Pagi menjelang menyinari desa chentingsari yang indah lagi asri. Seluruh penduduk menyambut pagi itu dengan riang gembira, karena memang penduduk desa chentingsari selalu menyambut setiap pagi dengan ceria, kecuali yang seddang murung.
Pagi itu gugun dengan semangat berangkat ke sekolah. Tidak seperti biasanya, kali ini gugun berangkat dengan semangat yang meletup-letup. Sampai-sampai dia hampir mengikuti kebiasaan Hendra yang sering lupa memakai celana jika sedang semangat. Jika tidak diingatkan kedua orang tua nya, pastilah gugun sudah capcus tanpa celana ke sekolah.
Sesampainya di sekolah, teman-temanpun heran melihat gugun yang sangat amat bersemangat. Saat ditanya pun gugun hanya senyam senyum simpul tanpa kata. Seperti orang jatuh cinta saja.
“hey bos, kowe lagek mendhem po? Senyam senyum wae ket mau” hendra membuka omongan.
“mendhem wedhok’an” Jeni asal nyambung
“sudah..sudah....mbok biarin tho. Orang temen sedang seneng jangan digangguin” Ngashim mencoba lebih bijak, walaupun menyimpan segudang tanda tanya atas perilaku gugun.
“ho oh...mbok ra sah ngerusuhi aku tho...hehehhe” jawab gugun sambil berlalu dengan masih senyum-senyum.
Akhirnya, karena rasa penasaran yang sudah memuncak, dipimpin oleh Hendra, sigit, jeni dan ngashim membuntuti gugun kemanapun dia pergi. Sampai di sebuah sudut sekolah, tepatnya di depan ruang kelas, mereka melihat sebuah kejadian yang mengejutkan. Mereka melihat gugun dan pariyem bergandengan tangan mesra meninggalkan unyil yang sibuk dengan umbel nya.
“ooo...iki tho alasane gugun senyam senyum dhewe” Sigit menggumam
Yang lain hanya mengangguk-angguk mengamini. Akhirnya mereka mendekati unyil dan bertanya tentang hubungan gugun dan pariyem.
“nyil, gugun ro pariyem jadian po?” Hendra mengawali pertanyaan dengan menggebu-gebu
“kayaknya sih iya...lha aku ditinggal seorang diri tanpa teman. Hikz” jawab unyil sok sedih sambil ngelap umbelnya.
“oooooo.....” jawab pandawa serentak
Akhirnya bel masuk kelas berbunyi, dan anak-anak harus segera masuk kelas agar segera mengikuti pejaran. Tetapi ada dua orang yang tidak mau masuk kelas. Hingga harus ditarik-tarik oleh Bu guru Mesha dan Pak Kepsek Yula harus melepaskan dua anak yang sedang dimabuk asmara ini.
“Gugun!!! Lepaskan!!! Ayo sana masuk kelas!! Masih kecil udah pacaran..” Pak Kepsek Yula berusaha memisahkan gugun dan pariyem yang masih saja berpegangan tangan
“yem...ayo masuk kelas dulu sayang...masa iya sih anak SD dah pacaran? Kan gak boleh...” Bu Guru Mesha membujuk pariyem
Semakin lama suara-suara bujukan dan perintah membuat dunia gugun dan pariyem berputar-putar dan berubah menjadi gelap.
Dan tiba-tiba sebuah wajah yang dikenal gugun muncul samar-samar. Ternyata Ayah Tosse yang dari tadi narik-narik tangan gugun agar bangun dan berangkat sekolah.
“waduh, aku mimpi jadian karo pariyem...hedeh..hedeh...kok iso yo?” gumam gugun sembari meninggalkan ayahnya yang masih bingung dengan gugun.
Bagaimana dengan pariyem?
“kok yo aku mimpi jadian karo gugun yo? Amit-amit !!! Harus menghindar sejauh mungkin dari gugun mulai hari ini...bahaya!!!” rutuk pariyem dalam hati sambil berlalu ke kamar mandi.
Baca Kisah Lainnya di Balada Chentingsari