Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Energi; Revolusi Energi [Filsafat – 10 Trilogi 3/3]

29 Maret 2011   02:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:20 222 0

Nusantara berkenalan dengan bahan bakar fosil --- lama sebelum Indonesia ada.  Sejarah yang mencatat dan melacak materi itu pernah jadi andalan --- sebatas secara alamiah digunakan sebagai bahan bakar dan senjata.  Memerangi Kekuatan Kolonialis Barat yang menyerang wilayah kedaulatan Nusantara.

 

Memang pada hakekatnya --- energi, spesifiknya energi migas adalah senjata, lihatkan bentangan filsafat sejarah.  Menguasai, dikuasai, konspirasi, pengkhianatan, kolonisasi, dan peperangan --- dalam sepanjang sejarah budaya manusia --- perebutan dan penguasaan energi Migas adalah yang penuh tragedi.

 

Energi Migas telah menopang pertumbuhan industri dan perkembangan budaya dan peradaban manusia --- energi pada hakekatnya inti dari pada pertahanan dan ketahanan sesuatu Negara.  Peranan energi fosil, katakanlah migas dan batubara yang cukup memadai di bumi Indonesia --- sadar atau kurang sadar bangsa ini. Akan segera berakhir.

 Pertahanan dan ketahanan Indonesia segera akan bertambah lemah.

 

Bangsa yang cerdas dan berorientasi kepada Pertahanan dan Ketahanan --- apakah mempunyai cadangan alamiah atau tidak --- sejak Abad XX selalu melakukan Cadangan energi yang cukup untuk beberapa bulan bahkan tahunan --- melakukan semua daya : Neo-Kolonisasi, konspirasi bahkan Neo-Imperialisme. Bahkan Cadangan minyak mereka dijadikan alat untuk mempengaruhi harga di pasar internasional.

Hebat.

Mereka mempunyai Visi ratusan tahun ke depan.

 

Pujilah alam Ibu Pertiwi dengan Lagu, Ode, Hymne atau sejumlah karya Seni, termasuk seni rupa dan tarian.  Apakah ada yang lebih mulia dari pada Konstitusi Bangsa ini ? --- Undang-undang Dasar 1945 Amendemen …………..menyatakan : “ Bab XIV PEREKONOMIAN NASIONAL DAN KESEJAHERAAN SOSIAL Pasal 33 ayat (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang  terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat ………..”

 

Alangkah cerdasnya Bapak-Ibu Bangsa yang meletakkan bunyi kalimat itu secara konstitusional --- kita juga harus  memberi hormat yang teguh atas perjuangan Kaum Cendekiawan dan Mahasiswa yang, menggerakkan dan menegakkan Amanat Reformasi 1998 

Sehingga seluruh Batang Tubuh dan Filsafat tentang Cita-cita Berbangsa dan ber-Negara --- bisa di-amendir diselaraskan, menyesuaikan dengan perkembangan bangsa secara visioner.

 

Gaudeamus igitur iuvennes dum sumus…………

Vivat Academica. Vivent professores……………….

Vivant senatores (hiduplah para sesepuh)

 

Koreksi terhadap kehidupan Sila Demokrasi --- pengalaman pahit Demokrasi Terpimpin ala Bung Karno, dan Demokrasi Pancasila ala Pak Harto telah dikoreksi oleh Gerakan Reformasi  1998. 

Yang sekarang mendesak adalah koreksi Demokrasi di bidang Ekonomi.  Termasuk didalamnya yang sangat kritikal adalah Pertahanan dan Ketahanan --- Ekonomi dan Energi.

Bangsa ini tidak akan lestari tanpa Kebijakan yang Visioner di bidang ini.

 

Alangkah indahnya catatan sejarah --- bahwa pengenalan minyak bumi di Nusantara sudah panjang sekali episodenya ……….jenis minyak bumi itu telah dikenal sejak 972 Sebelum Masehi.  Catatan Sejarah Negeri Cina; bahwa Kerajaan Sriwijaya di Sumatera telah mengirimkan ber-guci-guci cairan minyak bumi untuk Sang Kaisar Cina di Kota Langit Biru.  Kurun waktu sebagaimana  di catat sejarah di berbagai belahan bumi --- minyak waktu itu masih dimanfaatkan sebagai bahan obat dan penerangan, dan ………..

 

Pelaut Kerajaan Aceh pada Abad XVI pun, telah pula menggunakan bom minyak bumi dengan pelontaran --- untuk melawan armada Portugis yang ingin merasuk ke Timur untuk menjajah wilayah Nusantara………..

Epos itu hanya ternukil sebagai bagian heroik nenek moyang bangsa ini.

 

Selanjutnya dalam catatan sejarah --- yang bisa menyatu dengan kemampuan kesadaran kita, migas di-eksplorasi kaum kolonialis sejak 1871. Catatan sejarah dengan milestone berbagai tahun-tahun selanjutnya memasuki --- itu tadi, kolonisasi, pengkhianatan, korupsi, penghisapan kekayaan bumi Nusantara --- Kekayaan Alam itu ternyata tidak berarti apa-apa bagi Manusia di Nusantara.

 

Smpailah Indonesia Merdeka, dan menyatakan secara filosofis bahwa “ Bumi dan air……………………….untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”  Minyak bumi itu tidak lama lagi akan berakhir menjadi potensi Pertahanan dan Ketahanan Orang Indonesia.

 

Memang mungkin Bangsa ini luput dari malapetaka “ agresi para Neo Imperialis” seperti yang dialami beberapa negeri di Wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara. Negara-negara itu diperdaya dengan Operasi Intelijen, dikangkangi Kedaulatannya, dikhianati Hati Nurani Rakyat-nya.

Dosa apa yang diperbuat Negara-negara itu --- dosa, karena bumi mereka masih mengandung Sumber Daya Alam berupa Migas dan lain-lain.

 

Sekarang untuk mendirikan Elite yang akan berkuasa di sana adalah Kelompok organisasi manusia baru --- karena yang lama telah membusuk, walau pun bertahun-tahun adalah para Kolobrator dengan para Nekolim --- dalam perjanjian atau Pakta dan Kontrak kerja sama untuk Energi.

 

Energi yang akan menjamin Kekuasaan Mereka atas hegemoni di Dunia --- bahkan mengemas “L’exploitation l’homme par l’homme dan “’exploitation Le nation par le nation “ dengan berbagai instrumen dan metode.

Apakah yang dialami Indonesia ?  Indonesia cukup ditundukkan dengan Kontrak kerja sama saja.

 

Adakah Indonesia mendapat keuntungan ?   Moment per moment dan kasus per kasus mungkin itulah hasil negosiasi optimal bagi Indonesia.

Karena Indonesia lemah di bidang Modal, Teknologi ( istilahnya dulu popular : alih teknologi), dan  Budya Management Pemerintahan.

 

Untuk menguasai Sumber Daya Migas Libya --- operasi intelijen telah membuat skenario pembusukan sejak Tunisia, Yaman, Mesir, Bahrain, dan  kini Libya --- mungkin untuk Morokko tidak begitu strategis, di bidang Energi. Bagaimana Yaman dan Suriah ?

Untuk Libya perlu digunakan pengerahan Mesin Perang Sekutu Barat, dan kini di-manage oleh NATO.

 

Tetapi secara geopolitik --- aksi AS dan Sekutunya tidaklah akan dibiarkan begitu saja oleh Rusia dan Cina --- dan itulah yang menjadi perhitungan strategis Elit yang berkuasa di Libya. Muammar Qaddafi.

 

Mesin Perang berarti pertaruhan hidup dan mati (telah dibahas dalam Trilogi 2/3) --- Mati untuk Kehidupan Manusia-manusia lain, di wilayah lain, dan dengan Ideologi  dan Visi yang berbeda.

 

Sekarang, akan berakhir Sumber Daya Migas Indonesia --- mampukah Indonesia menjarah ke wialayah lain ? Atau adakah daya Ruang dan Waktu Indonesia untuk menyelamatkan anak cucu Bangsa Indonesia ?

Ini masalah Management Pemerintahan --- kurun waktu untuk mencapai secara strategis penguasaan “Energi Terbarukan”. 

 

Kalau Management Pemerintahan tidak kuasa melakukan Network Planning yang cerdas. Kalau pun Indonesia konon menjadi kekuatan besar dalam perekonomian di masa datang --- apakah Indonesia bisa berkelit dari krisis pangan ?

Karena bahan pangan yang saat ini diproduksi Negara-negara yang handal --- sudah mulai memasuki Industri “Bio fuel, energi yang terbarukan”

 

Indonesia yang permai --- nyiur melambai, pelepah rumbia sepanjang pantai.  Itu adalah potensi Pangan dan Energi. 

Bahan itu secara alamiah tumbuh subur sepanjang pantai Nusantara. Tersediakah Sumber Daya Dana, Teknologi dan Budaya Management Indonesia untuk melakukan : Antispasi dan Proaksi. ?

 

Indonesia dengan alam tropisnya menyediakan potensi bahan energi terbarukan --- Nusantara ditumbuhi bahan makanan dan hasil agraris yang bisa dibudidaya --- ada nyamplung, jarak pagar, dan banyak lagi.  Tetapi kalau Budaya Managerial Negara lemah --- yah seperti yang sudah-sudah.  Indonesia akan terus-menerus dalam ancaman krisis saja. Bergantung dengan Kekuatan Asing, yang akan memelihara Manusia Indonesia sebagai pasar.

Hakekat lain dari L’exploitaion l’homme par l’ homme “

 

Janganlah menggelar  Omong Doang atau Pepesan Kosong belaka --- Ingat Management  adalah masalah pengelolaan Sumber-sumber secara rasional.

Hakekatnya Rationalisasi !

 

Terhadap Kesadaran Masa lalu (Sejarah) --- Masa Kini  (keterkaitan masalah kontemporer) --- dan Masa Depan (kemampuan Visioner para Negarawan yang akan melakukan estafet Kekuasaan ).

 

Hakekatnya Kekuasaan bukanlah “Pulung yang tidak kedap Waktu” --- Kekuasaan  kedap Waktu dan Ruang.  Kekuasaan adalah Amanat.

 

Tobat Eyang !  (selesai Trilogi 3/3)

*)Foto eks Internet, Kompas.Com

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun