Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Mini Cerpen (34) Kota Tua, Alanku-Seksku (Drugs 1/3)

23 Juni 2010   13:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:20 1090 0
Class Meeting, Acara Bebas, Anak-anak bersorak-sorai : Bebas (setelah absen, mereka semua berkelompok macam-macam kegiatan dan rencana anak-anak itu). "Mama, enggak usah dijemput, aku akan berkunjung ke Kota Tua, acara bebas ma."   Itu salah satu suara anak sekolah yang kegirangan acara class meeting hari itu --- acara bebas.  Anak-anak yang biasa dijemput pada memberi kabar orang tuanya, tetapi ada juga yang pulang sendiri-sendiri ke rumahnya.

Geng Mawar Berduri, terdiri dari delapan siswi --- mereka masih memakai seragam putih-putih, kini mereka di dalam bus-way. Menuju Dukuh Atas --- lantas pindah ke bis yang menuju Blok M-Kota. Meriah deh. Mereka berceloteh sesamanya, riuh sekali.  Di antara mereka Rijs, gadis 16 tahun --- medio Agustus nanti genap 17 tahun. Mereka itu semuanya siswa kelas I SMU.

"Eh, nanti selain Museum Fatahillah, aku ingin melihat Museum Wayang "

"Jauh enggak ?"

"Dekat-dekat situ juga".  Memang di masa remaja --- suasana selalu tampak meriah ---- tetapi jangan tanya ke-delapan anak itu, semuanya mereka ada masalah, apalagi setelah ada hasil survey yang mengatakan lebih 50 persen gadis sebaya mereka di SMP, sudah tidak perawan. survey itu mereka perbincangkan pekan-pekan yang lalu --- sehingga di antara gadis itu ada yang mengaku , ada pula mengelak dengan seksama membantah --- percaya tidak percaya, jadinya

Mula-mula mereka berdelapan serombongan, kemudian mulai terpecah berdasarkan keakraban dan minat. Ada sekelompok duduk-deuduk  minum es krim, ada pula bergerombol bergabung dengan anak sekolah lain --- atau banyaklah remaja yang seusia mereka atau yang mirip-mirip kakak kelas-nya.

Rijske dan Malinda berdua menyebrang ke Museum  Wayang. Di ruang sempit dekat lemari Wayang Golek. Bahu Rijske di tepuk seseorang. "Rijs "  --- "Alan"   Langsung saja berangkulan erat.  Malinda bengong sekejap, lantas ia menyadari, tentu dua remaja itu memang sudah kenal akrab, atau mungkin malah sudah pacaran. "Kenalkan "  --- "Malinda" --- 'Alan"   Kemudian mereka bertiga masuk di Kantin di halaman Museum.  Cerita ngalor ngidul --- dari pandangan mata yang sering saling beradu, Malinda menyadari bahwa dua sejoli ini sudah akrab.

"Rijs, gue mau mencari teman-teman lain, mereka pada di mana"  Rijske mengangguk

"Jadi Papa kamu masih melanjutkan kemarahannya ?

"Lama juga kemarahannya, tetapi mama membela gue ---Setelah malam itu lu digebugi dan gue dihajar habis-habisan sama papa --- ditendang, digampar, malah pipi sempat bengkak ditonjok."

"Papa lu kejam banget, deh !"

"Pukulannya malam itu memang meremukkan tubuh gue --- tetapi yang gue sampai hari ini tidak terima ........... kata-katanya yang sangat kejam, mengatakan gue 'pelacur, anak berbakat pelacur, "

"Masa sampai begitunya ?"

"Gue dibilangnya, 'pelacur' .......... gue dendam banget, deh"   Memang insiden itu dapat memisahkan kedua remaja itu.  Kejadiannya sudah berlangsung setahunlah --- menjelang Rijske akan ujian akhir SMP. Ketika sekeluarga pergi ke obyek Agrowisata, Rijske tidak turut, alasannya ia akan mempersiapkan ujian --- ia tidak tertarik kalau hanya makan durian. Itu alasan masuk akal kala waktu itu.

Di rumah Rijske dan Alan mempunyai kesempatan berpacaran hangat --- mereka tidak mendengar klakson yang biasa dibunyikan papa kalau minta dibukakan pintu oleh Mimin --- Mereka asyik dalam ruang wing samping, dengan gordyn tertutup. Mimin sendiri tahu bahwa anak majikannya memang sering berpacaran sembunyi-sembunyi kalau rumah sepi --- tetapi kali ini ia menyaksikan adegan panas mereka. Papa memukuli Alan, dan kemudian menyerahkan pada Satpam kompleks.

Papa memaki-maki Rijske, karena menyaksikan adegan oral itu --- setelah Rijske dipukuli, mama membawa nya ke rumah sakit --- Rijske dirawat tiga hari.

Papa tidak menegur-sapa Rijske mungkin tiga pekan --- Rijske juga tidak ingin kontak dengan papa, ia sangat sakit hati dikatakan papa sebagai 'anak berbakat pelacur'.  Mama yang sangat memperhatikan keadaan Rijske agar tetap semangat menyiapkan ujian akhir SMP.

Cinta mereka putus --- telepon di sita, dan Rijske berkali-kali mencoba kontak dengan Alan. Buntu.

Mama masuk ke kamar Rijske , duduk di tepi ranjang Rijske --- anak gadisnya itu sedang membaca sambil bersandar di tumpukan bantal. Mama dengan lembut memulai berbagai kalimat yang menjurus untuk menyelesaikan kemelut gadisnya dengan Sang Papa.

"Rijs, papa pantas dan berhak sakit hati --- karena umurmu baru 15 tahun, tetapi kamu telah melakukan pacaran dengan prilaku seks yang tidak pantas............. apakah kamu telah pernah melakukan  hubungan badan dengan anak itu ?"  Rijske menggeleng-gelengkan kepalanya, hatinya sangat terpukul, mama masih akan melanjutkan perkara itu. Pertanyaan itu sudah dia dengar berkali-kali dari mulut papa, begitu pun mama.

"Ma, Riris sakit hati papa mengatakan Rijske pelacur dan anak berbakat pelacur --- sampai mati Riris ingat !"  Mama melenguh dan menarik nafas dalam --- untuk meringankan beban di dadanya.

"Rijs, papamu pantas mengatakan itu --- ia menceritakan yang ia lihat --- mama walaupun tidak melihat langsung, tetapi menyaksikan kamu berdua bugil --- hancur seluruh kebanggaan mama......"

"Papa kejam !"  Sekonyong mama menyingkapkan daster Rijske, melorotkan celana dalamnya --- dan mecoba meraih vagina Rijske, Rijske meradang mencoba menarik dirinya. "Dengar  --- mama harus turut menyelesaikan kemelut kamu berdua, mama pun sangat terpukul dengan perbuatanmu"

"Papa kejam !" Dengan secepat kilat , mama meraih paha Rijske dan merabakan jari tengahnya ke antara celah paha Rijske  "Jangan ma, Rijske secepat kilat bereaksi. " Sakit ma !"  mama memang mengerti batasnya --- ia seorang wanita pula. Ia berdiri meninggalkan Rijske yang menangis sambil melengkapi lagi pakaiannya --- dan ia sembunyikan wajahnya di tumpukan bantal. Yang dipikirkannya............ mamanya memeriksa hymen-nya. Ya, hymen-nya masih utuh, Ia selalu berkelit kalau Alan juga menghampiri sasaran itu. Ia selalu mengaduh kalau itu tersentuh.  Mama dengan mata nanar duduk di dalam gelap memandang ke arah sorotan  lampu spot yang mengarah pada gambar perkawinan mama dan papa  21 tahun yang lalu.

Malam itu di kamar mama memberi jaminan kepada papa bahwa, Rijske masih perawan --- dan papa harus memaafkan dan melupakan insiden itu --- agar Rijske dapat mempersiapkan diri ujian akhir dengan tentram.

Sangat besar hati Rijske, saat papa menarikkan kursi untuknya pada saat mereka 'makan luar' agar anak-anak semua mempersiapkan diri untuk ujian dan kenaikan kelas. Papa menepuk pundaknya.......... Tetapi kata-kata papa 'pelacur ......anak berbakat pelacur' sangat menyakitkannya sampai malam itu.

Kisah itu diuraikan Rijske pada Alan --- "Papamu kejam, sok suci --- pejabat model papamu pasti buaya Rijs --- aku juga benci pada papamu.  Satpam mengirimku ke polisi --- Dan bapak dan keluargaku mengutuk aku karena berurusan dengan polisi --- bikin kering, menghabiskan biaya  kata mereka. Konflik di dalam keluargaku pun akhirnya mengorbankan kuliahku Rijs.  Aku benci dengan papamu dan juga Bapak dan keluargaku."............."Sekarang aku sudah bekerja, aku akan kuliah lagi nantinya ..........ayo ke rumahku".

Memang setelah lulus SMP dan selama di SMA kelas satu --- setahun ini Rijske tidak memikirkan pacaran, tetapi ia selalu dirongrong kenikmatan dengan  Alan. dulu mereka selalu berpacaran berat, di taman-taman, di tempat parkir, di pinggir jalan yang remang-remang ............dan memang terkadang ada kesempatan di tempat kos Alan .......... dan dua kali di rumah Rijske. Sampai insiden terakhir.

Remaja mabok (tidak mempunyai karakter yang menyadari adanya hari depan).  Rijske dikurung sudah 6  hari di rumah kosong, yang menjadi nafkah Alan belakangan ini --- ia bekerja menjaga rumah kosong.  Buaian bulan madu, dan khayal hidup berdua dan akan kawin di Bali memabokkan Rijske --- Sebenarnya Rijske takut sekali begitu lama meninggalkan rumah --- tetapi akibat rayuan dan kenikmatan "Alanku-Seks-ku" ia karam dan tenggelam --- ia pastikan Papa dan mama benar-benar kalang kabut dengan kelakuannya kali ini.  Tetapi ia sudah sangat terlanjur tidak dapat menerima kata-kata papa. Dua malam ini malah sebelum menikmati seks ada acara menelan 'pil setan' --- Alan juga mengajarkan mereguk minuman keras walaupun tidak sampai mabok. Alan menjual pompa air cadangan milik rumah itu. Hasilnya untuk kehidupan nikmat mereka berdua.

Alan memberikan pengalaman menikmati gemerlapan hidup malam --- ia ingin memberikan orientasi, seks adalah kesempatan bagi wanita, seks adalah pengalaman dan kehidupan. Walau tidak semudah itu Rijske digiringnya.  Suatu subuh Polisi menemukan seorang gadis pingsan over dosis di tangga perkantoran --- sementara  Alan berkesempatan melarikan diri setelah menjual speda motor butut majikannya. Ia ngabur menjadi buronan.

Papa mengamuk, kasar dan brutal--- mama menjerit-jerit.  Anak itu remuk dan dilarikan ke rumah sakit --- Ada salah satu tulang cervical-nya yang retak --- kemudian Rijske ditempatkan untuk rehabilitasi di Pesantren dekat Tasikmalaya. Tetapi kemudian, Ia melarikan diri dan berusaha mencari kontak dengan Alan.

Rijske segera bergabung dalam komunitas para pecandu narkoba dan ia .......... menjalankan takdirnya menjadi pelacur untuk memuaskan segala desakan di tubuhnya.

Papa putus asa dan menyesal, disalahkan psikolog dan kyai --- karena ia memojok-kan anak manusia itu ke jalan yang dibencinya, tetapi terpaksa ditempuh-nya --- karena tidak ada lagi jalan pilihan.  Mama menderita karena dengan susah payah mengerahkan kemampuan polisi untuk melacak di mana anak gadis itu berada. Hidup mama sangat tertekan --- ia mudah kagetan kalau ada berita anak hilang, jual beli anak, penjualan wanita atau pun ditemukan potongan tubuh gadis di beberapa tempat di Indonesia . Ia menjadi menggeletar apabila ada pula berita jual beli organ manusia ---akhirnya  ia juga menjadi pasien psikolog --- malah mungkin psikiater dalam waktu dekat ini.

Sementara si Rijske sedang dalam penerbangan menuju ke Balikpapan setelah berputar-putar seantero Pulau Bali. Ia kini seolah-olah di bawah satu manajemen yang mengatur hidupnya, kenikmatannya, dan bersiap mati dalam jalur nikmat yang buntu. Ia sedang akan menuju pos-nya di Nunukan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun