Cinta
Sex
Dari apartemen, dan
Tukang Tambal Ban di pinggir jalanan
Gelora nafas dan kenikmatan --- rayuan dan sentuhan --- janji dan nasi bungkus dari warung tegal kota bahari
Kamar kos-kosan, anak perawan yang dirugikan
Anak perawan yang bodoh dalam kedunguan
Rayuan gombal
Rayuan mie instant dari warung di bawah jembatan
Hamil engkau akan terbuang.
Cinta adalah pengorbanan dari uang milyaran dari si Neneng atau si Mindo di Kuningan
Si Wati dan si Nur dari Marunda dan Pasar Ular Tanjung Priok, agak ke kanan menuju Pasar Ikan
Si Ambar atau si Mar, perempuan miskin Orang Pinggiran --- suku anak dalam Kota Metropolitan
Yang tersesat di Terminal Pulo Gadung atau Kampung Rambutan
Di pagi buta atau kemalaman
Dikerjai oleh bandit-bandit Ibu Kota --- tahukah polisi ?
Oh, mereka tahu dari Koran --- ada korban
Mayat di dalam kardus
Mayat bocah diperkosa – lantas dibuang dengan koper warna biru di jalan by pass
Oh, hanya itu
Para perempuan pulang malam yang diperkosa di angkot
Para perempuan yang melompat
Para perempuan yang berteriak di bawah pohon Bougenville
Gadis ingusan anak jalanan --- mereka menyerah karena hidup harus dibayar
Lihatlah di rimbun pohon-pohon di Jatinegara
Di selokan perkampungan Orang Pinggiran
Hidup harus dibayar
Makin rendah tingkatan sosial --- bayaranmu lebih mahal
Tidak ada Negara akan sempat memperhatikan
Hidup harus dibayar
Ayyin membayar hidup yang nyaman dengan menjebol tembok penjara --- membangun enclave hidup perlente
Engkau Minmin gadis ingusan kolong jembatan
Bayarlah dengan paha berdarah di pinggiran rel di Pal Merah.
Bayarlah hidupmu !
Negara membutuhkan pajak bukan untukmu.
[MWA] (Puisi dari Jendela Bis – 10)
*)Foto ex Internet