Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy

Dukung Pendidikan Kedokteran Gratis dan Bersubsidi

29 November 2013   14:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:32 110 1
Pertanyaan dan Jawaban :

Saat ini saya sering mendapatkan pertanyaan yang berulang ulang dari orang2 mengenai pendidikan kedokteran, izinkan saya mencoba menjawab sebisa saya, mohon maaf jika ada kata kurang berkenan :

Pertanyaan 1 : Kenapa sistem pendidikan di Indonesia dan pelayanan kesehatan berbeda dari di luar negeri ?

Dari sistem pendidikannya juga sudah berbeda :

I. Di luar negeri residen (dokter yang mengambil PPDS) dan mahasiswa kedokteran mudah mencari beasiswa dan selama pendidikan mereka mendapat uang saku. Tidak usah jauh2 mahasiswa kedokteran Malaysia yang belajar di Indonesia dibiayai oleh pemerintahnya dan mendapat uang saku. Sesudah lulus mahasiswa kedokteran malaysia mendapat gaji layak.

II. Beasiswa sulit sekali kami dapatkan sebagai mahasiswa kedokteran Indonesia, kalaupun ada sering terlambat beasiswanya sehingga pada awalnya mahasiswa harus nombok dulu.

III. Anggaran kesehatan di Indonesia bukan hak saya untuk menjawab berapa jumlahnya, tapi silahkan cari informasi bandingkan anggaran kesehatan di Indonesia dengan di luar negeri mana yang lebih besar

Pertanyaan kedua : " Gampang jadi dokter di Indonesia, tinggal nyogok ratusan juta, bisa diterima"

Kalau ada yang bertanya demikian saya biasanya akan tanya balik : " Buktikan namanya siapa dan dari universitas mana" Biasanya yang saya tanya balik akan menjawab : "mmm..anu katanya si anu, semua juga tahu biayanya mahal" Sebutkan nama dokternya kalau anda berani kalau tidak anda dianggap memfitnah. Setahu saya memang ada salah satu universitas swasta yang biayanya ratusan juta tetapi tentu ada test masuknya juga, dan jangan salah bukan berarti mahasiswa kedokteran kaya pasti bodoh. Tahukah anda kemana biaya kedokteran itu dialirkan? Apakah untuk dokter? Setahu saya kebanyakan untuk membangun rumah sakit pendidikan, bakti sosial dan biaya pasien tidak mampu. Ingat bahwa pemilik mayoritas RS, klinik, universitas di Indonesia bukan dokter.

Pertanyaan ketiga : Dokter di Indonesia banyak yang gak melarat buktinya bajunya bagus, mobilnya bagus, setiap tahun pelesir ke luar negeri, makanya sering menggetok pasien untuk menambah kekayaannya :

Sekali lagi perlu bukti dan nama dokter tersebut, pernah dengar Perusahaan taksi dan makanan terkenal yang direkturnya dokter, jadi belum tentu kekayaan dokter diperoleh dari hasil medis, bisa juga dari hasil bisnis lain atau bisnis orangtua atau keluarga.

Pertanyaan keempat : Sesudah lulus dokter, nasib dokter enak, gaji besar dan dokter mengadakan aksi solidaritas karena yang meninggal adalah pasien bukan dokternya atau bukan keluarga dokter :

Aksi keprihatinan bukan hanya untuk dokter tetapi juga untuk pasien dan pelayanan kesehatan di Indonesia yang lebih baik. Dokter juga pernah jadi pasien dan saat bertugas apalagi di daerah terpencil bisa saja menjadi supir atau administrasi. Ada yang meninggal di Papua saat menjadi supir ambulans saat merujuk pasien, dokter ada yang meninggal karena malaria saat bertugas di daerah terpencil di NTT, dokter yang tertembak saat bertugas di daerah Maluku, ada juga dokter yang meninggal saat melahirkan. Ini bukan membesar besarkan tetapi coba “googling” saja mengenai dokter2 tersebut.

Pertanyaan kelima : Kenapa dokter bisanya hanya mengeluhkan, siapa suruh jadi dokter, dokter kan fungsinya sosial dan sudah sepantasnya dokter dihukum jika menghilangkan nyawa orang:

Jawaban : Orang-orang yang bertanya seperti ini adalah sumber yang menjadikan pelayanan kesehatan semakin buruk, apakah dengan mempidanakan dokter akan membuat dokter itu jera dan membuat pelayanan kesehatan lebih baik ? Jika tidak mencari akar permasalahannya, malah bisa membuat keadaan memburuk

DUKUNG BIAYA PENDIDIKAN DOKTER dan GURU GRATIS  di Indonesia !!!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun