Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Mikir-mikir Kalo Ingin Parkir

29 Desember 2010   02:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:16 409 0

Begitulah kira-kira tahapan kerja seorang petugas parkir ilegal yang sering saya temui di Bogor (mungkin juga pernah anda amati di kota anda). Saya tidak menolak jika area parkir tersebut bersifat resmi, seperti petugas parkir yang saya temui di stasiun KRL Bogor, Giant Swalayan, atau petugas parkir di kampus saya, IPB. Sekedar ucapan terimakasih maka dengan senang hati kita pasti memberikan uang parkir kepada mereka. Berbeda rasanya jika kita harus memberikan uang parkir kepada orang yang menjadi petugas parkir dadakan disuatu tempat yang sebetulnya tidak memerlukan biaya parkir, seperti halnya pada kejadian kita mengambil uang di ATM center, parkir di depan salah satu sentra seluler untuk membeli pulsa, mampir di photo copy center untuk mengcopy beberapa bahan kuliah, sekedar membeli pasta gigi ke Alfamart, atau berhenti sejenak di depan warteg untuk membeli sebungkus makanan. Mungkin pasta gigi yang kita beli hanya seharga Rp 3.000, atau makanan yang kita beli di warteg cuma seharga Rp 4.500, namun alangkah tidak nyamannya jika aktivitas rutin yang kita lakukan tersebut harus terus berulang dengan tambahan tagihan parkir disetiap tempat kita memarkir kendaraan, bahkan menjadi kesal jika si petugas parkir ilegal terkesan ‘memaksa’ kita untuk membayar uang parkir.

Dari beberapa pengalaman yang saya baca, beberapa daerah khususnya kota-kota besar di Indonesia mengalami masalah yang sama dalam menghadapi petugas parkir ilegal yang menjamur di lokasi-lokasi padat kunjungan. Banyaknya petugas parkir ilegal yang memungut uang parkir diluar proporsi yang telah ditetapkan Pemda setempat sehingga dilansir sangat meresahkan masyarakat pengguna kendaraan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun