Tadi malam Nyonya Ratri menjamu ketiga anak lelakinya beserta istri masing-masing, Markus hadir juga di pertemuan itu,di sana juga hadir Ramina dan Nyonya Tris, dua sahabat Ratri, lantas Ori sang sekretaris.
”Acara pernikahan pagi besok --- singkat saja. Setelah akad nikah diselenggarakan jamuan kecil minum kopi, teh dan sejenisnya plus hidangan ringan saja--- lantas semua anak, menantu, cucu-cucu beserta undangan terbatas --- mama undang ke proyek pyramid di Cicurug.Kita adakan pesta kebun sambil menyaksikan kemajuan proyek Taman Budaya “.
Ratri tampil dengan kebaya panjang chiffon putih, dengan bermotif seperti brokat,pangkal lengan dengan sedikit menggelembung --- dada tertutup dengan sebaran kerutan dari krah Shanghai hingga ke bidang dada, menyebar. Ia berkerudung ala mbak Tutut. Tampak sekali kostum ini ada nuansa Melayu Deli.
Garis kebaya panjang itu membelit pinggul Ratri samar-samar, ia memakai sarung motif batik perpaduan dengan corak plekat bermotif songket Melayu --- konon itu dipesan khusus batik tulis Cerbonan --- warna dasar putih dengan nuansa biru tosca yang lembut,
Tampak setelah akad nikah mereka berjalan serimbit --- Markus Anthonius Abdurrakhman membimbing tangan Ratri --- tampak di jari manis mereka masing-masing sebentuk cincin emas putih bertatahkan berlian. Samar-samar terkadang menyembul gelang semacam bangles emas putih dengan motif Minagkabau --- bertatah berlian dengan nuansa batu pirus berwarna hijau tosca.
Ratri tampak ayu dan anggun. Ia tampak sangat berbahagia.
Memang tampak sekali raut wajah berbahagia pada pasangan itu --- Markus berpakaian potongan Melayu dengan krah cekak-musang. Ia bersongkok muslim dengan kain samping, songket Batubara berbenang perak dengan dasar hijau tosca.
Perjalanan Jakarta – Bogor bergantian cerah, mendung, hujan gerimis, lebat dan terang kembali --- sepanjang Jagorawi pepohonan sepertinya menghijau mengayubagya kedua mempelai. Mereka tetap masih berpelukan.
Ada barangkali sepuluhan mobil di lapangan parkir yang masih dalam pembangunan itu ---di lapangan dengan pertamanan yang tampaknya lebih dahulu diselesaikan --- tampak ada dua kemah putih sebangun dan satu kemah yang lebih besar.
Nyonya Ratri menjelaskan kemajuan proyek piramidnya --- community development berupa bantuan pada pesantren terdekat, dan pendekatan pada masyarakat yang nantinya komponen penunjang usaha pertanian dan pendidikan Yayasan Ratri.
Di samping Taman Budaya di sana juga Nyonya Ratri akan mendirikan Pesantren Modern berbasis kurikulum Islamiah dengan basis pendidikan Pariwisata dan ekonomi kreatif.
“Saya dan mas Markus melengkapi Taman Budaya ini dengan grup Wayang Wong Sri Wijaya --- yang beragenda pertunjukan di Taman Budaya dan di Jakarta, tetapi juga berlanglangbuana pula ke seluruh Indonesia dan Asean. Insya Allah ke seluruh dunia internasional.”
“Proyek Taman Budaya ini adalah milik kami berdua, di samping kami mempunyai saham pribadi di Pabrik Ban atas nama mas Markus, dan beberapa investasi pribadi saya di berbagai perusahaan --- anak-anak saya mempunyai usaha masing-masing, hanya di Pabrik Pakan Ternak di Lampung yang merupakan usaha patungan kami.Untuk mendukung proyek mencerdaskan Rakyat dan memajukan Ekonomi Kerakyatan --- kami berdua berpatungan dengan ibu Tris, kami juga mempunyai pabrik jamu herbal dan supplemen kesehatan di Wonogiri. Tahun ini juga kami akan mengundang dan mengajak krabat dan kawan-kawan terdekat untuk bersama-sama mendirikan hotel di Ciawi, sebagai chains usaha pariwisata dan ekonomi kreatif”
Setelah berdialog dilanjutkan standing-party --- banyak kawan-kawan dan kerabat mereka yang kagum dengan prospek usaha dalam tali perkawinan yang sudah mulai dibangun ini.
“Ini bukan semata-mata perkawinan --- ini adalah perwujudan dari percintaan kami berdua. Salah satu dari kami mungkin bisa mendahului yang lainnya --- tetapi perkawinan ini didasarkan pada percintaan --- hanya kematian yang bisa memisahkan kami”.
Sungguh indah penutup presentasi dan resepsi nyonya Ratri.Langsung saja Markus Anthonius Abdurrakhman meraih isterinya.Ratri tidak memperdulikan khalayak yang mengelu-elukan dan bertepuk tangan.
Riuh sekali mereka bersorak sorai dan suara bertepuk tangan.Suasana meriah itu kembali didengar jelas dalam tarikan nafas Ratri yang mereguk orgasme entah yang keberapa kali
Ratri terkulai di dalam pelukan lengan Markus ---giginya masih menggigit otot dada Markus. Sayup sorak-sorai hatinya, masih berdegup kencang --- ia pun masih mendengar deburan nadi dan jantung Markus.
“Mama berterimakasih sayang --- biarlah dunia menyaksikan percintaan ini……………..” Taring Markus menancap di tenggorokan Ratri.Kalimat itu lumer dalam nyeri yang nikmat.
Cahaya di dalam tenda itu temaram --- tempat tidur antik dari Kadipaten Blambangan itu kembali berdenyit, indah sekali perpaduan degup jantung mereka yang sedang bercinta --- dinginnya udara di kaki Gunung Salak itu, sepertinya makin memadukan setiap pori di kulit dan syaraf kedua anak manusia itu.Ratri dan Markus.
[MWA] (Tammat --- akan di-edit ulang untuk penerbitan)