Sekali Lancung Keujian Seumur Hidup Orang Tak Dipercaya ! Begitulah pesan wasiat Para Leluhur dari Bukit Hambalang
Memang apalah arti jabatanmu --- kalau tidak mampu kamu menyandang Amanat ?
Apalah arti pengalamanmu menjadiBirokrat --- kalau pun engkau ‘ngomong, belepotan
Apalah arti Partai-mu bagi Kerakyatan, ‘pabila auto-critic tidak bisa dilakukan --- tidak mempan, tidak mampu membersihkan menyisihkan
Di baris depan engkau duduk berdampingan --- duduk sama rendah berdiri pun sama berjinjitan
Seperti Gareng di tengah Togog Sang Pemangsa --- kamu semua seperti doyong akan mati kekenyangan
Menyerahlah
Tiada maaf bagi Para Penjarah --- seperti Petruk Kanthong Bolong menyerukan : “Hutang Darah dibayar darah !”
Seperti Wisanggeni di atas Bukit Hambalang :” Tak Thuthuk ‘Ndasmu mbah Keparat !”
Tiada maaf bagi-mu
Kamu boleh Tobat --- mengucapkan Istighfar, menyerahkan kembali Harta itu, lantas
Ke Pengadilan --- baru mungkin memperoleh Amnesti, Abolisi, atau Grasi --- itu menurut Konstitusi
Di Kumpulanmu itu --- kaum yang sejenis, Orang-orang Jahat berkumpul dengan yang jahat
Penjahat pelaku Pidana Luar Biasa
Kejahatan Kemanusiaan yang Luar Biasa --- menentang azas Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Hukum harus ditegakkan
Tobatlah
Kami tidak mengerti Mengapa Negeri ini dipimpin oleh Orang-orang yang tidak bermutu Negarawan
Mereka adalah bagian Orang-orang Buangan Limbah dari Selokan
Beruntung ia di-recycling menjadi Orang-orangan berlepotan
Orang Belanda politik mengatakan : “Zort zoen Zort --- memang orang-orangsejenis mencari jenisnya”
Orang-orang berlepotan --- seperti Celeng Boloten, mengotori lingkungan tempat melendotkan badan
“Kasurya Candra Miruda Wacana --- orang keprucut memberi keterangan borok kaumnya”
Tiada maaf bagimu --- sampai di situ. [MWA}