Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Dunia Hippodongodongo(01) Protes Haena dan Burung Condor

25 Desember 2009   03:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:47 223 0
Biasa di siang hari begini Kaisar Hippo IV berendam di kedung badak di pengkolan anak Sungai Nile. Memang ada juga di hamparan lumpur di muara anak sungai itu, sebelum bergabung dengan "main stream"--- memasuki Sungai Nile---tempat santai para buaya. Kaisar Hippo IV merasakan segar arus sungai itu mengelus kulitnya yang tebal. Ia mangap se-lebar-lebarnya, taring tajamnya bersegi berkilat kuning ke-emasan. Ia kaisar yang bahagia, kawula dan penduduk, serta pelintas batas semua menghormatinya. Matahari baru saja menanjak.

Sekonyong-konyong Kaisar mendengar dentingan dari arah kota ---makin lama makin seru sekeliling jagad. Kota dan desa semuanya berdenting dan sahut menyahut. Kalau mula-mula ada terputusnya, kini tiada terputus. Cuma berirama memekak-kan telinga. Meraung-raung melebihi aum singa. Ia menyelam masih mendengar di getaran air , ia berenang ke arus yang lebih dalam, masih ada bunyi itu. Ia berenang ke tepian---mengaum sekeras-kerasnya. Di pinggir sungai sudah ramai para binatang kawula. Celingak-celinguk heran-heran bengong. Kaisar mengaum lagi seperti tarzan. Kali ini iramanya Houung Hi yooouuuuu !

Pangeran Jackal---adalah Kepala Dinas Rahasia yang baru. Terpercaya karena menguasai ilmu rekayasa dalam berbagai kasus. Hal mana memungkinkan ia peka terhadap ancaman -. Early warning ! ia langsung ke pinggir sungai di mana Kaisar Hippo IV sudah menunggu.

"Suara apa itu ribut banget---mengganggu ‘ngerti !"..........................."Sampai ke dalam air pun terdengar "

"Info belum masuk bos. "

"Kenapa tidak di antisipasi ? "

"Sebelum tertulis---ini perkiraan sementara bos. Kasta hina dina Haena biasalah kelaparan. Kurang rampokan "

"Selesaikan---beri gambaran detail !" kata Kaisar

"Lanjutkan !" hormat Pangeran Jackal. Belum sempat ia beranjak. Sekarang dentingan malah ditingkah Auum---Auum ngunguungung.

" He-Gila ini, apa lagi " gerutu Kaisar. Jackal hotline ke Srigala Gurun, yang bergelar "Pelacak Tulen".

"Apalagi ceritanya ?"

"Selesaikan " hardik Kaisar. "Lanjutkan !" Jackal latah. Kaisar Hippo kembali ke air yang dalam. Enggak habis pikir ia, bunyi apa gerangan yang berdenting dan yang mengaung. Tang Ting Tang Ting............Ngung Nguuuuuung Ngung Nguuuuuuuuung.

Memang di struktur lapisan tingkat-tingkat di dalam masyarakat di kerajaan Hippo Dongo Dongo. Lapisan paling Atas Kaisar dengan para keturunan Kaisar Hippo I---kira-kira 120 tahun berkuasanya dinasti ini. Mereka ini tergolong Kuda Nile yang telah menakluk-kan kerajaan ini dari Maharaja Coroko Dile----yang dulunya menguasai wilayah Kaki gunung di mana terdapat Air Terjung Murchison Falls. Yang kemudian menjadi hulu Sungai Nile, yang mengalir melewati Uganda (sekarang), di lintasi Equator, mengalir terus melewati Sudan (sekarang)---terus ke Sungai Nile yang melewati Istana Para Firaun di Mesir. Tingkat pertama ini adalah Para Bangsawan-yang terhormat-menguasai pangan dan daerah subur yang basah. Kekuasaan mereka tidak bisa diganggu gugat, mereka telah merekayasa secara politis---aman secara ekonomi dan politik. Mereka telah merekayasa lembaga-lembaga politik. Mereka juga telah menetapkan Konstitusi (sudah berumur 98 tahun) sampai Undang-Undang, dan Peraturan di Sungai, Lembah, Savanna, Prairie, sampai tempat-tempat kubangan bagi masing-masing kasta. Pokoknya sudah well-established.

Kasta kedua, ini binatang-binatang buas dan kejam. Seperti Jackal, Dingo,Srigala, Singa, Cheetah dan semua bangsa kucinglah. Ini boleh dikatakan kaum spekulan---yang mau untung melulu. Mereka menempel seperti benalu di batang, cabang dan ranting-ranting kekuasaan. Kasta kedua ini juga digelari "Kaum Bangsat", bersifat koruptif dan tamak penghisap darah.

Kasta ketiga ini Golongan Ngantuk saja---makan tidur, makan , tidur----mereka menempati lapisan "menjadi mangsa' kekuasaan.

Kasta ke-empat yang menjadi kaum paria di bumi sana itu----inilah kawula yang berjumlah 70 persen dari penduduk Hippo Dongo Dongo. Mereka kaum lapar, pengemis, pemulung dan sampah masyarakat yang melata-lata---terlunta-lunta.

Jackal dan Opsir Dingo dengan sikap sempurna menghadap Kaisar Hippo IV di tepian sungai yang berpasir. Kaisar langsung merebahkan dirinya dan memicingkan matanya yang sipit.

"Lapor yang mulia !"

"Ya- kudengarkan "

"Yang membuat makar bunyi-bunyian yang hingar bingar itu, Tuanku--- adalah kaum hina dina Haena dan Burung Condor.

Mereka protes terjadi "liquidity squeeze". Perlu dihadapkan kepala sukunya kemari ?"

"Jangan aku jijik ! ---apa tadi kau bilang "likuiditi skuiz"

"Tunggu Kaisar, saya juga kurang paham secara teknis ." Jackal menelpon entah kemana, entah kepada siapa. Datang Burung Unta yang kemayu. Dari jauh sudah hegol megol genit. Setelah dekat dengan peraduan Kaisar Hippo IV, ia menyuruk-nyuruk seperti akan membenamkan kepalanya ke pasir. Dia mangap dan tersenyum. "Iugh, gooh !" salamnya.

"Kaisar, kita kurang waspada (sambil melirik pada Jackal dan Dingo)---kurang waspada . Kita kurang sigap mengantisipasi baik, secara rasa keadilan maupun secara hati nurani kemanusiaan " Burung Unta menatap kepada Kaisar dan kedua ponggawa itu berganti ganti.

"Itu Tuanku, gerakan keadilan koin itu mengancam kedudukan kita tuanku---70 persen rakyat menjadi sponsor masing-masing bagi rasa keadilan dirinya "

"Bagaimana perhitungan-nya ?"

"Kita terancam Tuanku---rakyat yang 70 persen di basis menganggap kita korup tuanku"

"Aku tidak mengerti panggil Profesor Numbat " titah Kaisar. Numbat adalah binatang bercorak seperti zebra, tetapi seperti juga Dingo; Numbat ini adalah migran asal Benua Australia. Ia termasuk cerdik pandai di sana---ia pemakan rayap. Tidak menimbulkan perang kepentingan yang tajam dengan penduduk lain. Kalau mau digolongkan ya masuk di kasta kedua-lah---pendapatnya bisa mempengaruhi juga.
Numbat datang, dia binatang kecil saja. Moncong runcing, telinga panjang. Sebesar musanglah kira-kira. Dia menjelaskan

"Tuanku-komposisi penduduk kita ini seperti rumput yang sedang bergoyang---berayun-ayun--- kalau di balong Tuanku, atau di danau massa kita itu seperti kiambang. Ada angin bertiup sepoi atau keras, ia akan bergoyang, ada sampan lewat ia membelah. ‘manusia berpepatah : sampan lalu kiambang bertaut !" Numbat menatap ke semua arah, percaja diri. Dilanjutkannya.

"Ada manusia bernama Vilfredo Pareto (1848-1923) dia pelopor penggunaan matematika statistik untuk menjelaskan bagaimana perekonomian berlangsung-ada Hukum Pareto yang menyangkut distribusi pendapatan dan kemakmuran , Tuanku..........Dia juga Tuanku mengajukan bahwa Sosiologi adalah ekstansi dari Ilmu Ekonomi, Tuanku "

Dia lanjutkan lagi " Sosiologi yang berisikan pembahasan tentang komponen-komponen tindakan sosial, seperti nilai, dorongan tuntutan, dan itu......ilusi yang berkembang. ‘kan Ilmu ekonomi tidak berkaitan dengan itu. " Profesor Numbat menatap satu per satu hadirin di situ. Sementara bunyi dengungan dan dentingan masih tetap riuh rendah. "Kaum Elite janganlah lengah---dininabobok-kan perhitungan---banyak variabel yang berlaku saat ini Tuanku "

"Ok- jelas-massa mengambang bisa mengalahkan hitung-hitungan, aku mengerti ! Lantas ini apa sebenarnya yang terjadi ?" Profesor Numbat mengarahkan pandangannya ke arah Pangeran Jackal.
Jackal melanjutkan " Kita jangan percaya hitung-hitungan Tuanku, massa mengambang dan golongan pucat, ancaman Tuanku. Yang.........yang.......terjadi ini Tuanku, kasta Haena dan Burung Condor lapar berkepanjangan ---luput dari perhatian kita. Mereka punya Rejeki Langsung Tunai ‘kan recehan Tuanku---luput dari perhatian kita Tuanku. Tapi ini, anggaplah koreksi Tuanku. ...........Uang recehan, Tuanku, alat distribusi untuk rejeki mereka Tuanku, kaum lapar, kaum pengemis, dan kaum miskin..........mengalami Liquidity Squeez, Tuanku. Mereka mengamuk mau melakukan makar pemberontakan............mereka memukul-mukul tiang lisrik, tiang telepon, pagar besi, pintu besi kantor dan rumah, Tuanku..........yang mengerikan Burung Condor kini membetot kawat listrik mati---dan melepaskannya menjadi dengungan yang mematikan !"

"Selesaikan !" Kaisar Hippo IV pelan-pelan berjalan, menenggelamkan tubuhnya yang tambun ke dalam Sungai Nile. Diam.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun