Walaupun PDI Perjuangan menjadi pemenang pemilu legislatif, tetapi untuk bahan pelajaran bagi PDI Perjuangan, para kader, simpatisan dan berbagai lembaga survei sebaiknya melihat dibalik hasil perolehan suara PDI Perjuangan yang kurang sinkron dengan berbagai hasil survei sebelum pemilu legislatif dilaksanakan, yang mengungkapkan bahwa Jokowi effect akan mendongkrak besar perolehan suara PDI Perjuangan dalam pemilu legislatif jika Jokowi dicalonkan menjadi calon Presiden RI sebelum pelaksanaan pemilihan legislatif (pileg).
Setidaknya terdapat 3 (tiga) penyebab mengapa perolehan suara PDI Perjuangan tidak sebagaimana yang diharapkan dan digambarkan oleh berbagai lembaga survei.
Pertama, PDI Perjuangan menjadi sasaran kampanye hitam. Berbagai kelemahan PDI Perjuangan selama memimpin Indonesia, terus diungkapkan dan disebar-luaskan secara masif melalui SMS, media sosial seperti facebook, twitter, dari mulut ke mulut dan lain-lain.
Kedua, PDI Perjuangan dijadikan musuh bersama. Pemberitaan berbagai hasil survei yang menempatkan PDI Perjuangan akan memenangkan pemilu legislatif dengan perolehan suara sekitar 27-30 persen, jika Jokowi dicalonkan menjadi calon Presiden, berbagai pihak menjadi ketakutan dengan menjadikan PDI Perjuangan sebagai musuh bersama.
Berbagai Ormas Islam misalnya memberi reaksi dengan mendesak masyarakat Islam supaya memilih partai-partai Islam dalam pemilu legislatif disertai sebaran SMS yang mengutip seruan Dewan Gereja Indonesi (PGI) yang memutuskan PDIP sebagai satu-satunya wadah penyalur aspirasi politik umat Kristiani karena jumlah caleg DPR RI dari kalangan Kristiani (non Muslim) dari PDI Perjuangan sebanyak 18302 orang.
Partai-partai politik yang berbasis massa Islam seperti PKS, PKB dan PAN memberi reaksi dengan melipat-gandakan kerja keras mereka untuk mendapatkan dukungan massa dalam pemilu legislatif, dan dapat dikatakan usaha mereka berhasil memperoleh popular vote dan electoral vote dari pemilih, sehingga PKS yang dalam berbagai hasil survei disebut akan terlempar dari parlemen karena tidak mencapai 3,5 persen dari parliamentary threshold ternyata perolehan suaraPKS bisa menyamai hasil pemilu 2009 dan bahkan jumlah kursi di DPR bisa bertambah.
Begitu pula PKB dapat dikatakan sangat fenomenal karena dapat mengembalikan perolehan suara kaum Nahdiyin ke dalam PKB sehingga hasil pemilu legislatif menempati posisi ke 4 atau ke 5 dalam urutan perolehan suara hasil pemilu berdasarkan hitungan cepat (quick count).
Ketiga, Jokowi jadi sasaran kampanye hitam. Pencalonan Jokowi oleh PDI Perjuangan sebagai calon Presiden RI, telah mendorong lawan-lawan politik PDI Perjuangan dan Jokowi melancarkan kampanye hitam terhadap Jokowi. Seribu satu macam masalah disasarkan ke Jokowi, sehingga Jokowi effect tidak sebesar yang diharapkan.
Kesimpulan
Hasil perolehan sementara PDI Perjuangan dalam pemilu legislatif patut disyukuri. Pertama, walaupun kampanye hitam terhadap PDI Perjuangan dan Jokowi serta PDI Perjuangan dijadikan sebagai musuh bersama, tetapi rakyat Indonesia masih memberi kepercayaan kepada PDI Perjuangan dalam pemilu legislatif 9 April 2014, sehingga keluar sebagai pemenang pemilu.
Kedua, Jokowi effect dalam pemilu legislatif telah memberi pengaruh bagi kemenangan PDI Perjuangan dalam pemilu legislatif. Jokowi effect tidak bisa disamakan dengan SBY pada saat mencalonkan Presiden RI dalam pemilu 2004 karena Partai Demokrat yang menjadi kendaraan politik SBY adalah partai baru.
Begitu pula, tidak bisa disamakan dengan Prabowo, yang diusung oleh Partai Gerindra dalam pemilu 2014 untuk menjadi Presiden RI karena partai itu masih baru dan belum pernah memerintah. Oleh karena itu, tidak bisa dicari kelemahan dan kekurangannya, sehingga tidak dijadikan sebagai sasaran kampanye hitam.
Hasil pemilu legislatif ini harus menjadi pelajaran bagi PDI Perjuangan untuk bekerja lebih keras lagi agar pemilu Presiden RI 9 Juli 2014 dapat dimenangkan.
Untuk bisa memenangkan pemilu Presiden RI harus lebih jeli, hati-hati dan cerdas dalam memilih calon Wakil Presiden RI yang akan mendampingi Jokowi supaya dipastikan bisa menambah perolehan suara yang signifikan dalam pemilu Presiden, dapat membangun koalisi pemerintahan yang efektif dengan dukungan parlemen yang kuat. Koalisi dengan partai politik Islam seperti PKB dan PKS sebaiknya dipertimbangkan.