Beberapa waktu lalu sempat ramai di twitter terkait video Marshanda yang membahas tentang perubahan. Dalam video yang berdurasi sekitar satu menit, dia berkata bahwa coba untuk menormalisasi perubahan karena di dunia ini tidak ada yang permanen. Pernyataan tersebut agak menggerakkan pikiran saya untuk menyetujui perkataan tersebut karena mengingatkan saya akan beberapa hal.
Yang pertama, berubah memaksa kita belajar.
Dulu saya cukup insecure saat akan berkumpul dengan teman lama atau reuni karena kondisi fisik yang tidak sama seperti saat sekolah, ucapan 'gendutan atau tembeman' cukup menghantui sehingga saya menggurungkan niat bersosialisasi. Entah mengapa dulu saya terlalu memikirkan omongan seseorang dan menganggap perubahan merupakan suatu kegagalan.
Hingga suatu saat saya menyadari bahwa perubahan itu normal dialami semua orang dan membuat saya terpaksa belajar atas hal tersebut. Dalam kondisi fisik misalnya, saya menjadi belajar menerima diri sendiri, mengelola pola makan, mempelajari mengapa olahraga itu penting, dan yang terpenting menjadi lebih mencintai diri sendiri.
Selain itu, saya juga belajar untuk lebih respek dan tidak gampang men-judge seseorang yang baru saja terjadi perubahan dalam hidupnya karena saya yakin perubahan merupakan bagian dari kehidupan dan proses pembentukan diri. Untuk berubah, memang sebenarnya tidak perlu menunggu sesuatu terjadi namun terkadang dengan adanya suatu keadaan tertentu membuat kita harus menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi.
Dan selanjutnya adalah bias.
Tanpa kita sadari, dengan terbiasa melihat sesuatu yang general, mayoritas, dan yang ideal, cara dan pola pikir kita bisa terkontaminasi dengan bias-bias seperti bias representatif, social motive, dan efek standar. Bias representatif adalah kecenderungan menggeneralisasi sesuatu yang tidak mewakili populasi seperti suatu oknum. Bias sosial motive adalah bias yang menganggap suatu hal itu salah/tidak wajar hanya karena bukan suara mayoritas dan efek standar adalah kecenderungan kita memakai sesuatu yang sudah default karena takut akan adanya resiko yang timbul.
Contohnya, saat bertemu dengan seorang mahasiswa yang drop-out kita berprasangka bahwa anak ini gagal dan pasti bodoh; saat bertemu dengan orang yang suaranya tinggi kita beranggapan bahwa orang tersebut pemarah; dsb.
Judgement dan labeling seperti inilah yang merupakan bias dan harus kita hilangkan dari pola pikir kita karena bisa menjadikan close-minded akan sesuatu yang tidak kita ketahui atau lihat sebelumnya karena pikiran kita mendeteksi hal tersebut diluar pola yang biasa kita temukan. Padahal ya bisa saja kita yang kurang jauh mainnya. Sehingga, menjadi orang yang terbuka akan perubahan dapat menjadikan kita lebih open-minded, tidak kagetan, serta melatih menghilangkan bias-bias tersebut.
Yang terakhir, sekarang itu berbeda dengan masa lalu.
Terkadang saat sedang low-motivated, saya selalu membayangkan apabila di masa lalu saya bisa X, mungkin sekarang hidup saya ga gini gini amat. Ya, ga bisa bohong terkadang salah langkah dalam mengambil keputusan hidup masih menjadi hal yang traumatis untuk membangun kembali hidup yang baru dan cenderung untuk tidak berkembang karena bayang-bayang penyesalan.
Namun yang perlu diketahui, kegagalan adalah sesuatu yang wajar karena merupakan bagian dari proses. Dibutuhkan keberanian dan kepercayaan diri untuk bangkit dalam kondisi tersebut dan tiap orang berbeda-beda dalam menemukan momentumnya.
Selain itu, fokus pada sekarang adalah langkah yang tepat agar terhindar dari jebakan masa lalu. Daripada mengeluh akan suatu hal yang tidak bisa diubah, alangkah lebih bijak untuk fokus dengan apa yang bisa kita ubah sekarang. Terdapat quote yang cukup relevan dengan hal ini:
Dari beberapa quote di atas, tersirat makna bahwa kita harus fokus menatap masa depan karena apa yang membawamu sukses di masa lalu tidak akan terus menjamin kesuksesan di masa mendatang ya karena dunia itu berubah. Bahkan sampai detik ini dunia sedang berubah, dan mungkin kalian pernah dengar kalimat, "Dan sesuatu yang pasti itu adalah perubahan itu sendiri".
KEMBALI KE ARTIKEL