Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Sultan Harun al-Rasyid Kagum Kapolri Dikirimi Sandal; 1001 Malam Kontemporer

6 Januari 2012   06:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:15 192 1

Sahibul Hikayat amat heran hati Baginda membaca berita di Internet bahwa, di Republik Indonesia ribut musim banjir longsor, saling berbunuhan dan yang unik-uniknya mengapa pula Rakyat itu “peka sandal” ?

“Daulat baginda, biarlah patik yang menjaga negeri --- pabila paduka demikian kemaruk mengunjungi Indonesia”. Demikianlah sembah WazirSyaiful Anwar.

Sekonyong-konyong beliau telah melipat-lipat permadani terbangnya yang ajaib itu --- lantas dimasukkan ke uncangnya. “Alangkah segarnya udara Indonesia ni ?”

Ketika Sultan melintas menyeberang jalan, karena tertarik warna-warni bergantungan di seberang sana. Ia telah waspada dan eling untuk berancang-ancang.“Astagafirullah, hampir ane digilas truk ……………. Mengapa tiba-tiba ada truk menderu melawan arah ?” Terkesiap nafas dan hati Sultan.

Sultan melihat sekeliling areal --- “O alah alangkah kreatifnya Orang Indonesia, supir truk tadi menghemat jarak --- dia tidak mau melewati ‘putaran U”, karena jalannya tambah jauh.

Dilihat Sultan kelakuan Orang Indonesia melawan arah lalulintas bisa membudaya --- tidak taat hukum --- mengerikan melihat motor, angkot, grobak, bajaj --- kalau perlu “jalan pintas” walau membahayakan lalu lintas.

Senang hati Sultan melihat-lihat barang-barang kerajinan produk kreatif yang dijual, juga penganan dan jaburan --- yang unik-unik cita rasa dan rupanya. Dilihatnya pula trompet tahun baru buatan rakyat miskin desa.

“Bagus sekali, trompet-trompet ini “

“Ya, Sultaniiiiiii, ini trompetOrang Indramayu, itu trompet buatan Orang Jawa Timur --- macam-macam baginda “

“Ini model naga mengapa jadi populer ?

“Tahun Naga, kita menjelang tahun naga air sebentar lagi, baginda “

“Budaya Cina itu !”

“Di Jawa juga ada Wan, naga Indonesia semacam Nagagini dalam pewayangan”

“Ah itu pun pengaruh budaya Hindu itu”

“Itulah pintarnya Orang Nusantara menyerap kemajuan kebudayaan dari luar, nenek moyang kami menyerap ilmu, ketrampilan, kesenian --- etika, moral, norma hukum modern, bahkan paradigma dan filsafat dari luar berkembang “. Sultan mendengarkan uraian Orang bersarung bertopi Banglades itu.

Sultan terangguk-angguk mengerti --- Nenek moyang Orang-orang Nusantara memang orang yang bersifat progresif mencerna Agama dan budaya dari luar.

Sejak sidaknya pekan yang lalu Sultan telah mengikuti berita perkara dakwaan pencurian sandal jepit, melibatkan anak SMK di bawah umur --- di Warteg Sultan berbaur bersama rakyat jelata menonton berita dan ulasan tentang kasus itu --- hebat sekali rata-rata Rakyat geram dengan sidang peradilan itu --- betapa senjangnya “ rasa keadilan” aparat Indonesia dibanding masyarakat umumnya.

Lebih trenyuh hati nurani Sultan melihat antusiasme masyarakat yang menyumbang “sandal” bagi anggota Polisi yang kehilangan sandal, dan Kapolri yang dianggap mempunyai organisasi dan SDM yang kurang peka terhadap rasa keadilan.

“Ketika penggagas “ pengumpulan sumbangan sandal bagi polisi ” menyerahkan 1.200-an sandal butut dan baru ke Mabes Polri ---  ada sejumlah pasang sandal dipajang sebagai barang bukti seriusnya masyarakat mengkritik Polri --- terlihat rupa-rupa sandal, tetapi ada sepasang sandal berona ke-emasan, sandal cantik model Aladin bersalut emas.

Ya sandal Baginda Sultan Harun al Rasyid. Sultan puas telah turut berpartisipasi memprotes rendahnya rasa keadilan aparat di Indonesia.

Di bawah rumpun Bougenville berbunga merah putih, tampak beberapa orang berseragam --- entah anggota polri, entah kejaksaan, entah pula dari korps PNS, tak begitu jelas --- berbisik-bisik antusias seperti sedang berkonspirasi --- diantara mereka juga ada manusia sepertinya pedagang antik dari Ciputat dan raja pemulung dari Bantar Gebang.Mereka berbisik-bisik ala Mafia Penilep Barang Bukti.

Sultan berjingkat-jingkat meninggalkan kerumunan Orang Indonesia --- kakinya terasa peka terhadap kasarnya krikil dan pasir Indonesia.

“Masya Allah Indonesia ……….Pemimpin-mu, Aparatmu dan Polisimu perlu di-enchance tentang rasa keadilan, agar mereka mampu melaksanakan Pancasila dan Penegakkan Hukum,amfun ya Allah, mengapa menjadi mundur budaya Orang Indonesia ?”.Permadaniterbang --- Wuuuuuuuuuz --- berlinang air mata Sultan Harun al Rasyid.Mengapa ?

[MWA] (Hello Hari Ini -34)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun