Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Epos Medan Kota Dollar (03) Mendebat Tan Malaka (Juli 1942)

27 Mei 2010   13:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:55 132 0
Di Langgar  Percut Sungai Tuan --- selesai sholat Magrib, tampak paman Suwarsono berbisik-bisik dengan  ustadz Karim, kemudian paman Warsono menggamit Slamet.  Tidak jelas apa yang diperbincangkan. Tampaknya itu hari bulan ke 17 jadi sinar bulan masih temaram, menyinari sekitar perkebunan tembakau di Percut dan Sungai Merah --- samar-samar tampak jalan permanen maupun jalan kebun  ada terbentang di alur tanaman tembakau.  Di tepi jalan permanen kiri kanan ada pohon jati yang tingginya sudah menyamai pohon kelapa.  Bayangan pohon-pohon besar dan barisan tembakau --- memberikan nuansa misteri dan penuh rahasia.

Mungkin jam telah mencapai pukul 9 malam barang kali --- majelis pertemuan itu sekitar 12 orang.  Paman Suwarsono adalah  mandor pengawas pemilahan tembakau. Ia dikenal juga sebagai aktifis pergerakan --- ada juga yang menggolongkannya anasir radikal.  Hisyamuddin pemuda nelayan muara Sungai Tuan juga hadir. Lantas Marpaung  orang dari bangsal peragian.  Banyaknya orang kampung yang turut dalam pertemuan itu --- hanya ada dua orang asing yang menghadiri majelis, tidak dikenal oleh orang kampung.

Lamat-lamat di pinggir jalan dan jembatan seperti petugas pemuda yang mengawasi kampung malam itu.

"Tuan Guru Karim, Encik Hisyamuddin, Cik Badaruddin, Kang Slamet dan semua hadirin ," suara paman Warsono lembut tetapi berwibawa.

"Malam ini kita kedatangan seorang tamu --- dari tanah Melayu, tanah seberang, beliau akan memberikan oleh-oleh dan petuah mengenai perkembangan serangan pendudukan Jepang di Tanah Air kita, juga di Semenanjung Malaya, yah seluruh Asia akan panas --- Jepang akan melibatkan negeri dan rakyat kita untuk bertempur melawan Sarikat"  sebentar paman Warsono berhenti berbicara --- diedarkan teh tawar berkeliling.

"Nippon, Dai Nippon sama saja --- mereka fasis yang akan menjajah negeri kita juga.  Belanda dan Inggris telah takluk --- tetapi Sarikat akan memperluas perang ke seluruh dunia --- rakyat kita, kalau tidak berbekal ilmu dan pengetahuan yang teliti, niscaya akan tetap dalam cengkraman para penjajah.  Entah dari negeri Eropa atau Barat maupun dari Dai Nippon. Kita harus berakal menghadapi hal ini, baiklah saya bersilahkan Tuan, atau Encik Lukman Hakim menyampaikan beritanya "  paman Warsono mempersilahkan tamunya.

"Assalamualaikum wa rakhmatullah wa barakatu --- saye ni dari Trengganu, tanah air bangse Melayu,  saye bekerje sebagai Cik Gu dan pemberite Surat Kabar  --- banyak lah berjalan ke Temasik, Siam sampailah Filipine dan Cine.  Kobaran peperangan ini tidak lain adalah perang sesame penjajah--- yang akan memperebutkan harte pusake negeri leluhur kite.  Di daerah ni mereke memperebutkan tembakau, karet, kalape sawit, coklat, pale, --- karet dan kelape sawit ni sangatlah dikehendaki tentare Jepun. Kalau yang lain tu hanye bergune untuk industri jangke panjang ---- tetapi kalau karet, minyak bumi, dan minyak kelape sawit sangat bergune untuk peperangan --- tidak diketahui sampai berape lame akan berlangsung. "  semua mendengarkan dengan seksama.

"Rakyat kite harus bersatu padu, merapatkan barisan --- akal kite harus dipertajam, kite harus mampu menggunakan teori dan hakekat falsafah  yang teruji untuk membasmi paham pare penjajah tu --- Kolonialisme, fasisme dan Kapitalisme hanye tunduk pade paham yang tajam dan handal. " Cik Lukman memandang berkeliling.

"Tidak ade kate berkawan dengan musuh Rakyat tu --- mereke itu semue adalah penjajah penghisap kekayaan alam dan tenage buroh, tani dan nelayan kite."  Tampak Cik Lukman meremas tangannya, ia membuka kopiahnya. Tampak gombak rambutnya --- matanya agak sipit seperti Cina, tetapi kulitnya tidak begitu terang. Dan ucapannya  elok seperti orang Melayu Semenanjung.

"Ape yang kite harus pegang paham yang handal untuk menghancurkan paham kapitalisme --- tidak lain dengan Dialektike.  Bahwe penghisapan kaum kolonialis atas negeri kite --- ape juge yang dibuat kaum kapitalis asing tu --- adalah same ade juge, adalah tesis mereke. Harus kitejawab tidak ade kompromi, tidak ade kooperasi, tidak ade kerjasame.  Non Koperasi ! --- itulah yang kite namekan antitesis.  Niscaye  akan timbul semangat dan kemenangan yang membuat kite Merdeke perseratus.  Atau seratus persin.  Itulah impian dan cite-cite kite --- pergolakan itu akan melahirkan Sintese. Percayalah ." Cik Lukman memandang ke arah Ustadz Karim.

"Jangan kita silap saudaraku, Cik Lukman Hakim , apakah cara  bepikir itu bukannya Komunis ?" tanya ustadz. Mereka saling memandang.

"Maaf saudareku --- tidaklah ade bedenye --- paham Islam pun ade benarnye.  Amar Ma'ruf Nahi Munkar ---Ugame memerintahkan setiap Kebaikan dan mentegah setiap Kemunkaran.  Itu Cik, Kemunkaran adalah tesis dijawab oleh Memerintahkan Kebaikan sebaik antitesis --- Insya Allah akan melahirkan Kegunean yang merupekan Sintesis." Mereka saling pandang kembali.

"Cik Gu, kalaulah ajaran Islam sudah bisa menjawab tantangan masalah dunia dan akhirat --- apatah lagi kita mencari-cari teori yang tidak berkenaan sisi lain agama kita --- orang Komunis adalah Atheistis, janganlah ajarannya bercampur baur dengan kita."  Diungkapkan ustadz.

"Begini Cik,  dalam banyak hal di dunie ni terutame care kite nak berhadapan dengan  kekuatan perhitungan kaum borjuis dan kapitalis, tak kene kite hanye menghandalkan care ugama Islam, tak kene betul.  Kite harus kupas hitung-hitungan mereke dengan Dialektike. Dan kite handalkan pule Logike dalam menghancurkan peradaban mereke dengan care revolusi ".  Kata Cik Lukman melanjutkan

"Ah, tidakkah Islam telah siap menghadapi segala ajaran kafir ?"

"Begini Cik, bicare akhirat bolehlah --- tetapi untuk menghadapi perubahan yang revolusioner, tak pelak harus  Materialisme, Dialektike dan Logike "  semua hanya khusuk mendengar tiga ilmu yang sedang dibeberkan.

"Itulah ajaran Islam memenangkan kebutuhan dunia dan juga menyiapkan kebutuhan akhirat ."

"Setuju saye, saye muslim --- tetapi untuk masaelah dunie, saye pakai pule alat dunie, itu tadi Materialisme, Dialektike dan Logike --- tak ade yang berlawanan dengan Islam "

"Cik nanti di Materialisme tu, yang meniadakan ketuhanan tu ---"  Ustadz memandang ke arah beberapa orang yang berpengaruh, juga ke Marpaung.   Marpaung hanya tafakur saja.

" Hanye alat kite untuk melawan Kapitalisme, Kolonialisme penghisap , penjajah dan ajaran paham yang menghisap kaum buroh"

"Kite memerlukan alat yang sesuai untuk musoh yang amat besar ini"

"Baiklah kita sudahi acara yang ini, sebaiknya kita beralih pula pada satu lagi , hakekatnya Rakyat Indonesia saat ini akan dipecundang oleh Nippon untuk menghadapi Sarikat, baiknya Tuan Lukman bahas pula bagaimana jalannya perang ini --- untuk Indonesia mengambil keuntungan. "  demikian paman Warsono mengalihkan ke punca acara lainnya.

"Begini,  dengan serangan Nippon ke Pearl Harbor Desember 1941 --- pastilah Perang Besar akan terjadi di Pasifik.  Negeri kite akan menjadi ajang perang orang Sarikat dengan balatentara Dai Nippon.  Mereke semue adalah musuh kite.  Kite harus satukan barisan. Semue orang yang bekerjasame dengan Belande, Nippon, atau Inggris dan Amerike ---- same saje musuh bagi Kemerdekaan  Indonesie.  Sementare barang hasil perkebunan tidak bise mereke jual --- rebut, seludupke ke Semenanjung atau Temasik.  Balikbawe senjate.  Belande dan Inggris sudah takluk--- hati-hati, bile sampai Jepang kalah.  Jangan kompromi, kalau tidak dapat perkebunan ni --- bumi hanguskan.  Kaum Feodal kalau tidak juge sadar masih menjadi kaki tangan musuh --- hanye satu jangan ade pengampunan !"  Cik Lukman berapi-api melanjutkan cara perang, taktik gerilya, bagaimana menghimpun buruh tani untuk merebut harta benda perkebunan.  Kalau tidak bisa direbut, jangan diberi jatuh ke tangan musuh.

"Jangan kasih kesempatan kaum kolonialis kembali, jangan percaye pade fasis Nippon, jangan kasih hati kaum feodalis --- kesempatan bagi Indonesie Merdeke --- inilah saatnye. Perang Pasifik --- siape pun pemenangnya."

Dijelaskan pula oleh Cik Lukman, bahwa Mao tse Tung akan memenangkan  Revolusi di Cina --- kalau Indonesia bisa menegakkan Kemerdekaannya, sementara berkecamuk Perang Pasifik --- Rakyat Indonesia bisa membendung kedatangan kolonialis atau pun melumpuhkan bala tentara  Dai Nippon --- Kaum buruh Australia dan Nasionalis India adalah pembela kita. Indonesia !

Nusantara dan seluruh Hindia Belanda, Pulau Timor Portugis, serta Temasik, Sarawak dan Malaya harus sekaligus kita merdekakan .  Kita akan bangun Organisasi Kawasan Asia Tenggara, meliputi juga Australia. Organisasi itu adalah Aslia *--- Inggris kita linggis dan Amerika kita setrika.  Itulah isi ceramah panjang lebar dari Cik Lukman Hakim.

Malam tambah larut --- pertemuan itu diakhiri dengan peluk cium dan bisikan pekik Merdeka.  Tampak rombongn tiga orang itu diboncengkan dengan speda ke arah muara Sungai Percut.  Apakah mereka akan berangkat menuju lautan ? Siapa Cik Guru Lukman Hakim ?

Beberapa hari, itu saja yang mereka pertanyakan --- paman Suwarsono konon berangkat ke Jawa untuk mempelajari ilmu politik dan perang gerilya --- yang akan dipersiapkan untuk melatih para pemuda di Sumatera, menghadapi Perang Pasifik.  Bukan untuk membantu Jepang tetapi mempersiapkan Perang Kemerdekaan Indonesia.

Satu hal yang diingat ustadz Karim. Kalimat yang diucapkan terakhir sebelum mengucapkan : Assalammualaikum Wa Rakhmatullahi Wa Barakatu ...................'.Ketika menghadap Tuhan saya seorang Muslim, tapi manakala berhadapan dengan manusia saya bukan Muslim **"

Ternyata tamu mereka yang memberi ceramah dan pengarahan itu adalah Tan Malaka, alias Ramli Husein, alias Ilyas Hussein, ( "alias  Lukman Hakim", pandai-pandainya paman Suwarsono mengelabui  anggota organisasi persiapan perlawanan gerilya melawan Nippon dan Sarikat yang ingin menjajah  Indonesia ).

*Aslia;  "konsep Tan Malaka , negeri-negeri Asia Tenggara plus Australia --- yang kemudian dilaksanakan Pak Harto, Orde Baru, melalui Menlu Adam Malik, yakni Asean.

** Pidato Tan Malaka  di Kongres Komunis ke-4 di Moskow, 1922.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun