Indonesia Negeri Dinamis, kinerja retrogresif, dan Lemah --- seperti Lukisan Dali; kalau Orang Bodoh --- pasti tidak dapat mengerti, memerlukan muslihat mental mencernanya.
Salvator Dali (1904-1989) --- pola pikir Pelukis Spanyol itu mirip Orang Jawa, futuralistik dan metafisis. Entah mBah Joyoboyo dan Ronggowasito yang diikuti, atau akal-akalan Ken Arok. Pokoknya secara Pragmatism “sampai di Puncak Kekuasaan”. Lantas langgengkan sampai Cicit-mencit !
Kalau Dali mengikuti mBah Sigmund Freud --- “Kebingungan sistematis”. Dia seniman yang hebat, dapat menggunakan berbagai media untuk menghasilkan karyanya.
Andaikan, kita berkesempatan menyaksikan Lukisan Surrealistik-nya --- ada yang menggambarkan Kromosom Mata Ikan , yang mempunyai harmoni dengan proses disintegrasi (?), lha angel kiyen.
Dilukisan “Persistance of Memory” --- disadur, Urutan Akal-akalan dalam Memori. Digambarkan panorama, ada genangan air, seekor ikan dengan matanya yang harmonis ---- ada dua bentuk jam yang lumer seperti ikan (menakutkan) --- pada komposisi berbentuk bata dan paving, ada lagi lumeran “jam”.
Terserah anda --- bingung, kuatir, takut, sampai goncang jiwa.
Lukisan Salvator Dali, The Great Paranoiac (1936) --- wah, mirip nasib Bangsa, Rakyat, dan masyarakat Indonesia --- saat ini. “Ketakutan Ageng yang sulit Dimengerti”.
1. Takut mengenai apa ?
2. Kuatir tentang apa ?
3. Bingung disebabkan apa ?
4. Tidak mengerti Mengapa ?
Pertanyaan mendasar yang dinyatakan Rudyard Kipling, Sang Filosuf USA --- 5W dan 1 H.
Enam sahabat yang cerdas.
Arsitek yang menguasai NKRI --- tersenyum, tertawa terbahak-bahak, dan meneruskan akal-akalan ala Ken Arok.
“Bagaimana Kamu Sekarang ?”
Rakyat pun harus bertanya “Bagaimana Mau-mu Saja ?” .
“Rakyat, jangan tunggu ‘siapa Ratu Adil atau Satrio Piningit’ --- tetapi rumuskan ‘Bagaimana’ mengatasi Negara yang morat-marit ini “ (Kroco ).
Mereka memelihara Jenglot Makuthang untuk melanggengkan Kekuasaan; Rakyat harus menarik Pulung yang telah dititipkan --- biar amblas angine !.
[MWA] (Karikatur Sospol -46)