Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Kesadaran Nasional (11) Pertempuran Emosional di Stalingrad dan di Medan Area

11 April 2010   11:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:51 399 0
Stalingrad, Rusia, 1942

Pasukan Jerman yang menyerang Stalingrad telah beberapa hari ini, tidak mengalami kemajuan --- bahkan Stalin dan para Jenderalnya yakin bahwa musim dingin kali ini pun, akan menenggelamkan pasukan Jerman seperti bala tentara Tartar beberapa Abad yang lalu.

Pasukan Jerman telah berusaha bertempur tiga bulan terus menerus  menerebos untuk merebut Stalingrad --- macet. Bahkan morale pasukan-nya mulai mengendor. Salju Stalingrad betul-betul benteng alam yang membekukan pasukan Jerman yang mulai tersendat.

Pasukan Jerman mulai menghadapi masalah logistik--- dingin dan lapar mulai merambat, setiap prajurit mulai berbisik-bisik tentang misi mereka menyerbu sampai ke Stalingrad. Sebaliknya pasukan  Rusia bertubi-tubi menerobos ke segala arah menggongcangkan morale pasukan Jerman. Tentara Rusia optimis mampu membendung serbuan pasukan Jerman. Sampai di sini pertempuran kedua belah pihak masih berkobar.

Di dalam pasukan Jerman terdapat resimen Prusia yang jaya, yang mempercayai bahwa keputusan tertinggi Jerman yang memutuskan penyerbuan ini --- adalah tepat.  Beratnya perlawanan bukan berarti Jerman tidak akan memenangkan pertempuran ini. Perhitungan OKW (Oberkommando der Wehrmacht) adalah benar.  Jerman akan mempertahankan Stalingrad --- memenangkan pertempuran ini.

Semangat Pemuda Hitler yang juga berada dalam pasukan Jerman yang menyerbu ke Stalingrad masih berkobar-kobar --- mereka tetap yakin Ajaran Sang Fuhrer adalah benar, Perang ini harus dimenangkan Jerman.

Pasukan Rusia yang membela  tanahair-nya, yang diserang agresor Jerman --- dengan penuh percaya diri setapak demi setapak mengeratkan kepungan-nya. Bukit-bukit yang beberapa pekan masih silih berganti di perebutkan --- kini satu- persatu direbut pasukan Rusia. Musim dingin yang luar biasa, tidak menyurutkan ofensif Rusia --- prajurit Rusia tidak merasa dinginnya musim bersalju negerinya. Sebaliknya kemunduran dan posisi terkepung membuat prajurit Jerman makin putus asa.

Mayat dan prajurit yang terluka di pihak Jerman tidak lagi terurus ---  badan yang hancur , ajal yang menggenggam para mayat tertimbun di dalam jurang, lubang perlindungan --- tercecer tidak terawat lagi --- tertimbun salju yang terus menerus menderu.  Prajurit  Jerman kehilangan kekuatan moralnya.  Mereka mulai menanya "untuk apa sebenarnya peperangan ini ?" Kekurangan logistik dan direbutnya lapangan terbang terakhir oleh pihak Rusia. Meruntuhkan semangat pasukan Jerman. Putus Asa.

Bayangan yang selama ini merambat dalam benak Pasukan Jerman yang ratusan ribu itu --- bahwa mereka akan menyerah atau mati , memang kenyataan yang akan segera terjadi. Mereka harus mati atau berbaris sebagai tawanan, menuju ke pembuangan di Siberia. Saat itu mereka yakin bahwa peperangan yang dikobarkan negaranya --- ternyata sia-sia tidak berguna.......

 
Medan Area, Sumatera, 1948-1949


Semangat perlawanan pemuda dan rakyat — membentuk laskar dan barisan tentara rakyat. Bersatu padu. Bertempur dan bertempur --- ribuan yang mati atau cacat seumur hidup, makin memberikan semangat dan pengalaman tempur yang betul-betul berguna untuk selanjutnya mempertahankan kemerdekaan. Itulah Rakyatmu, Indonesia-ku !
Pasukan Inggris bercokol di Medan sejak 10 Oktober 1945, dengan tugas melucuti dan memulangkan pasukan Jepang. Selama  satu tahun Pasukan Inggeris melakukan tugasnya, sambil mempersiapkan kehadiran Belanda, mereka menyerahkan skuadron pesawat tempur dan daerah kedudukan mereka kepada pasukan Belanda, NICA — pasukan Belanda yang akan mencoba kembali ke daerah jajahan-nya, mulai mengkonsolidasi posisinya.  Sambil menantikan keputusan perundingan diplomatik. Pertempuran demi pertempuran terjadi di sekeliling kotaMedan. Front Medan Area !
Pertempuran laskar rakyat dan TRI menghadapi pasukan Belanda terus menerus terjadi --- merupakan  modal RI dalam melakukan perundingan diplomatik di kancah Internasional. Republik Indonesia tetap eksis !
Pada akhir tahun 1948 daerah dan kota di sekitar Sumatera Timur telah banyak yang dikuasai pihak Belanda, bahkan di bidang militer antara tanggal 7 Juli sampai 16 Desember 1948 Belanda telah bersiap-siap untuk melakukan agresi militernya yang kedua. Kompie tentara Belanda tersebar di semua kota-kota yang berada di Sumatera Timur, memang strategi mereka sejak mendarat kembali untuk mengamankan aset perkebunan kolonialis Belanda.  Batalion Belanda di bawah komando Letnan Kolonel Kroes bersiap akan melakukan operasi besar-besaran tehadap Front Medan Area.
Angkatan Udara Belanda melakukan pengintaian sampai ke daerah Tapanuli Utara dan Tapanuli Selatan --- pasukan Belanda memang merencanakan akan melumatkan seluruh kekuatan militer Indonesia --- yang berintikan Laskar Rakyat dan TRI yang telah terlatih pertempuran selama ini, sejak proklamasi 17 Agustus 1945. Pasukan Indonesia tidak gentar untuk melakukan perlawanan frontal --- karena Belanda tampaknya akan melakukan pengepungan terhadap kantong-kantong pasukan Indonesia.  Walaupun pasukan Indonesia kekurangan persenjataan tetapi mereka mempunyai kekuatan semangat kemerdekaan --- yang tidak bisa dipadamkan kaum kolonialis, Sang Agresor ! Amerika kita setrika, Inggris kita linggis --- Gurkha kita gugurkan !

Pasukan Indonesia selain melakukan perang gerilya di semua lini front, tetapi juga melakukan serangan mendadak dan taktis yang dimulai tanggal 24 Juli 1949 --- pasukan KNIL/BP sama sekali tidak menyangka pihak Indonesia masih mempunyai semangat dan kekuatan yang bisa melakukan pukulan,  sehingga mereka hanya bisa bertahan hidup atau mati di parit-parit perlindungan. Keberhasilan penyerangan serentak ini berkat adanya badan Pertahanan Rakyat Semesta (PRS) --- sehingga perintah operasi dari Panglima Tentara Teritorium Sumatera , Kolonel Hidayat memperoleh sukses.   Pengepungan pasukan Belanda tidak berhasil menundukkan semangat juang 45 laskar Rakyat dan TNI --- bahkan ada pasukan gerilyawan berjalan kaki ber-ratus kilometer hanya untuk menghindarkan pengepungan ---- dan tiba-tiba mereka telah berada di front Medan Area di barat Medan --- menggempur pasukan Belanda dan mengancam perebutan Lapangan Terbang Polonia.  Sekali Merdeka, tetap Merdeka !

Berapa pun ajal para pemuda, berapa pun anggota pasukan yang invalid tidak pernah diperhitungkan --- Republik Indonesia harus tetap tegak.  Akhirnya tercapai pengumuman penghentian tembak-menembak antara RI dan Belanda, 10 Agustus 1949 untuk Pulau Jawa dan 15 Agustus 1949 untuk Pulau Sumatera ---- pasukan Belanda sampai pengakuan Kedaulatan Republik Indonesia tidak pernah berhasil mengepung dan menundukkan gerilyawan dan pasukan TNI.  Medan Area adalah salah satu tonggak sejarah perlawanan Rakyat Semesta mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia. Menangislah kamu sekarang --- kenang-kenang-lah kami
Res Publika !



 
 
 
 
 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun