Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Ruyati Ibu Kami yang Telah Tua, Rukyati Istriku yang Muda [2010 Puisi – 11 ]

28 Juni 2011   12:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:06 118 0

Suatu Subuh engkau membantah Malaikat Jabarut

Suatu Zuhur engkau membantah Malaikat Ismal

Tidakkah engkau telah tua ?

Tidakkah engkau perempuan muda yang masih mulus ?

Jawabanmu jitu : anak-anakku masih muda tetapi mereka tidak terjamin, aku ingin bekerja. Katamu

Para Syaitan tertawa terbahak-bahak sambil menenggak tuak. Puah, kita palsukan Indonesia, siapa peduli ?

Para Syaitan di kantor-kantor, di lembaga-lembaga, di Badan-badan Nasional, mereka berkerjanya sama,

Indonesia gampangan !

Assalammu alaikum, ibu bertolak nak

Perempuan tua itu memapah buntalan sajadah dan muk'nahnya.

Perempuan muda itu memegang sudut pahanya ketika angin meniup kencang

Angin dingin tetapi tidak basah

Angin basah tetapi penuh kelembaban

Tulangku sakit, sendiku sakit anak-anak-ku

Tadi malam ibu di ganggu majikan dan anaklelakinya

(Ibu diperkosa mereka ?)

Bebaskan ibu anak-anak-ku

Bebaskan aku bapak Kedutaan

Bebaskan aku bapak ibu para pemalsu data Orang-orangIndonesia

Bebaskan kami yang telah merana karena ingin merubah nasib Sang anak.

Anak tolonglah ibu.

Indonesia bisa engkau menolong kami --- kami pemakan nasi basi dan remah roti

(kepada siapa kami harus meminta tolong ?)

Ibu Ruyati tidak mati, ia sahid karena berjihad untuk anak-anak dan cucunya.

Ia memberi Nilai Tukar Rupiah yang makin bergengsi.

Masa iya, demi gengsi ?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun