Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Retooling dan Operasi Budi; Jenderal A.H. Nasution [Polhankam – 06]

30 Mei 2011   00:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:04 270 0

Dalam Pemerintahan Presiden Soekarno setelah 5 Juli 1959, Kembali ke UUD 1945 --- suasana revolusioner itu, ada dua hal yang harusnya menjadi benang merah sampai kini --- Pemberantasan Korupsi.  Waktu itu tindakan manajerial pemerintahan :

  1. Retooling --- pemantapan ideologis aparat dan organisasi; mengganti pejabat yang kontra revolusioner; korup, tidak becus; dan  ternyata ada pula ukuran kebendaannya --- tingkat kekayaan yang dipunyai tanpa harus mengusut lebih dahulu, asal-usulnya.
  2. Operasi Budi.

 

Ini petikan pidato Pak Nas : “ Penertiban dan penyehatan alat-alat kekuasaan Negara, baik teknis maupun ideologis, untuk mempertinggi disiplin dan produktivitas kerjanya…………………”.  Pidato beliau berjudul Melapor kepada Rakyat, Menyambut Hari Angkatan Bersenjata Yang ke XVII didalam Tahun Kemenangan --- 1962.

 

“………..Dalam merayakan 5 Oktober dalam tahun kemenangan ini, pertama-tama saya ingin mengingatkan Saudara-saudara semua kepada kedua Amanat yang telah menjadi pedoman pokok bagi perjuangan kita sejak ’45 :

Ke 1 : Amanat Panglima Tertinggi tahun 45 : yaitu Tentara adalah pendukung dan pembela Ideologi, Haluan dan Politik Negara. 

Ke 2 : Amanat Almarhum  Panglima Besar : yaitu percaya pada kekuatan sendiri dan tidak mengenal menyerah kepada siapapun juga………..”.

 

Untuk mengingatkan kembali bahwa Politik Keamanan ---  bukan saja mengorbankan sumber daya dana dan peralatan, tetapi juga moril dan jiwa raga ………………..ini petikan dari pidato beliau :

“……………Dalam hal pemulihan keamanan dan saya kutip Pidato Kemenangan Presiden kita sebagai beriikut : ‘ Hasil-hasil selama tiga tahun (pen. 1958-1961), dimana  pada permulaan pemberontakan dari apa yang disebut gerombolan DI_TII Kartosuwiryo dan PRRI-PERMESTA  pada tahun mulainya Kabinet Kerja, mereka telah menguasai seperenam dari wilayah Republik Indonesia dengan perkiraan kekuatan lebih kurang 125.000 orang tenaga tempur, dengan senjata 45.000 pucuk, berat dan ringan, kini hampir seluruh yaitu (95%) dari wilayah Republik Indonesia telah dibebaskan dari gerombolan pemberontak.

 

…………….Hingga kini telah dapat ditewaskan 23.495 orang, dan 133.365 orang yang kembali kepangkuan Republik Indonesia, sedangkan senjata yang telah kita rampas adalah 40.317 pucuk, berat dan ringan. Juga kegiatan subversif mereka selama ini sebagian besar telah dapat kita patahkan atau kita gagalkan. Ini semua tidak akan dapat berhasil  jikalau  tidak ada pengorbanan-pengorbanan dari kita.. Selama  ini  segala usaha-usaha dalam pemulihan keamanan telah meminta korban dari kita, yaitu 3.736 orang gugur dari prajurit-prajurit Angkatan Bersenjata dan OKD (pen.Organisasi Keamanan Daerah); dan 6.213 orang dari rakyat; luka-luka 5.164 orang dari prajurit Angkatan Bersenjata dan OKD; dan 4.375 orang dari rakyat “.

 

Untuk menegakkan NKRI ini --- sudah Triliunan Rupiah dibelanjakan, sudah puluhan ribu jiwa melayang dikorbankan --- moril dan materiel yang dikorbankan untuk menegakkan Kedaulatan dan Cita-cita Kemerdekaan --- Mengapa sampai kini Bangsa ini masih lengah terhadap Kekuatan Idiil dan Konstitusionil ?   Mengapa Moral dan Etika para Pemimpin makin merosot ?

 

Adakah cara yang drastis untuk menyelamatkan NKRI ?   Jangan biarkan berlanjut Kekuatan Retrogresif di Dalam Negeri, sadar atau tidak menjadi bagian dari pada Agenda Asing untuk menjadikan Indonesia : menjadi Daerah Dominion dan Pasar bagi kekuatan Asing ?

 

Ini lanjutan pidato Jenderal Nas : “………Dan kewajiban kita semua agar tidak terulang lagi hal-hal seperti sesudah tahun 1950 dengan liberalisme-nya, yang mengakibatkan hampir-hampir runtuhnya Republik Indonesia Proklamasi beberapa kali dan telah meminta korban dan penderitaan yang demikian besar itu……..”

 

Untuk kembali mencerdaskan Rakyat dan Prajurit saat ini ………….kiranya perlu menelaah kembali isi satu paragraf pidato Pak Nas --- yang sangat relevan di periode gonjang-ganjing ini --- biar kaum Retrogresif insyaf dan kaum Progresif meningkatkan kewaspadaan :

“……….maka operasi-operasi ini adalah mutlak diperlukan Patsal itu berbunyi sebagai berikut :

‘Penertiban dan penyehatan alat-alat kekuasaan Negara, baik teknis maupun  ideologis, untuk mempertinggi disiplin dan produktivitas kerjanya ‘.

 

Kata kunci Manajerial yang sangat relevan sampai saat ini : Disiplin dan Produktivitas kerja. Suatu Tindakan Reformatif !

 

Pungutan liar, suap-menyuap, korupsi, kolusi dan nepotisme (Tap MPR masih berlaku) dan penyalahgunaan Wewenang adalah tindakan Indisipliner --- Malas, tidak menghargai waktu, boros, tidak menggunakan ratio adalah tindakan Kontra produktif.

 

Ini adalah ranah Etos, wilayah penegakkan Moral --- para Pemimpin-lah yang diberi amanat Authority dan Responsibilty.

 

“…………..Dan segala sesuatu tak bisa lepas dari suasana kehidupan rakyat yang serba kurang dan ditekan oleh inflasi. Dan sebagai prajurit rakyat yang demokratis kita selalu bersama dengan rakyat dalam duka maupun suka……………”  (Jenderal Besar Abdul Haris Nasution).

 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun