Tamtambuku cleret tanda lima patah bendil patah paku anak belakang tangkap satu
Anak-anak gadis cilik enam tujuh tahun bermain-main naga-nagaan
Tidak takut (titik titik) Arab tidak takut (titik titik ) Cina mari kita pergi ke Malaysia
Tidak takut (titit titit) Arab tidak takut (titit titit) Cina mari kita ke Malaysia
Anak-anak gadis cilik enam tujuh tahun bermain-main naga-nagaan
Sri Ayuningtyas tidak menangis lagi
Dari jendela bis ia hanya berebes mili
Sri Ayuningytas ia tidak menangis lagi
Kini Mang Baridin sponsor mengantarnya ke Pete --- Ghetto
Ghetto para perempuan miskin, sial, tidak pasti jadi harem atau hamba sahaya
Mereka terhinakan oleh karena miskin dan negerinya tidak bisa memberikan kerja
Mereka terhinakan oleh karena miskin dan bapaknya tidak bisa memberikan makan
Mereka terhinakan oleh karena miskin dan pamongnya putus asa hanya bisa,
merubah palsukan umurnya --- buat selamat jalan dengan foto-foto kopi, yang di negeri ini budaya foto kopi asli yang dipalsukan --- yang palsu diaslikan
Tidak bisa dibedakan --- semuanya bisa terjadi, buat selamat jalan paspornya
Sri Ayuningtysas tidak mengerti --- ijazahnya hanya ibtidaiah ia pandai mengaji
Bis yang sumuk --- Ayu mendorong celah jendela --- air matanya segera menguap
Para pengasong berjualan di bulan puasa --- menangis menjerit-jerit, lapar, lapar lapar, lapar, lapar, lapar , lapar ,lapar, lapar. --- keringat mengering dan menguap
Bagi Ayu tidak mengerti Ringgit , enggak mengerti Rial, enggak mengerti Dollar Hongkong atau Dollar Singapura --- ialah yang harus mengerti merubah dirinya dari tukang jahit 20.000-an --- menjadi Ringgit Malaysia.
(bapak emak dan adiknya harus makan untuk hidup, dan menghidupi --- kiriman uang beeni dan westerunion beeri)
Menjahit gordin, menjahit lurus --- bisakah ia memutar tombol mesin cuci yang tidak pernah dilihat-nya ?
(Bagaimana tidak gamang mengelap kaca di tingkat delapan --- Bom terjatuh ia bergelimang darah Ibu Pertiwi ……………..dan menangislah lagi para Ibu-ku)
Mang Baridin bilang gampang --- dia perempuan lima belas tahun
Dia perempuan 18 tahun di katepe fotokopi
Ia perempuan
Ia tidak perlu tahu tombol mesin cuci, yang penting ia bisa dipaksa membuka pahanya
Sri Ayuningtyas tahu itu --- sejak ia mendapat hadiah bulanan
Dia harus membukakan pahanya di mana saja kalau ia terpaksa, sebagai hamba sahaya, di negeri orang seberang, di perantauan sebagai orang buangan
Mereka golongan miskin penadah raskin
Mereka orang miskin penadah be el te
Mereka harus membuka pahanya kapan saja di mana saja kalau terpaksa
Tamtambuku celeret tanda lima --- kontrak kerja dua tiga tahun di usiamu yang muda --- ia menangis lagi dalam hatinya.
(Skenario Bandara Soetta di Indonesia ---Sri Ayuningtyas di tunggu di Bandara Soekarno Hatta – biar ditelan para calo dan para lanun, dia kalau kembali akan ditelan seperti dulu dia bayangkan di kamar-kamar para hamba sahaya --- mengapa begitu kejam dunia ini untuk gadis cilik dari Indonesia --- jadi hamba sahaya di mana saja karena kemiskinan di negeri-nya).
Tamtambuku celeret tanda lima --- Indonesia adalah negeri miskin para hamba sahaya. Ia tergeletak di dasar ghetto para pete --- para majikan di mana saja.
Tidak pandai kerja dan berkata --- ia akan disetrika dan didera --- kalau dia cantik dan bersih --- bukan diperkosa --- dia bekerja suka sama suka.
(Sri Ayuningtyas anak Indonesia berumur lima belas dan delapan belas (dalam ghetto, A city area populated largely by people of a minority group, usually to financial or social restrictions imposed by the majority group……………..) Baca dan maknailah.
Dia sama saja terhina di sini atau di sana ………..ia terpaksa membuka pahanya !
Sama saja ia harus bersedia kapan saja, membuka pahanya. Itu ijazah asli-nya.
                                                                                                           (MWA)
Â
Â