Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Susilo Bambang Yudhoyono, Negarawan Besar, Kalau…………….. [Polhukam – 18]

19 Juli 2011   08:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:33 168 0

Ia mengambil kesempatan …………sementara ia menjadi PresidenRI; ia meletakkan jabatan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat.

 

Bung Karno pernah mendirikan PNI dan Partindo ………… ia membinanya, tetapi dalam persepsi Rakyat ia adalah PresidenRI --- dari pada keterkaitannya dengan kedua partai tersebut. Pak Harto  adalah Pembina Golkar, tetapi Rakyat dalam kesan dan persepsi --- bahwa ia, hanya terkesan sebagai PresidenRI --- karena hulu sejarah  Sekber Golkar adalah Ali Moertopo --- lantas sebagai praxis Demokrasi Pancasila.

 

Pak Harto adalah PresidenRI,  baik dari aspek keberhasilan Pembangunan Nasional, maupun kegagalannya menyelesaikan Krisis Multi-dimensi yang dihadapi Indonesia.

 

Beruntung Pak Habibie ia memang bagian dari pada management Golkar --- tetapi Rakyat  mengenangnya sebagai Presiden RI, yang meletakkan dasar pelaksanaan Reformasi, yang dituntut Rakyat --- Ilmuwan, Orang Indonesia yang diakui dunia internasional sebagai Ahli Perancang Pesawat Terbang --- ia dikenang sebagai seorang Demokrat yang Ilmuwan, Cendikiawan dan Tokoh Islam.

 

Gus Dur, walaupun ia tidak menyelesaikan tugas kewajiban Presiden RI sepanjang periode kepresidenan  5 tahunan --- pasti semua Rakyat mengenang jasanya sebagai Tokoh Pluralisme, Presiden RI yang mengakui kehadiran Agama Khong Hu Cu --- sebagai salah satu kenyataan sejarah Spiritualisme Pancasila.

 

Presiden Megawati dikenang sebagai salah satu PresidenRI yang meneruskan periode kepresidenan 1999 – 2004, wanita Indonesia yang pertama sekali berhasil menjadi  PresidenRI .

 

Memang sangat mengesankan seandai-nya Susilo Bambang Yudhoyono --- meletakkan jabatan-nya sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat.  Biarkan Kongres (baca KLB) memutuskan Bu Ani, atau Ibas, atau Anggota Partai lainnya yang dipercaya Kongres, sebagai Kawanbin Partai Demokrat.

 

Partai Demokrat menyandang Sejarah kelam dalam kaitan pemberantasan Budaya Korupsi di Indonesia --- Susilo Bambang Yudhoyono harus mempercayakan penyelesaian kemelut di dalam PD pada anggota partai yang lain.

 

Ia lantas fokus sebagai Presiden RI --- ia boleh meniru sikap Negarawan, yang ditunjukkan  Hidayat Nur Wahid sebagai Ketua MPR RI dan Tifatul Sembiring yang meletakkan jabatan Presiden PKS, begitu ia dipercaya menjadi Menteri KIB II.

Selanjutnya ia melakukan tugas PresidenRI, yang telah berjanji akan memberantas Korupsi.

 

Ia pantas dikenang sebagai Presiden RI yang mengawali Penghancuran Budaya Korupsi di Indonesia (kenang—kenang-lah kata-kata Bung Hatta, Wakil Presiden RI  : Cegahlah Korupsi segera, sebelum ia menjadi Budaya (1961) --- Ia harus dikenang sebagai Negarawan besar Indonesia, bukan seorang Presiden RI yang merangkap sebagai Pembina Partai Demokrat ………….. yang gagal melaksanakan Misi.  Oh.

 

Bung, sekarang Sejarah telah mencatat, prilaku buruk korup itu telah menjadi Budaya Korupsi --- yang telah merusak seluruh Sendi NKRI !

Selamatkan Indonesia !

 

“Fide, sed cui vide, percayalah, tetapi perhatikanlah kepada siapa engkau percaya “ (Pepatah Latin).

 

Yakinlah --- menurut Dhalang Tukidjan, saran ini bukan; “Nebak Wong Memangan”  (Pepatah Jawa),“menampel  makanan dari tangan yang sedang menyuap ke mulut.

 

Wah, ana-ana bae sira --- ini Visi ke-Sejarah-an ! [MWA]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Link Rakornas http://politik.kompasiana.com/2011/07/14/sebaiknya-susilo-bambang-yudhoyono-dan-pd-berkongreslah-tajuk-ide-%e2%80%93-41/

*) Foto ex Internet

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun