Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

He – Kalau Ingin Belajar Kepanduan Jangan ke Luar Negeri! [Kesadaran Nasional - 23]

15 September 2010   09:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:14 173 0
[caption id="attachment_258541" align="aligncenter" width="300" caption="DPR dan Anggaran-nya"][/caption]

“Busyet – DPR mau belajar Kepanduan ke Luar Negeri ?”Sergah Cik Yung, begitu dia mendengarSeorang ayah muda, tamunya terlanjur mengemukakan isu dongok itu --- jadi ramai majelis lebaran di rumah Cik Yung, karena di sana tidak kurang ada belasan orang sedang bertamu. Cik Yung dengan beberapa orang tua duduk di saung sementara anak-anak mudamasing-masing duduk di kursi lipat mengambil posisi.

 

“ Aku pertama sekali menjadi pandu di madrasah Al Jam’iatul Al Washliah --- kami tergabung dalam Pandu Al Washliah.Di situlah aku mengenal pendidikan kepanduan, mengucapkan janji pandu…………pandu itu jujur, setia, ………pandu itu satria (lupa selanjutnya).Lambang kepanduan kami sama dengan lambang pandu lain-nya……….Cuma semboyannya yang beda ……….Bu’istu lil Karimal Akhlak …………Aku  bangkit untuk menyempurnakan Akhlak”

Kemudian Cik Yung menceritakan bagaimana proses latihan mereka dulu, melakukan daagkamp (perkemahan sehari), perkemahan, jamboree, kegiatan sosial.Dari umur delapan tahun  tertanam karakter --- bahwa untuk mencapai tujuan hidup atau target itu ada syarat karakter, diperlukan…………pendidikan kepanduan bertujuan membina karakter Kebangsaan, Kejujuran, Jiwa Satria, Mandiri dan Sifat-sifat Mulia lainnya.Melengkapi pendidikan dan pengajaran formal di sekolah.

 

 

“Itu anggota DPR sudah mempelajari Sejarah Kepanduan dan Ke-pemudaan belum ?Mau menjadikan pemuda Indonesia jadi orang Afrika Selatan, atau orang Korea atau Jepang, sih  ?Wah, waaaaaaah” Wajah Cik Yung merah padam.

 

“Cik,biaya mereka ke sana ---3,7 milyar Cik”

 

“Mengapa bangsa kita tambah dungu ya, masa membuat RUU Ke-Pramukaan saja harus menghabiskan dana demikian besar ?”

 

“Iri nih ye ?”Eh, emak si Harun nyletuk dari bawah pohon mangga.

 

“Ya, aku cemburu --- kita semua harus iri pada Komisi X DPR itu, mengapa mereka tidak bertanya kepada para Senior Kepanduan masa lalu, kepada mereka yang pernah menjadi Kwartir Nasional Gerakan Pramuka ?Apa-nya yang mau diambil dari Afrika Selatan, Korea Selatan dan Jepang ?”

 

“Kemajuan Bangsa Jepang barang kali pak ?”

 

“Tanya saja kepada Duta Besar kita di sana --- kemajuan Korea, Jepang dan Afrika Selatan bisa di baca dan ditonton, di buku, majalah, internet --- kalau kemajuan industri Jepang dan Korea, itu bisa dilihat di rumah-rumah orang Indonesia, atau pergilah ke toko, mall atau pasar dan siaran tivi ---Buku pedoman yang ditulis Baden Powell itu dasar, budaya bangsa di tanamkan, akhlak baik , suri tauladan dari Pimpinan …………….itu yang ditanamkan pada gerakan ke-Panduan Nasional.Kok malah menghabiskan duit saja”

 

 

Lantas Cik Yung bercerita tentang gerakan kepanduan sejak Sarikat Islam dengan Sarekat Islam Afdeling Pandu ( S.I.A.P.), Hizbul Wathan Muhammadiah --- yang dijaman revolusi menjadi laskar rakyat yang sangat patriotis, sampailah Gerakan Pramuka (Praja Muda Karana).

 

“Yang mungkin Bung Karno inginkan, agar gerakan kepanduan menjadi Tunas Muda yang unitaris “ demikian penjelasan Cik Yung

 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun