Mulailah anda membayangkan Squidward --- teman Sponge Bob serial kartoon anak-anak di TV. Ya, Makuthang adalah  anak multi-cacat --- ia produksi Indonesia yang diproses di Jaman Pendudukan Dai Nippon. Mungkin ia berasal dari janin yang ibundanya kekurangan gizi.
Â
Makuthang adalah Janin korban H.O  jaman Dai Nippon --– Hunger Oudem; kalau jaman Indonesia Merdeka --- diberi terminology , KKM Kemungkinan Kurang Makan (apa yang mau dimakan ?); Gizi Buruk (makan sedapatnya); Salah mengkonsumsi Obat (hati-hati, konsultasi selalu dengan dokter selagi hamil, kecuali kamu tinggal di daerah tertinggal atau di perbatasan, miskin pula).
Â
Makuthang !  Makuthang ! Makuthang !
Â
Itulah sorak-sorai anak-anak sekolah SD ketika mereka telah selamat menghindari tempat Makuthang didudukkan Orang tua-nya --- anak-anak berlari-lari melewati pepohonan dan pohon-pohon pisang di kebun Orangtua Makuthang.
Â
Anak-anak pergi-pulang sekolah melewati tempat seram itu --- karena lintasan paling dekat ke Sekolah Taman Siswa. Pada umumnya mereka anak-anak sekitar Jl. Jafaris, Ismailiah, dan Jl. Puri.
Â
Setelah melewati rumah Pak Komico (Ketua RT Jaman Jepun), lantas memotong garis tengah Lapangan Borshokai ---- pagi sepi di sana, petang tempat berlatih sepak bola anak-anak muda --- atau tempat bertanding kompetisi kampung.
Â
Makuthang --- Makuthang. Bunyi itu selalu menggoda bila teringat sosok yang ujudnya seperti gurita si Squidward itu. Di kelas, dirumah, di sekolah, dibicarakan sepanjang perjalanan ke sekolah atau pulang sekolah. Makuthang selalu terbawa-bawa.
Â
Anak itu kira-kira sebaya dengan anak-anak sekolah itu --- ketika itu berumur sekitar 8 atau Sembilan tahun. Jadi Makuthang mungkin lahir pada tahun 1942 atau 1943.
Â
Tidak tahu pasti apakah memang anak itu bernama Makuthang --- tetapi anak-anak sekolah telah mendapatkan nama itu : Makuthang.
Â
Makuthang bergaung, bersiponggang di dalam otak, memori dan emosi anak-anak sekolah itu.
Â
Orangtua Makutang pun tiap pagi mengusung anaknya ke halaman rumahnya, berjemur dan membiarkan Makuthang menikmati hari pagi.
Â
Bagi Makuthang pun hari pagi adalah kegembiraan tersendiri --- ia selalu tersenyum ( lebih tepat menyeringai) menampakkan giginya yang tumbuh malang melintang, seperti rongga mulut ‘Naga Air’ --- ia menyeringai ke segala arah dengan kepalanya yang dipangkas gundul, batang lehernya tampak panjang-ginjang seperti begu ganjang (hantu di kalangan Orang Batak).
Â
Memang rangka tubuh Makuthang ada kelainan juga --- ruasnya panjang-panjang, baik tangan-lengan, maupun tungkai dan pahanya. Sorot matanya tajam dengan bulu mata yang lebat. Kalau berani mengamati bulu matanya pun panjang lentik.
Â
Ia pun tampaknya menanti riombongan anak-anak sekolah --- jauh-jauh  masih rombongan anak-anak itu --- berlima atau ber-enam, atau lebih. Si Makuthang telah melonjak-lonjak dengan pantatnya yang tepos, sementara kakinya berbelit-belit seperti  si Squidward.
Â
Ternyata Makuthang pun memang menikmati sorak-sorai anak-anak sekolah itu. Ia gemar dengan teriak-teriakan : Makuthang, Makuthang, Makuthang (sambil berlarian ketakutan melihat wajah dan polah sosok anak cacat itu).
Â
Makuthang sangat berbahagia menyaksikan anak-anak itu berlarian ceria dengan bersorak-sorai dan tertawa terbirit-birit.
Â
Makuthang melonjak-melonjak, melunjak-lunjak, menantikan rombongan anak-anak berikutnya.
Â
Tersimpan di memorinya sekedar keceriaan kanak-kanak ---- apabila rombongan anak-anak sekolah telah habis berlalu. Anak-cacat itu berteriak-teriak dengan suaranya yang serak. Menyeringai menakutkan Orang lewat yang melihatnya.
Â
Ia terus=menerus bergerak, melonjak-lonjak, terkadang berguling-guling, meringkuk seperti setumpuk tulang belulang --- seperti seekor gurita yang kurus.
Â
Makuthang melonjak-melonjak di atas bale-bale reyot itu dalam keadaan telanjang bulat. Ia menyeringai melipat bibirnya.
Â
Makuthang --- Makuthang --- Makuthang !
Â
Â
[MWA] (Paranormal -25)