Selain desain dengan suasana Romawi yang digemari kaisar --- bahkan Kaisar Hippo IV menginginkan agar agenda harian beliau juga diisi dengan humor, anekdot, dan karikatur kehidupan dunia manusia. Itu pula yang mendorongnya untuk memanggil Ratu Gurita menghadap : Sandi "Amboi amboina" itu berarti si Ratu Okay akan tiba menjelang matahari terbenam. Kaisar sedang membaca CV manusia pelamar , sebagai Publius Syrus, seorang budak Roma (85-43 SM) yang sangat berbakat dalam lelucon --- ia sendiri kelahiran Suriah, tetapi sukses menjadi orang merdeka karena bakat melawaknya yang luar biasa --- Memang dalam sejarah Publius Syrus adalah seorang penulis humor di kota Roma. Kaisar tersenyum memandang foto pelamar --- konon dia itu Orang Nusantara dari Melayu Sunda Kelapa (dia tidak mau mengaku dari Batavia).
Satu pesawat amfibi buatan Korea Selatan dikawal satu skuadron helikopter Chinook dan satu skuadron Apache --- terdengar blep,blep,blep ( irama suaranya mantap, tanda pesawat baru dan terpelihara). Kalau pesawat amfibi, karena bermesin jet yah indah terdengar ----wiiiiinnnnng.
"Selamat --- selamat ", tampak Kaisar lebih dahulu memberi selamat --- karena girangnya.
"Maaf paduka, bangsa gurita jadi terlibat dalam manipulasi busines manusia nih, paduka"
"Bagus, bagus" Mereka saling berpelukan dan berbisik --- kemudian Kaisar seperti tidak mengerti.
"Bagaimana, Bagaimana ?"
"Ampun Kaisar, sebenarnya si Paul Gurita itu tidak istimewa tuanku --- bisnes manusia saling bonceng menggelorakan Kapitalisme --- sutradara skenario si Paul itu bernama Gruuid Moullier, si pemberi makan --- ia meletakan kerang yang lebih segar di kotak yang akan menjadi tebakan si Paul "
"Semprul Abunawas modern --- busyet, itu rahasianya ?"
"Kalau skenario kejutan bisnes itu --- yang bisa kalah hanya si Paul, tetapi kalau tebakan manusia itu Goooool, tambah meriah bisnes komunikasi, dan iklan menjadi berlipat ganda tuanku. Si Paul 'kan binatang yang mempunyai naluri --- umpan yang lebih segar tentu yang dipilihnya "
" Busyet --- gampang sekali bisnes manusia dilipat gandakan sensasi-nya !"
"Kabarnya Rita baru pulang dari Nusantara --- apa perkembangannya ?"
"Memang saya menyoroti perkembangan pencurian dan penjualan ikan ilegal di sana tuanku".
"Meriah tuanku !"
"Tidak mengikuti masalah persepakbolaan di sana --- kabarnya akan jadi proyek nasional ?"
"Bisa jadi tuanku --- tetapi kalau karakter bibit persepakbolaan tidak dijuruskan ke Nilai pertandingan ber-prestasi --- payah deh. "
"Maksudnya karakter warganegara harus dibina berjiwa Sang Juara Sejati --- bukan manipulator tuanku "
"Lantas itu Man ---Management juga harus ilmiah tuanku, jangan enggak jelas Visi dan Misinya --- begitu pula kalau Visi dan Misi telah dirumuskan --- Objektif dan Strategi harus nyambung --- kemudian dibuatlah program dan action plan yang juga nyambung dengan Sumber Dayanya."
"Ya, sudah enggak usah dipikiri --- mari kita menonton Orang Nusantara yang melamar menjadi Publius Syrus --- pelawak intelektuil."
"Kenapa dari Nusantara ? Humornya mentah tuanku --- hanya tuding-tudingan, menertawakan kesialan --- nanti Kaisar bisa jadi bebal lho"
"Masa sih --- lihat dulu, ini lain, ini si Cepot dari Sunda Kelapa nih"
"Sebabnya mengapa Orang Nusantara selalu dirundung duka .........ialah karena hanya di Nusantara terdapat hewan yang bisa menangis tuanku, ikan duyung selalu dibuat menangis --- untuk diambil air matanya tuanku --- Kanjeng Ratu Kidul mengutuk perbuatan itu, tuanku."
"Kanjeng Ratu Kidul mengatakan : Hinc dolor, lacrimae hinc --- dari sana asal dari duka, dari sana pula asal dari air mata." si Cepot menunduk sambil melebarkan kedua tangannya ke samping, menutup audisinya.
Kaisar Hippo IV berbisik pada Ratu Gurita : " Risu inepto res ineptior nulla est *" Ratu Gurita tersenyum sambil membayangkan cerdasnya si Gruuid Moullier dan pandirnya si Cepot mencoba melamar sebagai Publius Syrus. Humor penderitaan lain dengan Budaya humor kapitalisme --- humor penderitaan hanya sesuai di lokasi terjadinya, tetapi humor yang dikemas dalam kejutan ala si Paul itu bisa dibisnes-kan.
------------ * Tidak ada sesuatu yang lebih tidak pantas dari pada tertawa dengan cara yang tolol.