Kasus terakhir yang menyangkut rutan Mako Bimob- Kepolisian, dan penyuapan para tahanan untuk keluar dari sel --- sungguh membuat bangsa ini jenuh dan mual ingin muntah !
Begitu bobroknya akumulasi hal retrogresif di semua lini Sistem dalam bernegara --- semua Prosedur dan Metode dibuat tidak berdaya --- menjadi ajang kriminalisasi --- demi uang.Se-olah-olah bangsa ini menjadi golongan manusia bodoh dan brengsek.
Kita teringat pada salah satu kutipan kata-kata mutiara pada Hello Indonesia-ku (03)http://sosbud.kompasiana.com/2010/01/27/hello-indonesia-ku-03-hikmah-kata-kata-mutiara/
http://sosbud.kompasiana.com/2010/01/27/hello-indonesia-ku-03-hikmah-kata-kata-mutiara/
“Every country can produce good men. (Alle Lander gute Menschen tragen) “- Gotthold Ephraim Lessing, Nathan der Weise Act.
Apakah Pendidikan Nasional, Agama yang dianut, Falsafah Negara Pancasila , dalam kehidupan ber-Negara, hasilnya begitu Retrogresif dan tidak produktif ?Masa 65 tahun Merdeka tidak bisa menghasilkan Pemimpin sekelas jaman Kolonial --- sekelas Dokter Soetomo, Mr. Muhammad Yamin, Soegondo Joyopuspito, J. Leimena, Bung Karno-Hatta, Sjahrir, Tan Malaka; atau Subchan ZE, Zamroni dan Mar’ie Muhammad , dan kawan-kawan ?
Apa yang salah dalam Indonesia, yang berpemerintahan dan ber-Negara sampai menghasilkan Mismanagement ?
Jelas yang mempunyai masalah adalah Manusia Indonesia !Tidak bisa memilih orang yang tepat untuk keadaan yang sudah murat-marit ini. Orang-orang yang menjalankan roda Pemerintahan, Ber-Negara dan Birokrasi --- tidak mampu melakukan “engineering” terhadap kekuasaan dan melakukan “social power”. Tidak mampu menyempurnakan dan melaksanakan 45 butir-butir Pancasila (P4).
Mereka tidak mampu memperbaiki keadaan --- mungkin mereka memang tidak mempunyai “idealisme”, atau sudah dari sononya mempunyai “ciri politik yang koruptif ! " Sistem yang ada tidak bisa mereka laksanakan atau perbaiki --- malah mereka melaksanakan misi politik kekuasaan mereka saja.Semua sistem dalam Negara ini menghasilkan resultante kerusakan, pemborosan dan ke-sia-siaan saja.
Pertumbuhan ekonomi bukanlah menjadi kekuatan progresif --- tetapi sekadar untuk memelihara survival pasar.Pasar Global yang sangat menjadi fokusKehidupan Dunia masa kini. Pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi “kepentingan global” untuk menjamin interdependensi kehidupan seluruh perekonomian dunia. Ekonomi Pasar, manfaatkan sesuai Konstitusi --- jangan ikut arus saja !
Sebagai Bangsa --- Indonesia tidak saja membutuhkan pertumbuhan ekonomi --- tetapi terwujudnya Masyarakat yang Adil dan Makmur. Masyarakat yang Sejahtera !
Sampai saat ini, Management dalam meng-operasikan Sistem untuk mencapai Tujuan Kemerdekaan itu, belum bisa dalam track yang benar --- cara Pemberantasan Korupsi dan merajalelanya Kasus Suap-menyuap di semua Sistem Ber-Pemerintahan dan ber-Negara --- adalah buktinya.
Pemerintahan yang ada saat ini gagal dalam melaksanakan Amanat Konstitusi.
Apa yang harus dilakukan ?Presiden dan Pemerintahannya harus segera “me-restore”Organisasi-nya dan Sistem yang harus diberlakukan --- mereka harus menunjukkan “kemampuan-nya” memimpin Bangsa ini.
Untuk merestore --- mereka tinggal melaksanakan Amanat Reformasi tahun 1998.Apa sukarnya ?Tidak ada kesukaran, kalau mereka juga mempunyai Idealisme yang sama, bahwa Gerakan MahasiswaDan Rakyat tahun 1998 adalah amanat untuk melakukan koreksi !
Mengerti ?Tidakan Koreksi adalah satu Azasi Management yang benar --- melakukan fungsi “Controlling” --- melakukan tindakan cybernatik terhadap kekeliruan pencapaian tujuan.
Apa Tujuan Indonesia ber-Pemerintahan, ber-Negara, dan ber-Konstitusi : Undang-UndangDasar1945 Amendemen ? Baca dan Kajilah !
Dalam prosesnya Tujuan itu harus dirasakan sebagai “Kesejahteraan” baik moril maupun material --- bukan terus-terusanmual, mau muntah, jenuh dan menumpuk dendam --- ingatlah bencana yang mengancam dalam Bangsa ini --- bukan saja potensi Alamnya, tetapi juga hasil Budaya Retrogresif.Korupsi yang menghancurkan Moral Bangsa, Kekayaan Sumber Daya dan Tujuan Kemerdekaan Indonesia.
“ Cede repugnanti : cedendo victor abibis “; Singkirkanlah mereka yang melawan arus (retrogresif), dengan menyingkirkan itu, engkau akan maju menjadi pemenang (Ovid., Proverbia Latina).
Segera lakukan tindakan korektif,Reformasi pelaksanakan hukum : Tembak mati para koruptor --- Hukum berat para Penegak Hukum yang melanggar hukum.
Jangan bengong --- Bukan fajar kemenangan yang engkau pandang, tetapi tanda-tanda alam yang akan menenggelamkan Negara dan Bangsa ini --- seperti Sriwijaya atau Majapahit.
Budaya lawan yang bersifat Retrogresif telah berkembang di dalam Bangsa ini ! Republik Indonesia bisa menjadi Sriwijaya atau Majapahit. L'Histoire est repete.
“Nasi sedap gulai mentah, gulai sedap nasi mentah” ( Pribahasa Melayu-Malaysia), artinya pekerjaan yang tidak sempurna --- Memang inilah keadaan yang diperoleh Indonesia dalam 65 tahun kemerdekaan ini.Baik terpilihnya pemerintahan maupun hasil ber-Negara yang dirasakan.
Mentah !
Ini ada Pepatah Indonesia yang mempunyai padanan yang satirical --- “Bandar terbuka dagangan murah, badan sudah tua” ; apa daya Indonesia telah tertinggal --- hanya angan-angan menggantikan idealisme-nya. Indonesia melihat fatamorgana seperti akan memenuhi “kehausan-nya”.
Lihatlah langit berisi jutaan bintang-bintang tetapi hanya lima atau enam saja Sukhoi yang terbang !.
Pepatah Indonesia di atas ada Pantunnya yang juga satirical (dari perbendaharaan klasik di-kontemporerkan) :
Sapi hitam mari diperah
diperah orang di lereng Merapi
Indonesia makin jadi parah,
diperolok-olok bangsa --- ia tidak mengerti
Mau bukti, lihatlah pemimpin Indonesia dalam berita ; lucu-lucu mimik dan prilakunya --- lihat body-language-nya, dengar ucapan dan pandangannya.Menanggapi masalah pun mereka seperti orang gugup dan gagap saja.Apakah di Wasior atau pun di Seoul atau pun di Jakarta.
Lucu ya ?
Masa sih ? --- Indonesia hanya bisa menghasilkan “bahan mentah” saja, gas dijual murah, devisa-nya bebas merdeka --- masuk lagi, sebagai hot money ke Indonesia untuk menyedot “bunga tinggi” .Bodoh apa brengsek-kah Bangsa ini, ya ?