Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Crop Circle di Tanah Jawa; Pulung ataukah Teluh Braja [wayang Kontemporer -14]

2 Februari 2011   00:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:58 802 1
Sang Batara Narada yang berasal dari Siddi Udaludal itu, tersenyum simpul --- hampir tertawa.  Ia menyaksikan betapa Togog sedang intercept di Pemerintahan NKRI --- Togog sedang memamah biak hasil panen dari Ditjen Pajak.  Ha ha  ha. Ia juga menyaksikan pula Orang Yogya dan Orang Tanah Pusaka --- ter-heran-heran "timid" (lihat di kamus Inggris). Memperdebatkan Crop Circle. Ha ha ha. "Eiiiiiiiit, Resi Kanumayasa, sampaikanlah pesanku pada manusia bumi di Tanah Nusantara ".  Semula tidak jelas apa yang dibisikkan Hyang Narada ke telinga Sang Resi --- karena mereka berdua duduk di atas dua batu yang berhadapan di Pertapaan Parenama di daerah Pacitan sana. Rupanya ini isi wejangan dengan wisik itu : Crop Circle itu adalah lambang kontemporer Ajaran Suci Rahayu --- ajaran bagi manusia untuk mencapai kehidupan bahagia, rohani dan jasmani. Maka ia dinukilkan di hamparan sawah ladang untuk dipanen manusia --- entah ladang gandum entah sawah padi. Pokoknya ke kawasan Arcapada yang budayanya stagnan dan paceklik akan menghampiri. Adalah badan wadag jasmani manusia itu dibekali  dengan 8 unsur, yakni :

  1. manik-manik ( berwarna mutiara)
  2. emas
  3. perak saloko
  4. timah putih
  5. tembaga
  6. besi
  7. garam
  8. belirang.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun