Museum yang terletak di lereng Gunung Merapi ini menjadi saksi bisu perjalanan hidup dan pengabdian Mbah Maridjan, yang merupakan abdi dalem dan juru kunci Gunung Merapi selama puluhan tahun. Dalam kunjungannya, mahasiswa Pertukaraan dari berbagai daerah tersebut diberikan penjelasan dan kesempatan untuk bertanya lebih mendalam tentang kehidupan Mbah Maridjan serta perannya dalam melestarikan tradisi dan menjaga keselamatan masyarakat dari ancaman letusan Gunung Merapi.
"Sangat menginspirasi melihat bagaimana Mbah Maridjan dengan penuh dedikasi menjalankan tugasnya untuk melindungi masyarakat sekitar," ujar Arsila mahasiswi perwakilan dari Sulawesi Barat, salah satu mahasiswi yang ikut dalam kunjungan ini. "Kami belajar banyak tentang nilai-nilai kepercayaan dan kearifan lokal yang menjadi bagian penting dari budaya Jawa," tambahnya.
Selain itu, mahasiswa juga berkesempatan untuk melihat koleksi artefak dan benda-benda bersejarah yang terkait dengan Mbah Maridjan dan sejarah Gunung Merapi. Mereka mendengarkan cerita-cerita dari pemandu museum yakni bapak Rafa, tentang kehidupan sehari-hari Mbah Maridjan serta kearifan lokal yang terus dijaga dan dilestarikan hingga saat ini.
Kunjungan ini tidak hanya menjadi pengalaman belajar yang berharga bagi mahasiswa, tetapi juga memberikan mereka pemahaman yang lebih dalam tentang pentingnya pelestarian warisan budaya dan nilai-nilai tradisional dalam konteks modern. Program ini di harapkan dapat menginspirasi generasi muda lainnya untuk lebih mencintai dan melestarikan warisan budaya Indonesia.
Kunjungan mahasiswa Pertukaran Merdeka ke Museum Petilasan Mbah Maridjan ini bertujuan untuk membuka wawasan dan memperdalam rasa kecintaan terhadap budaya lokal, serta menjadi dorongan untuk terus menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh para pendahulu.
Kunjungan ini tidak hanya menjadi pembelajaran sejarah, tetapi juga membangkitkan semangat untuk melanjutkan perjuangan dalam melestarikan warisan budaya yang menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas bangsa.