Sebagai aktivis dan ilmuan yang banyak menggeluti masalah sosial dan pernah menjadi anggota parlemen, walaupun tidak lama, tentu sangat menyukai perdebatan seperti di Indonesia Lawyer Club (ILC) yang dipandu Karni Ilyas, Presiden ILC dan ditayangkan secara langsung (live) di TV ONE.
Malam ini dalam bentuk lain, kita akan menyaksikan debat dua calon Presiden dan calon Wakil Presiden, yang akan diikuti Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dengan Jokowi-JK.
Walaupun saya menyukai debat di TV, tetapi timbul pertanyaan dalam diri saya, apa relevansi debat kandidat Presiden dan Wakil Presiden dengan kemajuan Indonesia?
Pertanyaannya, apa yang jadi pemenang debat, otomatis akan dipilih rakyat, dan kalau rakyat memilihnya, apa ada jaminan bisa membawa seluruh bangsa Indonesia lebih maju, lebih adil dan lebih sejahtera.
Pengalaman guru paling baik
Tahun 2004 dan 2009, debat kandidat Presiden dan Wakil Presiden telah dilaksanakan. Saya termasuk salah satu yang ikut menyaksikan di TV dan memberi analisis tentang pemenang debat. SBY sebagai capres 2004 dan 2009 telah menyampaikan pandangan dalam debat kandidat dengan sangat baik, mendalam, runut, dan mengalir bagaikan air.
Rakyat akhirnya memilih SBY menjadi Presiden RI. Walaupun saya yakin rakyat memilih SBY menjadi Presiden RI bukan semata-mata karena penyampaian visi, misi dan programnya sangat baik.
Akan tetapi sebagai catatan sejarah, apa yang disampaikan SBY dalam debat kandidat capres dan cawapres dengan realitas dilapangan, jauh panggang dari api. Mayoritas rakyat bawah setelah Indonesia dipimpin Presiden SBY selama 10 tahun, tetap hidup miskin dan kurang pendidikan.
Harus diakui terjadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, rata-rata 6 persen pertahun, Indonesia masuk 10 terbesar ekonomi didunia, tetapi pertumbuhan dan kemajuan yang dicapai hanya semakin memperkaya orang kaya, dan orang-orang miskin tetap miskin dan bahkan semakin termarjinalisasi.
Maka, tidak ada kaitan antara penyampaian visi misi dan program yang baik dalam debat kandidat Presiden dan Wakil Presiden dengan kemajuan Indonesia.
Selain itu, sistem presidentil di Indonesia, tidak memerlukan Presiden dan Wakil Presiden yang jago debat, karena selama 10 tahun Presiden SBY memimpin Indonesia, tidak pernah berdebat dengan anggota parlemen (DPR) seperti di negara-negara yang menganut sistem parlementer.
Oleh karena itu, debat capres dan cawapres tidak ada salahnya terus dilakukan, tetapi jago debat dan pemenang debat, tidak ada relevansinya mempunyai kemampuan bisa memajukan Indonesia jika dipilih oleh rakyat Indonesia menjadi Presiden dalam pemilihan Presiden RI 2014.
Yang diperlukan bangsa Indonesia untuk meraih kemajuan, ialah pemimpin yang memiliki rekam jejak yang baik dalam memimpin, mempunyai success story dalam memimpin, bisa memberi contoh teladan dalam memimpin, tidak memiliki cacat dalam perjalanan hidupnya.