Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Orang Dayak dari Sarawak hingga Kalimantan Indonesia; sekali lagi, ASEAN [Features – 41]

7 Mei 2011   01:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:00 727 0
[caption id="attachment_105826" align="alignleft" width="300" caption="Indonesia-ku Perbaikilah Diri-mu, binalah Budaya Progresif untuk Bangsa ini !"][/caption]

 

Museum telah dikunjungi --- hari pasar di salah satu sudut pertokoan di kota Kuching.  Semua dagangan dan suasananya hampir sama dengan pasar Kodim di Pakan Baru, Riau.  Ooi ikan terubuk banyak nian --- telur ikan terubuk yang basah mau pun yang telah diawetkan, melimpah. Mengapa di Riau tidak terlihat lagi ikan terubuk dan telurnya ?   Mungkin ikan yang lezat itu telah punah ?

 

Menyusuri jalan raya yang mulus dari Kuching ke Pontianak.  Sambil mengunyah snack berupa sotong panggang yang lezat.  Sepanjang jalan, di kiri kanan melewati desa dan dusun --- pasti di depan rumah penduduk Orang Dayak Sarawak Malaysia.  Di setiap depan rumah mereka jelas terpampang nama pemilik rumah plus nama ayahnya, seperti  Bigar a. Deboi( baca, Bigar anak Deboi).  Terkenang pada sahabat seorang Dayak dari kota Miri --- Pak Duyun.   Menyusuri sungai di Kuala Baram, sepanjang sungai, mirip sekali dengan suasana daerah aliran sungai --- sungai Kapuas atau sungai Barito yang pernah dilalui.

 

Sampai di Tebedu suasana Malaysia --- tiba di Entikong, suasana ala Indonesia. Disambut para Calo (pedagang ?) pemalak.  Anak-anak muda Indonesia,  para TKI  itu digiring ke belakang bangunan dan WC (di-apa-i ?) --- Persis di Terminal Pulo Gadung --- mengerikan.  Ringgit mereka ditukar paksa !  Rambut dijambak dan kepala dipiting.  Oiii, mengerikan nian.

 

Sebelum sampai di Pontianak kita bisa menikmati restoran Cina atau restoran Padang --- Bhinneka tunggal Ika. --- tinggal pilih !

 

Kutipan dari Anthology of Asean Literature, Malaysia : Indigenous Traditions, Ministry of Education, Malaysia , (External Affairs Division).

“ Yang menjadi asas kesusteraan rakyat di mana-mana pun ialah cerita mengenai asal-usul bangsa. Dari Sabah, pintu gerbang timur Malaysia, dipaparkan cerita yang pertama, mengenai asal-usul bangsa manusia dalam tanggapan orang Kadazan ( Suku Dayak Malaysia, pen.). Dari keturunan nenek-moyang mereka turunnya manusia berbagai rupa dan warna kulit di seluruh dunia. “

 

“Pada zaman dahulukala, dunia ini dihuni oleh satu jenis manusia saja. Warna kulit  mereka sama sahaja. Mereka tinggal dalam sebuah negeri yang besar. Penduduk di dalam negeri itu selalu ramai sehingga setiap hari ada saja perkara buruk yang berlaku seperti maksiat, jenayah serta  pengkhianatan sesama manusia. “

 

(Barangkali suasananya mirip adegan/acara kriminal-warta berita di televisi Indonesia saat ini --- tiap hari penuh terror, copet-jambret, pembunuhan, tawuran, keroyokan, rakyat lawan aparat, rakyat lawan rakyat, juga suap menyuap plus korupsi. Iiiiiih !)

 

Cerita dilanjutkan. “Keadaan ini diperhatikan oleh seorang tua yang baik. Dia merasa amat dukacita kerana melihat kehidupan manusia tidak ubah seperti haiwan. Mereka berbunuh-bunuhan, curi-mencuri, khianat mengkhianati dan melakukan maksiat dengan berleluasa………..

 

“………..Pada suatu malam, orang tua yang baik ini bermimpi. Dia ditemui oleh Kinoringan 1).. Kinoringan itu memberitahu dia bahawa bala akan diturunkan ke atas negeri itu. Satu banjir besar akan berlaku. Banjir ini akan membunuh manusia yang jahat di negeri itu……………

1)      Tuhan orang-orang Kadazan --- Agama Kaharingan pun banyak dianut oleh masyarakat suku Dayak Indonesia.

 

Cerita dilanjutkan. “………….’Beritahu berita  ini kepada orang-orangmu. Mereka hendaklah membuat sebuah gendang. Bila hujan mula turun suruhlah orang-orang masuk ke dalam  gendang. Untuk mengelakkan diri mereka dari pada mati lemas………….’ Kata Kinoringa.n.”

 

Singkat cerita, setelah banjir surut --- dan masyarakat kembali membangun kehidupan mereka,…………”Orang tua yang baik itu mempunyai tujuh orang anak. Anak-anaknya bernama Lugu, Giniab, Gupuk, Kambu, Mantahip, Tundou dan Pisod. Kesemua adik beradik ini lelaki…………”

Setelah menjalani kehidupan masa kanak-kanak yang riang gembira dan penuh kisah dramatis.  Ketika mereka dewasa dikawinkan dengan gadis-gadis di perkampungan itu.

 

Keajaiban yang terjadi, ke-7 anak lelaki tadi menurunkan keturunan yang menakjubkan :

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun