Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Ibunda, Isteri, Uti (Eyang Puteri); Kepergian [ Features – 37]

14 Juli 2011   23:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:40 161 0

1.Ibunda

Tiada satu manusia lain yang bisa menggantikan kedudukan Ibunda --- Ia-lah yang melahirkan, mengenalkan kedekatan Jiwa dan Kehidupan melalui degupan jantungnya, dan belaian kasih-sayangnya.

Ibu yang mengajarkan lingkungan dan perjuangan hidup --- ia membacakan syair dengan tangisan emosional, mendramatisir arti penguasaan kekuatan bathin --- untuk sadar mampu melihat ke dalam dan ke luar diri.

Ibu yang mengajarkan bagaimana menyintai lelaki, membahagiakan seluruh keluarga. Anak-anak mendapat tauladan bahwa lelaki harus bertanggungjawab dan menyintai seluruh keluarga dan hari depan mereka.

Ibu menjahitkan pakaian Hari Raya yang menjiwai arti kegembiraan dan arti kesuksesan hidup --- dalam usianya yang renta ia masih memberikan pengajaran yang indah : “sudahkah kau sholat ?”.Suaranya, tatapan matanya, tepukan dan ajuk-annya sangat mendalam membahagiakan cucu-cucunya.

Ibunda, dalam usiamu yang ke-86 kami haribakan jasad-mu di bumi Allah.

2. Isteri

Konco wingking, sahabat kehidupan, segaran nyowo --- bayangan silhout sikap-nya dalam Takbiratul Ikhram, Ruku’ dan Sujud, adalah bayang-bayang sikap Iman dan Takwa ibunda. Mendebarkan dan mengilhami ajaran Bunda --- seperti kata-kata Bunda menjawab pertanyaan Dokter.

“Ibu, tidak bisa membedakan mana yang anak mana yang menantu”Begitulah bijaksananya ibu terhadap menantunya.

3. Uti (Eyang Puteri)

Tak terbayangkan rasa kehilangan seorang Cucuanda --- perginya Sang Nenekanda untuk tidak kembali lagi.Kisah sedih duka dari “Chicken-Soup dan Gurindam Orang Melayu atau pun Minang”. Duka nestapa cucu yang kehilangan Sang Nenek ……………..

Pagi ini Atuk dan Uti akan pergi --- Cucu sudah berhari-hari selalu menangis emosional karena kedua kecintaan-mereka akan bertolak.“Dengan siapa kami bermain dan belajar ?"

Mungkin dalam pikiran anak-anak-kami, inilah cara bagaimana memperkenalkan mereka dengan “rasa kehilangan Atuk dan Uti”, tetapi masih bisa kembali --- Insya Allah !”

4. Kepergian

Pergi untuk kembali lagi, adalah adat kebiasaan dalam keluarga --- mencari nafkah atau urusan duniawi lainnya.Tetapi tibalah masa itu --- kapan pun, bagi yang bernyawa untuk menemui ajalnya.Pergi untuk tidak kembali lagi………..Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji’un.

[MWA]

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun