Berita dari Matanews.com (25/2) sangat menarik, bahwa apabila krisis Libya sampai mengganggu supply untuk Indonesia. Maka Indonesia akan mengimpor dari Petronas, perusahaan minyak Malaysia itu.
Tampaknya ini adalah pilihan andalan.
Â
Karena pilihan kedua, menarik porsi minyak ex Kontraktor Production Sharing (KPS) --- sumber ini tampaknya pesimistis, karena target lifting Indonesia saja, Â di mana KPS inklusif di dalamnya --- tidak tercapai.
Â
Menurut berita itu 50 persen kebutuhan minyak Indonesia selama ini dipasok oleh Libya --- angka 50 persen adalah jumlah yang critical. Malah Indonesia tampaknya akan mengalami dampak yang sangat menggoncangkan --- kalau krisis Libya berkepanjangan dan sampai mempengaruhi jumlah ekspor minyaknya.
Â
Berapa besar volume kebutuhan yang bisa dipasok Petronas kepada Indonesia ?
Apakah Indonesia akan membeli minyak mentah atau produk-jadi dari Malaysia ?
Â
Memang Petronas saat ini sudah menjadi Perusahaan Minyak Internasional --- yang berhasil menggarap ladang-ladang minyak di Jazirah Arab ( seperti Yaman) dan Negara-negara di Afrika Timur, bahkan juga sudah merambah (konon) ke Negara Afrika Barat.
Â
Jadi Indonesia bukan saja akan menghadapi gejolak kenaikan harga minyak --- tetapi juga masalah sumber supply yang bisa menyediakan volume kebutuhan minyak mentah atau produk-jadi, yang sangat diperlukan.
Â
Memang khusus minyak mentah yang akan diolah Unit-unit Pengolahan Pertamina --- apalagi kalau minyak ex Petronas belum tentu sesuai dengan spesifikasi teknis pabrik-pabrik Pertamina. Dibutuhkan beberapa penyesuaian dan mungkin trade-off dengan berbagai pihak yang menguasai supply minyak mentah.
Â
Menjawab pertanyaan wartawan, Humas Pertamina menegaskan, bahwa Malaysia saat ini memiliki cadangan minyak yang melimpah; sedangkan konsumsi mereka lebih sedikit dari hasil produksinya.
Â
Demikian sumber informasi dari Matanews.com (Korporasi, 25 Februari 2011, jam 10.00).
Â