanya. Biarlah paman Indrajitsingha akan mengaturnya. “
“Menurut Togog Wijamantri --- sementara prajurit, ponggawa, ningrat bangsawan berebut menghitung uang perak yang diolesi balsem getah jelutung --- saat itulah paman Indrajitsingha akan mengajarkan Ratu dan Kawula menghembus pelembungan tenaga angin --- Baratayudha itu akan penuh riang gembira --- saat itulah Angkola direbut wadyabalad Bojongesia ! ”
“Lantas kanjeng ……………”
“ Lantas kanjeng, Kerajaan Bojongesia bisa menguasai Tanah Hindustan --- karena Budaya Minyakangin dan Pelembungangin bisa mengalahkan Budaya Kembang Api mercon Kerajaan Cina ……………..”
“ Menurut paman Togog Wijamantri, saat itulah tiba Ratu Angkola akan mengakui : ‘ Rahadian Mambang Yudono dan Mambang Diyazid --- kamu berdua Ingsun tahbiskan menjadi Patih Di Raja Laksamana Lela Tanah Pusaka Begawan Abiyasa …………………. Ingsun bersumpah : Pabila keturunan Prabu Pandudewanata tidak ada, maka tujuh turunan-mu bergantian menjadi Panembahan Angkola, sebagaimana impian kamu berdua’ ………………”
Akhirulkalam tidak diceritakan pula, apa hubungan Piramid Gunungpadang dengan Kerajaan Angkola di Tanah Hindustan. Baiklah kita baca apakah ada babad lain mengenai hal itu. Mungkin dari Babad Pangeran Santos.
[MWA] (Wayang Kontempoter -18)