1. Mungkin masyarakat masih ingat kejadian di Papua ada seorang dokter wanita yang meninggal saat menjadi sopir ambulans yang merujuk pasien yang sedang gawat.
2. Teman-teman sejawat saya yang bertugas di kota besar ( Jakarta/bandung) dan daerah terpencil sering berprofesi sebagai sopir saat merujuk pasien yang sedang gawat, kenapa ? karena kadang tidak ada yang mau menjadi sopir ambulans dikarenakan gaji yang diterima mungkin tidak sebesar menjadi sopir busway atau sopir lainnya. Kadang pasien yang dirujuk juga pasien miskin yang untuk biaya transportasi saja tidak bisa mengganti. Saya ingat kejadian bertahun2 lalu saat masih bertugas di puskesmas, kami berusaha mencari sopir untuk ambulans dan pasien yang kami rujuk ke rumah sakit rata-rata pasien jamkesmas, sangat susah sekali mencari sopir yang mau mengantar pasien dengan gaji seadanya. Ahkirnya puskesmas tersebut kalau dihitung hingga kini tidak memiliki sopir hingga kini yaotu 10 tahun, jadi dokter yang bertugas disana yang mengantar pasien, atau kadang kadang pak mantri dan bidannya yang mengantar pasien. ke rs kalau perlu pertolongan
3. Mungkin yang dilihat adalah dokter yang sudah mapan ( mungkin sudah 30-40 tahun bertugas) jadi dianggap dokter selalu kaya. Perlu diketahui untuk gaji dokter baru lulus ( sesudah 5-6 tahun menempuh pendidikan ) adalah 1,2 juta. Saya tidak tahu apakah gaji sopir baru di atas gaji dokter baru tersebut yang ditempatkan di seluruh daerah di Indonesia. Yang jelas tukang parkir dan pengemis bisa mendapat lebih dari 1,2 juta/bulan.
PERBAIKILAH SISTEM, di INDONESIA, dengan MEMPIDANAKAN PROFESI YANG HENDAK MENOLONG ORANG LAIN, APAKAH BISA MEMPERBAIKI SISTEM atau justru SEMAKIN MEMPERBURUK SISTEM?