Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Hewan yang Dikumpulkan

21 Januari 2022   12:00 Diperbarui: 21 Januari 2022   12:02 169 1
"Ketika matahari terbungkus dalam kegelapan
dan ketika bintang2 kehilangan cahayanya
dan ketika gunung2 dibuat sirna
dan ketika unta2 betina yang hampir melahirkan dibiarkan terlantar
dan ketika seluruh hewan dikumpulkan bersama" (QS At-Takwir: 1-5).

Membaca dan merenungi surah At-Takwir di pagi hari ini sangat menggetarkan hati.
Al-Qur'an menggambarkan keadaan di hari kiamat dengan kalimat yang sangat indah.

Ada hal yang menarik disebut dalam ayat ke-5, tentang seluruh "hewan yang dikumpulkan bersama".

Sebagian mufasir memaknai bahwa itu adalah hewan yang teraniaya oleh manusia di dunia, dikumpulkan agar dapat meminta pertanggungjawaban pada manusia.

Namun penafsiran yang lebih bersifat batin (tafsir sufistik) memaknai lebih dalam, bahwa hewan tersebut sebenarnya adalah wujud manusia sendiri di alam malakut.

Al-Quran banyak memberi perumpamaan manusia sebagai hewan, yang merupakan gambaran keadaan manusia di alam malakut.

Dalam kitab monumentalnya, Muqaddimah, Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa manusia termasuk jenis hewan, yang dikaruniai Akal.
Sebelum manusia memiliki karunia ini, menurut Ibnu Khaldun, manusia sama seperti hewan.

"Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan Akal, (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur" (QS. 32 : 9).  

Para filosof juga sering menyebut manusia sebagai hewan yang berakal.

Hewan diberi Tuhan "organ batin" berupa Syahwat (hawa nafsu), dan Ghadhab (Emosi), namun tidak diberi Akal.
Tanpa Akal yang didalamnya bersemayam Ruh Ilahi, manusia tidak berbeda dengan hewan.

Syahwat dan Ghadhab ini merupakan alat yang dikaruniakan Tuhan untuk bertahan hidup di Dunia. Keduanya harus dimanfaatkan secara seimbang.
Tidak boleh terlalu berlebihan menguasai manusia, tetapi juga tidak boleh dihilangkan.

Syahwat yang berlebihan tehadap kekuasaan, sex, maupun perut, akan menjadikan manusia seperti hewan, yang hanya memuaskan jasadnya saja.

Demikian juga Ghadhab, jangan sampai menguasai dan membakar manusia sehingga tindakannya menjadi buas seperti hewan, namun tidak boleh dihilangkan sehingga menjadikan manusia tidak bisa bertahan hidup di dunia.

Syahwat dan Ghadhab ini harus dikendalikan oleh Akal, bila tidak, maka manusia akan sama seperti hewan, atau bahkan lebih rendah lagi.

Banyak sekali Al-Quran menyebut manusia yang tidak menggunakan akalnya, dengan perumpamaan berbagai macam hewan, antara lain hewan ternak (QS. 7: 179), hewan gembala (QS. 2 : 171), Anjing (QS. 7 : 176), Kera (QS. 2 : 65), Babi (QS. 5 : 60), Keledai (QS. 62 : 5), Unta (QS. 56 : 51-55), Laba2 (QS. 29 : 41), Nyamuk (QS. 2 : 26), Laron (QS. 101 : 4), dan hewan yang paling buruk (QS. 8 : 22, 55).

Setiap huruf, kata, pesan, dan perumpamaan dalam Al-Quran bukanlah hanya sekedar kata yang tidak bermakna, namun pastilah mempunyai hakekat makna yang dalam.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun