Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Cerpen | Rusmini Nama Gadis Itu

8 Mei 2020   10:44 Diperbarui: 19 Januari 2021   20:39 153 23
Jika melihat seorang gadis duduk di pinggir jalan depan sebuah rumah mewah tersenyum dan kau tak tahu siapa dia. Dapat dipastikan kau orang baru di kampung ini. Karena seluruh warga sini pasti tahu siapa gadis itu.

Namanya Rusmini, tetapi sering dipanggil Ringkel. Ia adalah gambaran kekuasan Tuhan yang tak bisa dilawan. Meskipun kehidupannya tidak diinginkan, gadis itu tetap hidup hingga dua puluh tahun kemudian.

Sejak dari kandungan, Ringkel tidak asing dengan minuman beralkohol, karena ibunya sering kali didapati warga tengah mabuk di jembatan ujung desa, ironisnya ia mabuk bersama suaminya.

Seharusnya bayi baru lahir digendong dan diadzani oleh ayahnya. Akan tetapi Ringkel justru ditinggal mati, ironisnya kematiannya disebabkan overdosis narkoba.

Sementara ibunya pergi bersama pria kaya dan tak tahu rimbanya hingga kini. Ringkel pun hidup bersama nenek dan kakeknya yang tak pernah menginginkan kehadirannya bahkan sejak ia belum lahir ke dunia.

Sebagai manusia yang tak diinginkan kehadirannya. Sejak usia dua tahun Ringkel telah dituntut untuk mandiri dan dewasa. Ia sering ditinggal oleh nenek dan kakeknya ke sawah seharian. Herannya Ringkel tak pernah menangis, dan bersuara hingga tetangga tak pernah tahu ada anak umur dua tahun berada di rumah sendirian.

Baru umur tiga tahun Ringkel bisa jalan, hanya bisa merangkak, kemudian tiduran. Itulah alasan nama Ringkel menjadi nama panggilannya.

Lambat laun, warga pun mulai paham. Bukan karena anteng Ringkel tak pernah menangis, tetapi gadis itu memang bisu dan tuli. Mungkin pengaruh alkohol yang sering ia konsumsi di dalam perut ibunya dulu.

Ada untungnya Ringkel lahir menjadi cucu Eyang Sugih meskipun tidak diharapkan setidaknya ia tetap dihormati warga. Segala kebutuhan hidup pun tercukupi kecuali satu, yaitu kasih sayang.

Meskipun ia lahir dan hidup tanpa kasih sayang, Ringkel sangat penyayang, ia sering kali terlihat memberi makan dan menimang-nimang kucing liar yang berkeliaran di jalan.

Bukan hanya itu, Ringkel juga kerap membantu tetangganya, meski tak dibutuhkan. Seperti menyiram bunga di halaman hinggga pohon pisang dibelakang rumah, dengan satu imbalan uang kertas pecahan terkecil. Akan tetapi itu kelakuannya saat masih berumur sepuluh tahun.

Sepeninggal Eyang Putri, Ringkel hidup hanya dengan Kakek dan bibinya. Bibinya yang baru pulang menjadi TKI diluar negeri memperlakukan Ringkel lebih manusiawi. Ringkel diperlakukan sebagaimana mestinya, meskipun sedikit terlambat, setidaknya Ringkel mengerti apa arti kasih sayang. Perlahan Ringkel bisa memahami arti emosi.

Ringkel akan tertawa, menampakan barisan giginya saat sedang bahagia, menangis saat ia sedang sedih. Namun malang bibinya pun meninggal karena jantung saat Ringkel berusia lima belas tahun.

Lebaran tahun 2018 lalu Ringkel berusia dua puluh tahun. Seperti kebanyakan orang pada umumnya ia pun memakai baju baru dan bermaaaf-maafan dengan warga.

Seperti biasa, ia duduk di depan rumah mewah kakeknya. Ia akan bangkit saat ada tamu bertandang, dan menyalami orang yang datang. Kemudian ia duduk kembali setelah mempersilahkan tamu untuk masuk.

Ya, sudah menjadi tradisi di kampung ini saat lebaran, seluruh warga tumpah ruah di jalan kemudian saling bertandang dari rumah ke rumah. Rumah orang yang lebih tua itulah prioritas utama.

Melihat tingkah Ringkel, bagiku itu sesuatu yang unik dan lucu. Inilah pertama kalinya aku mengenal Ringkel.

"Siapa gadis itu?" tanyaku.

"Gadis itu bernama Rusmini," jawab pamanku.

Ya jangan tanya kenapa aku tak mengenalnya, aku bukanlah warga asli kampung ini. Aku hanya sedang bersilahturahmi ke rumah paman.

Entah apa yang sedang merasukiku, aku begitu penasaran mengenai kehidupan Rusmini. Tak sulit mengetahui siapa gadis itu, karena dengan senang hati pamanku yang notabene tetangga Eyang Sugih, menceritakan semuanya tanpa sisa.

Rasa kasihan begitu dalam menghujam. Atas dasar rasa empati aku ingin sedikit saja memberikan kehidupan normal untuk Rusmini. Alasan itu juga yang membuatku berani mengambil keputusan untuk melamar.

Aku tak peduli alasan kakeknya mengizinkanku menikahi Rusmini, aku hanya ingin menjadikan Rusmini seorang istri. Tak peduli juga dengan omongan warga, jika aku menikahi Rusmini karena harta.

Dua tahun sudah berlalu, kini Rusmini punya momongan untuk disayang. Meskipun tidak bisa dikatakan normal Rusmini hidup lebih baik dari sebelumnya. Jangan tanya mengapa aku melakukannya karena memang itulah cinta. Tak perlu kata waktu telah membuktikan bahwa cinta itu ada diantara aku dan Rusmini. Nur Amelia adalah buah cinta kita berdua yang tak bisa disangkal dunia.


Bekasi, 8 Mei 2020

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun