Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

Cincin Baiduri Teh dengan Selendang batik Pekalongan Hijau (Novel BCDP-04/07)

25 Februari 2012   16:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   09:20 302 0

(1)

“Mandinya di mana ?”

Mila memandang yang dinamakan kamar mandi itu --- gribig sekedarnya dengan penutup pintu kain. Memang begitu kamar mandi kerakyatan.

“Mandilah dengan berjongkok, kalau tidak mau kelihatan orang, dan Mila saling melihat pula’

“Jongkok juga kelihatan --------- aaaaaaaaaah”Mila harus membiasakan diri.

“Jagain --- shampoonya ada ?” . Mila memang harus membiasakan diri --- perumahan Mila di Jakarta juga berdempet-dempet.Banyak sekali kemungkinan untuk saling mengintip, atau tetangga saling numpang mandi.

Mila menyadari itulah mandi junubnya yang pertama --- selama ini mandi basah total hanya dilakukannya, selesai masa haid saja.

Selesai mandi Mila duduk berjemur di bawah pohon waru --- angin pagi di pantai Parangtritis antara jam setengah sepuluhan --- Orang mulai ramai, musik mulai ramai, di warung mbak Yeyet tampak ada beberapa tamu. Minum kopi, atau makan mie instant.

(2)

Bu Lik menelpon Mila --- miscall.Mila bimbang apa ia menelpon atau biarkan saja. Ia jadi teringat pada riwayat dirinya kini.Janda bukan gadis pun tidak. Ia telah menyerahkan keperawanannya kepada Bejo. Ia ingin Bejo segera menikahinya.

Bejo datang membawa baki sarapan --- ia membuka kresek plastik

“Aku sungguh cinta padamu Mil --- ini selendang floral warna kehijauan, penuh bunga warna pink. Hanya selendang--- warna hijau adalah warna kebesaran Kanjeng Ratu, kamuadalah kawulo-nya. Aku cinta padamu ……………..” Bejo menarik jari manis tangan kanan Mila.

“Kamu harus memakai cincin ini --- harap cincin nilam hitam itu kamu simpan, jangan dipakai lagi -------------- baiduri teh sesuai dengan kepribadianmu, yang lembut, tetapi panas --- bersemangat, dan membawa keberuntungan ……………”

Mila mematut cincin coklat kehijauan, bersinar dari guratan Kristal di dalamnya. Mereka

berciuman. Baru Bejo menyadari ketika jemarinya menyusup di rumpun rambut Mila yang basah.

“Bu Lik telah miscall dua kali, mas”

“Malam ini kita masih berdagang di sini --- kamu kuatir menghadapi tantangan ?”

“Tidak, kalau aku takut, aku tidak ikut kamu --- aku siap menghadapi tantangan dan halangan, termasuk penolakan ayah.Kamu bersungguh-sungguh ‘kan ?”Bejo hanya tersenyum.

“Okay malam ini kita masih di sini”.Mereka berpelukan erat di bawah bayangan pohon randu.Orang lalu lalang pun saling berangkulan.Mila tersenyum mengenang peristiwa dalam hidupnya subuh tadi. Memang suasana di Parangtritis terasa makin romantis.

Angin mulai menderu kencang --- ombak bergulung bergelombang. Memecah di bibir pantai.

Mila menelpon Bu Lik --- biasa-biasa saja. Tidak ada telepon dari Jakarta.

(3)

Mila dan Bejo merencanakan pulang besok --- mengatur 2 calon pembantu yang akan dibawa ke Jakarta.Mila akan pulang ke Jakarta rencananya tanggal 4 Januari, Bejo akan menyertai mereka.

Mereka membuka dasar dagangannya di Parangkusumo --- Bejo yakin suasana magis di situ membawa kelarisan dagangannya. Batu akik, permata, dan batu bertuah.

“Mas, batu combongmu menaklukkan-ku --- bukan semata-mata batu itu mempunyai angsar, tetapi aku pun kuat berdoa menjelang tutup tahun 2011 --- aku harus mendapatkan suami, aku sudah ingin mempunyai anak.”

(4)

Bu Lik memeluk dan menciumi Mila ketika berjumpa di beranda --- “kamu berani Mila !”. Mila menghindari tatapan mata Bu Lik.

“Dua malam di Parangtritis apa saja yang kamu kerjakan ha”. Mila membuang mukanya ke arah jendela.

“Kami asyik berdagang Bu Lik”

“O ala, justru bu Lik mendapat pengalaman baru di malam tahun baru --- bagaimana kamu melewati tahun baru berdua dengan Bejo ………………….. kamu tidak memanfaatkan si Bejo, yang kamu puji-puji --- lelaki yang aroma tubuhnya engkau sukai”Tanya bu Lik mengajuk.

Mila menarik nafas dalam --- “ Lik, aku akan menikahi mas Bejo !” Bu Lik tidak menunjukkan emosi apa-apa, ia malah bertambah ceria. “Nanti bu Lik ceritakan pengalaman Bu Lik dengan seorang brondong !”

“Lho Bu Lik mendapat pasangan brondong ?Gemes aku !”

Mila menceritakan rencana pulang ke Jakarta 2 hari lagi --- mas Bejo menyertainya pulang, ia akan melakukan fait a compli kepada ayahnya.

“Kamu berani ?” Mila mengangguk saja --- baru disadari Bu Lik, tampaknya Mila masih dua malam di rumahnya, akan melanjutkan bulan madu dengan Bejo.

“Lik, aku ingin segera menikah dan mempunyai momongan --- itu rencana hidupku, walaupun harus menentang ayah. Ayah hanya bersikap tidak adil --- aku telah menjadi perawan tua”.

Kata-kata ‘perawan’ bergaung ganjil di dalam tempurung kepalanya --- kondisi yang tidak lagi memagari dirinya --- ia telah menjadi perempuan saja. Perempuan yang akan melahirkan anak-anaknya. Tugas biologis alamiahnya.

[MWA] (Buah Cinta dari Parangkusumo – bersambung 04/08)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun