Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Laut Telah Menjadi Teman Sehari-hari

8 Mei 2014   09:45 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:44 63 1



Laut Indonesia merupakan anugerah Tuhan yang sangat indah. Dari Sabang hingga Marauke dikelilingin oleh lautan. Ketika kita mengingat kata laut dan pantai, seketika ingatan kita akan memikirkan tempat liburan yang menyenangkan. Tapi bagi sebagian besar orang laut bukanlah tempat untuk bermain-main. Mereka adalah para nelayan, lautadalah tempat mereka mencari nafkah untuk hidup.

Ketika liburan kuliah semester yang lalu (sekitar pertengahan bulan Januari), saya berkesempatan mengunjungi pantai disekitar kampung Ayah saya di wilayah Pesisir Selatan,Sumatera Barat. Sekitar ukul 9.00 WIB bukan pemandangan yang mencengangkan lagi ketika kita melihat para nelayan telah sampai dipinggir pantai. Sekelompok nelayan dengan penuh semangat mendorong kapal pukatnya ke daratan, Pada awalnya saya terkejut, kenapa kapal nelayan ini seperti membelakangi pantai. Ternyata setelah saya bertanya kepada salah satu awak kapal ikan ini, katanya hal ini dilakukan agar para nelayan yang berada di pinggir pantai lebih mudah untuk membantu kapal berlabuh. Pemandangan disisi pantai lainnya saya lihat sudah banyak pedagang ikan yang menunggu. Ikan hasil tangkapan nelayan ini diturunkan dari kapal, para pedagang ikanyang telah menunggu, menghampiri nelayan langsung bernegosiasi atas harga ikan tangkapan mereka. Ada pedagang yang menawar ikan tangkapan nelayan dengan harga yang saya pikir tidak wajar karena tidak setara dengan pengorbanan yang dilakukan oleh sekelompok nelayan tersebut. Ketika telah mencapai kesepakatan, ketua rombongan nelayan akan membagi-bagikan uang hasil tangkapan mereka. Ada yang langsung pulang kerumah masing-masing, namun ada juga nelayan yang tetap berada disekitar pantai dan melakukan pekerjaan lainnya.

Hal yang masih menjanggal dipikiran saya, apakah para nelayan ini tidak merasa lelah karena pergi melaut di malam hari . Narasumber bernama bapak Yanto memberikan jawaban kepada saya, “Kami sudah terbiasa ke laut sekitar jam 3 pagi lalu pulang ketika pagi,terkadang kami sudah berangkat dari jam 10 malam karena angin laut sangat membantu ketika malam hari.” Beliau juga menuturkan bahwa setelah beristirahat sejenak dari pekerjaan nelayannya, pada siang hari beliau melanjutkan pekerjaan lain seperti berjualan kelapa kepada tetangga-tetangganya. Kemudian saya menanyakan kembali apakah beliau tidak merasa lelah karena telah bekerja sejak dini hari. Pak Yanto menambahkan , “Laut sudah menjadi teman buat saya dan kawan-kawan,dari hasil ikannya kami bisa menafkahi keluarga kami. Ketika sampai di daratan dan menerima hasil tangkapan rasanya lelah saya sudah terobati. Walaupun terkadang hasil tangkapan kami tidak banyak,kami harus tetap semangat untuk melaut besok harinya.” Selanjutnya saya menanyakan apakah para nelayan disini tidak takut melaut ketika cuaca buruk. Pak Yanto menjawab kembali, “Selagi kapal masih bisa berlayar dengan baik dilaut cuaca tidak terlalu masalah, namun kami juga harus hati-hati dan tidak pergi terlalu jauh.” Akhir kata Pak Yanto mengatakan kalau kita menjaga laut, Tuhan tidak akan marah kepada kita, bahkan Tuhan akan memambahkan jumlah ikan dilaut sana.

Saya sangat kagum terhadap sosok nelayan, padahal uang hasil tangkapan mereka tidaklah banyak, dan rasanya kerja keras mereka tidak setara dengan perjuangan mereka mempertaruhkan nyawanya di tengah laut, tapi mereka mencintai pekerjaannya. Dari yang saya lihat pada hari itu saya mendapatkan pelajar, bahwa sesuatu hal yang kita syukuri akan terasa lebih indah, walaupun pada awalnya hal tersebut bukanlah keinginan kita. Ketika menjalani sesuatu dengan niat yang lurus dan penuh semangat, ketika hari ini kita gagal. Kita masih bisa mencoba nya kembali pada kesempatan berikutnya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun