Dalam perundingan Ekstradisi Indonsia-Singapura. Ada topik krusial yang sangat sukar untuk diratifikasi, yakni klausule persetujuan ekstradisi dikaitkan dengan klausule 32.000 hektar tanah kawasan latihan militer di Baturaja, Sumatera Selatan --- dulu sebelumnya juga Singapura meminta Zona Latihan di Laut Natuna (kalau Rakyat tidak protes, jangan-jangan Pemerintah telah menandatangani persetujuan tukar guling itu).
Tukar guling Perjanjian Ekstradisi dengan Wilayah Kedaulatan Indonesia dijadikan --- konon tempat latihan militer Indonesia dan Singapura. Perhitungan yang Irrational.
Sedang latihan Angkatan Udara Singapura yang selalu di adakan di Riau, dengan basis di Pekanbaru --- Rakyat banyak yang muak melihat gelagat militer Indonesia dan Singpura siang malam berkelindan --- maklum Orang Indonesia lemah, mudah lengah. Apa lagi kalau telah bertemu dengan “Secret Weapon”. Jadi minder, seperti nenek moyangnya dulu menghadapi Portugis, Belanda atau Inggris.
Sejarah bisa berulang !
Pemerintah Indonesia jangan lengah --- memberikan Wilayahnya untuk tujuan apa pun kepada Pemerintah Asing. Jangan korbankan Kedaulatan Nasional dengan Perjanjian apa pun. Rakyat atau DPRRI harus waspada ini !
Indonesia cinta Damai, tetapi lebih Cinta pada Kemerdekaan ! ( Jenderal Besar A.H. Nasution )
Indonesia cinta Kedaulatan dari pada Uang sebesar nilai apa pun !
Kriminal dan Pidana Luar Biasa apapun --- Nara Pidana atau Pengkhianat Kelas Kakap apa pun tidak berarti apa-apa bagi Indonesia. Karena kepentingan kita itu, berasal dari --- Penegakkan Hukum lemah, Pemerintah dan Aparat Indonesia yang harus melakukan Cegah dan Tangkal --- kalau sudah lolos ke Singapura --- carilah Kebijakan yang cerdas. Banyak Instrumen dan Norma Hukum Internasional yang bisa digunakan.
Atau pergi belajar ke Israel --- Operasi ala Entebbe, atau baru-baru ini Operasi di Emirat Arab. Malu ke Israel, belajar ke Pentagon --- bagaimana “Menyelesaikan” Ben Ladin ala CIA.
Cegah tangkal Pidana Korupsi, Pelarian Modal, Pemindahan Aset, Pencucian Uang --- itu semuanya sangat tergantung Management Pemerintahan, kebijakan fiskal atau moneter, di Indonesia. Bukan di tempat lain.
Begitu saja kok repot.
Ingat Pepatah Nenek Moyang :
“Bagai Belanda minta Tanah” ; “Seperti kompeni minta Tanah, Beroleh sehasta hendak sedepa; diberi sejengkal hendak sehasta, diberi sehasta hendak sedepa”.
Tidak kapok kamu, he ?
Ingat pula Pepatah Jowo : “Londho-londho Walang Sangit nggendhong Kebo” --- jinak-jinak belalang sangit yang menumpang di punggung kerbau.
Mau jadi Kerbau, he !? [MWA]