Ibunda telah almarhum pada 21 Mei 2008 --- tetapi kami sungguh kaya dengan interaksi, walaupun saat berumur 20 tahun memutuskan untuk merantau. Di kapal MV Koan Maru yang berangkat, tekad diperkuat bahwa mungkin tidak berjumpa kembali dengan kedua Orang Tua.
Ayah meninggal dunia tahun 1966 --- benar, ikhlas hanya menemukan makamnya di Mesjid Suhada, Mesjid kaum Pergerakan dan Pejuang Kemerdekaan di Jl. Serdang. Tidak melihat wajah dan jasad Ayahanda. Risiko merantau.
1.
Teringat interaksi yang sangat mengesankan dengan Ibunda, tahun 1961 --- setelah menanam 2 pohon kelapa di kebun meniru pencangkulan pertama Presiden Soekarno.Pemnasta, Pembangunan Nasional Semesta.Kelapa itu diberi nama Bung karno dan Chairul Saleh.
Merokok di pinggir kolam ikan --- Ibunda menegur : “Kau merokok ?”Walaupun asap rokok yang disembunyikan masih tampak mengambang ………………..; “Tidak Bu “Memebohongi Ibunda.
“Begitu banyak makanan bermanfaat, mengapa merokok ?”Alangkah bijaksana kalimat Ibunda, sejak itu tidak pernah kembali mencoba menyentuh dan menghisap rokok.Tobat !
2.
Tahun 1968, impian pergi merantau sebenarnya ingin memasuki ADLN ; karena terlambat mendapat kapal --- hanya mendapat jawaban : “Adik kalau ingin berkarier di Deparlu , kuliah saja dulu di Fakultas Hukum atau Fakultas Ekonomi “.Pemerintah Orde Baru sedang membangun organisasinya --- Deparlu di bawah Menlu Adam Malik sedang membersihkan anasir BPI (Badan Pusat Intelijen) Soebandrio.Sekretaris Pribadinya, Mas Kabul memberikan referensi dan rekomendasi.
Telegram dikirim kepada Ibunda, mohon ijin meninggalkan bangku kuliah (bekerja sambil kuliah di Fakultas Ekonomi). Telegram Ibunda menjawab : “Kalau kau keluar, berarti kuliahmu tidak pernah tammat !”. Dengan tekad kembali ke ruang kuliah.
3.
Ibu datang dengan sejumlah keluarga ke Kota Kecil di mana baru saja menammatkan Kuliah Singkat Keahlian --- ingin menikahi seorang gadis setempat.“ Bu, saya memilih gadis ini untuk isteri saya, karena ia tidak mempunyai Ibu --- ibunya telah meninggal “ Ibu hanya tersenyum sambil mengelus kepala anak kebanggaannya.Bagaimana ia tidak bangga, sebagai tamu dari Sumatera semua keluarga ditempatkan di rumah-rumah dinas yang megah --- buat rata-rata Orang Kampung.
Beberapa tahun kemudian --- setelah ibu tua sekali, badannya agak bungkuk, tetapi sehat-sehat saja --- Tahun 2002 ketika berumur 83 tahun.Ibu pindah bersama kami di Jawa --- karena anaknya pun lebih banyak yang mencari nafkah di Jawa. Setiap dibawa ke Poliklinik untuk memeriksakan kesehatannya.