21 September 2012 23:38Diperbarui: 5 Juli 2015 23:412460
Membaca novel tentang kisah anak-anak pemulung membuatku memikirkan hal ini.Mereka, anak-anak pemulung itu, memilih dan memilah sampah sepanjang hari, mengumpulkannya, kemudian menjual apa yang bisa mereka jual, dan mendapat uang yang tak seberapa dibanding peluh yang mereka teteskan.Sampah sudah menjadi menu sehari-hari mereka.Bahkan sebelum makan pagi mereka. Nasib menjadi seorang pemulung sudah bisa dipastikan bahkan sebelum mereka bisa bicara, sebelum mereka bisa berjalan.Jika tak ada mereka lalu siapa yang mengurus - katakanlah sampah rumah tangga - lagi . Bayangkan tak ada yang mengambil sampah-sampah di tempat sampah depan pekaranganmu. Bayangkan gunungan sampah kini menjadi pegunungan sampah berbau busuk. Bayangkan aroma sampah memasuki rumahmu melalui sela-sela jendela kamarmu. Bayangkan... Maka, sudah seharusnya kita berterima kasih pada mereka.Tidakkah kau berpikir mereka adalah masa depan bangsa? Mind-set mereka harus diubah. Pekerjaan mereka itu penting keberadaannya. Mereka turut berperan dalam menjaga dan memelihara lingkungan.
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.