"Kalau saya jadi presiden, saya akan panggil tuh orang NU, Muhammadiyah, Al-Washliyah, dll. Saya kasih uang 100 juta kepada mereka buat kemaslahatan ummat. Setelah itu saya tanya, kapan kita hari raya? Pasti mereka serempak menjawab, TERSERAH BAPAKLAH." Kontan, perkataan ustadz selepas sholat isya di masjid lingkungan rumah kami itu membuat kami tertawa. Menggelitik memang. Seketika aku ingat dengan video yang pernah kuunduh. Di video itu Pak Jokowi sedang memaparkan keberhasilannya dalam membangun kota Solo. Beliau menjamu orang yang mendemo kantornya. Memberi makanan dan minuman. Kalau beliau mengetahui bahwa besok ada demo, beliau akan menyiapkan makanan dan minuman. Kalau tiba-tiba, beliau memberi snack dan minuman ringan. Mereka yang diawal menyampaikan masukannya dengan memasang mimik muka seram dan mata melotot, setelah itu berangsur-angsur menyampaikan aspirasinya secara santun. Lalu ketika pedagang kaki lima ingin dipindahkan dari lokasi yang dengan adanya mereka disitu membuat tatanan kota terlihat kumuh, beliau mengundang para pedagang tersebut makan malam sebanyak 40an kali. Setelah itu, dia mulai menyampaikan rencananya ingin memindahkan mereka ke tempat yang lebih baik, mereka mau-mau saja, tidak ada perlawanan yang signifikan. Semua bisa dibicarakan dengan baik-baik. Ada strategi-strategi manis untuk mengatasi masalah-masalah yang kelihatannya pelik. Tidak harusĀ saling menyalahkan. Karena yang dibutuhkan hanya solusi.
KEMBALI KE ARTIKEL