“Memang pak --- di dalam suasana Budaya Korupsi di Indonesia ini.Di dalam KPK bisa saja ada Burisrawa --- Orang yang seperti Pungguk merindukan Rembulan --- Orang yang merindukan menggali Kekayaan; kesempatan Alap-alap merebut mangsa dari Gagak hitam yang kalut.
Di luar juga berapa banyak Orang dan Oknum yang tertangkap --- memeras --- sebagai Intel Palsu, BIN palsu, KPK palsu, Jaksa palsu, pejabat Kepolisian palsu --- juga Surat Tugas palsu dan ’bersuara palsu’, memperebutkan Harta karun obyek Korupsi.
Penegak Hukum harus bekerja keras menyelamatkan Misi Pemberantasan Korupsi ini.
Siapa Burisrawa?
Raden Burisrawaadalah putra Prabu Salya dari Negeri Mandaraka --- komplotan para Korawa mempersiapkan Perang Baratayudha --- komplotan Koalisi para Penjahat Angkara Murka.
Burisrawa berwajah raksasa, tamak culas dan khianat --- wajah dan wataknya begituan, karena terkutuk mengkhianati ikatan cinta --- Prabu Salya (Raden Narasoma) malu menerima kenyataan bahwa Mertua-nya berwajah raksasa.
Maka Raden Burisrawa terlahir dengan wajah dan sosok raksasa.Satria Madyapura itu pintar menyembunyikan watak aslinya --- yang culasdibalik tertawanya yang ngakak itu.
Sepanjang hidupnya ia digambarkan sebagai seekor Burung Pungguk yang merindukan Bulan --- ia merindukan Dewi Sumbadra, isteri Raden Arjuna --- penengah Pandawa.
Di banyak episode cerita Perwayangan Purwa --- Burisrawa menyamar, mengendap-ngendap, malih-warna, untuk menjalankan perannya --- sebagai penjahat untuk mencapai tujuannya.
Seperti juga Perang Baratayudha yang filosofis --- perang Kebenaran melawan Kebathilan --- niscaya Burisrawa akan mati ditangan Raden Arjuna, tokoh Rakyat yang membela KPK --- Perang Pemberantasan Korupsi adalah perjuangan heroik demi kelangsungan hidup NKRI.
[MWA] (Karikatur Sospol – 19)