Hal yang paling krusial aku temukan ketika pulang ialah senyum kedua orang tua, suara-suara candaan dari saudara baik adik, kakak, harum lauk Pauk pagi-pagi dari dapur, masakan bunda yang mengalahkan resep makanan hotel berbintang Senyum mereka lah yang menjadi penguat, yang menjadi suport sistem disaat masa-masa sulit, disaat aku sebagai anak banyak memikul beban, banyak fase sulit yang dilalui sendiri. Melalui kehangatan keluarga, semua bisa teratasi dengan senyum mereka. Sesederhana itu sebenarnya. Hal kecil yang sangat bernilai untuk disyukuri, dinikmati dan dijalankan.
Dari hal tersebut, bagiku. Risky bukan hanya tentang uang saja, namun rumah yang nyaman meski tak semegah rumah sultan, meski tak berlantai keramik, meski tak berlantai estetik. Tak menjadi tolak ukur untuk hidup bahagia, asal nyaman ditempati, bersih halaman dan dalamnya, memiliki tempat khusus sampah, dapur dan kamar mandi yang bersih dari segala kotoran, ventilasi udara yang baik.
Jika mencakup itu semua. Bagiku, itu sudah lengkap, tambah lengkap dengan adanya kedua orang tua. Meski hidup digubuk kecil. Namun tetap daja. Sebanyak apapun kita menciptakan 'rumah', kalau tak diciptakan dengan tulus, rumah hanyalah sebuah bangunan yang tak memiliki nilai kehangatan dan kenyamanan apabila berada didalamnya.
Sehingga aku menyimpulkan istana Ternyaman ku rumah sebagai tempat
-Pulang terbaik
-Kebahagiaan terasa lengkap
-Tempat Sandaran dikala banyak yang tak sejalan diluar rumah
-kehangatan tiada Tara dari orang-orang yang ada didalamnya
-Kebersihan lingkungan dalam dan luar rumah, itu yang paling utama
-Tinggal digubuk tak masalah, asal bangunan nyaman ketika ditempati
-Bersih dari kotoran
-Buang sampah khusus pada tempatnya
-Dapur dan kamar mandi bersih serta higienis
-Keluarga dirumah sebagai suport sistem apa yang aku jalani
-Meski bangunan terbuat dari perabotan dan bahan material sederhana tak jadi masalah, yang terpenting kokoh dan tahan lama