Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Nasib Wati Dipermainkan Robot

28 Maret 2012   11:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:21 174 0

(*)

Makin mendekati akhir bulan Maret, makin ruwet pikiran Wati --- mentalnya terkadang blank, gelap sementara menyirnakan belit-belitan keruwetan. Kepada siapa ia akan mengadukan nasibnya ?

 

Hari Kamis 15 Maret Pak Santo memanggilnya ke kantor --- 2 hal yang dibicarakan boss outsourcing itu. Kedua hal itu harus menimpanya. Keduanya pahit.Ia akan tambah sengsara.

 

Senen tanggal 19 ia telah mulai bekerja di Bagian Sanitasi --- cleaning service, sepanjang hari janinnya menjerit-jerit di tabung rahimnya.Wati muntah-muntah, makin sering muntah-muntah.

Janin itu sepertinya mual, pada hal ibunya telah menyerah pada nasib.

 

Malam Jum’at setelah dipanggil pak Santo --- ia mengadukan nasibnya pada suaminya Totok yang bekerja sebagai bagian Cleaning juga di Restoran Waralaba --- Totok hampir merasakan cekikan begitu mendengar laporan isterinya. Mereka telah menikah 9 bulan, baru saja merasakan kebahagiaan.

(**) 

Wati saat ini hamil 3 bulan --- mereka berpisah hidup dari ketiak mertuanya, ayah dan emak si Wati, ini baru bulan ke-3 --- mereka sangat berbahagia bisa mengontrak kamar kos Rp. 250.000-an.Mereka sangat berbahagia rasanya.

Mereka mempunyai kamar sendiri --- mereka selama ini seperti pengantin kembali, Cuma bu Bidan Dedeh memberi beberapa tips untuk kesehatan dan keamanan kandungan Wati.

Malam Jumat yang lalu, walaupun Totok mencapai orgasme, ia merasakan emosi istrinya tergoncang --- tampaknya Wati tidak nyaman.Bahkan katanya, hatinya tidak enak , begituan juga tidak enak.

Sejak itu mereka jarang menggunakan kesempatan bersuka-suka, menikmati malam-malam yang indah, (bangun pagi hati berbunga) --- biar gaji pas-pasan, mereka bersyukur. Tetapi makin mendekati 1 April mereka merasa makin merana --- pertemuan di rumah kos sepulang kerja, malah membarakan kesumat, mengapa Allah sepertinya tidak adil ?

Mereka baru saja menikmati kebahagiaan, mengapa ya Allah Engkau renggutkan ?

 

Dua adik Wati yang ikut dengan mereka --- sangat melegakan kedua Orang tua Wati. Rencananya akan dipindahkan ke SD terdekat, agar jangan mengeluarkan ongkos transport. Kini beban itu menjadi ancaman.

 

(***)

Apabila telah membersihkan toilet sesuai jadwal --- Wati menghindar ke bawah bayangan pohon mangga. Di sana ia mengadu kepada Allah --- tolonglah ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, berikanlah kami pekerjaan yang membawarejeki.

Dari sana ia melihat ke arah Pintu Gerbang A --- tempat yang nyaman selama 11 bulan lebih ia tekuni. Ia pandangi mobil-motor keluar masuk. Dulu di gardu itu ia berdua dengan Silvy, sahabat sehatinya.

Silvy selalu membantunya bila ia merasa mual ingin muntah. Memijit kuduk dan bahunya.

 

Ia senang mengulurkan tangan untuk memberi karcis --- ia kagum melihat tangan mulus ibu-ibu muda yang mengemudikan mobil mereka.Wanita-wanita kaya yang berbahagia.Terkadang ia bangga kalau tangan usil bapak-bapak yang mengambil kesempatan menjamah tangannya. Dasar !

 

(***)

Wajah pak Santo dingin sambil mengatakan : “Wati kalau kamu tidak berkenan di Bagian Sanitasi, kebetulan Kontrakmu berakhir 31 Maret --- tidak diperpanjang”.

“Pak, tolong pak --- saya sedang hamil, pertukarkan tempat saya pak --- 6 bulan lagi anak saya lahir --- kalau saya tidak mempunyai gaji --- saya tidak bisa menabung pak”

“Nanti saya usahakan pindah ke Gardu Parkir di Pelabuhan Priok…………….. tetapi belum pasti lho, anggap saja kamu telah kehilangan pekerjaan……………. “

 

Kejam nian pak Santo (dalam hati Wati) , ke Priok mungkin ia harus pindah angkot 3 kali --- jalan lagi apa ngojek, aduh ………… ya Allah(“ ………… anggap saja kamu telah kehilangan pekerjaan ……….. “).

Wati begitu menyadari air matanya bergulir, malah tambah ternyuh ……. Ia menangis sejadinya, mengesot ke tanah untuk menyandarkan kepala dan badannya ke tembok taman. Tiada siapapun yang melintas …………… Supermarket baru buka satu jam lagi.

 

Wati memandang jauh ke Pintu Gerbang A --- tongkat kuning, tangan palang yang otomatis menutup dan membuka itu masih terdiam……. Satu lagi “benda otomatis” yang telah mengenyahkan dirinya dari gardu sempit itu ……… Robot seperti lemari, yang bila pengemudi menekan tombol biru, benda itu akan mengeluarkan karcis…………………….

“Ya Allah yang Maha Adil selamatkanlah janinku ini, berikanlah aku pekerjaan yang adil --- yang memberikan rejeki yang halal bagi anak-ku”

Ia tersentak --- mendengarkan sorak dan yel-yel : “ Harga BBM naik --- Susilo turun !”

“Ya, Allah jangan Engkau bebani kami dengan percobaan yang kami tidak mampu memikulnya”. Wati menyerahkan nasib keluarga kecil dan janinnya kepada Allah.Ia ingin muntah lagi.

[MWA](Cermin Haiku -29)

 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun