Dalam perjalanan ke bandara, saya mendengar berita dari Radio Elshinta yang mengabarkan bahwa banyak sekali penumpang yang mengalami penundaan keberangkatan. Mereka tidak mendapat informasi apa penyebab begitu lama mereka tertunda keberangkatannya.
Pada saat itu, saya sudah menduga akan terjadi masalah. Pertama, para penumpang pasti kecewa, kesal dan marah, karena mereka tidak bisa memanfaatkan libur panjang di kota tujuan karena penundaan keberangkatan Lion Air yang lama.
Kedua, kemarahan penumpang akan memuncak jika menajemen Lion Air tidak cepat menjelaskan penyebab utama penundaan keberangkatan yang begitu lama.
Ketiga, penumpang bisa melakukan pengrusakan harta benda milik Air Lion di bandara jika tidak segera ada jalan keluar untuk mengatasi penundaan keberangkatan pesawat yang begitu lama.
Tidak hal yang saya kemukakan diatas menjadi kenyataan. Pertama, para petugas Lion Air di front office sangat minim, sehingga tidak sanggup memberi pelayanan kepada para penumpang yang berjubel karena terjadi penundaan keberangkatan.
Kedua, para petugas Lion Air tidak siap menghadapi para penumpang yang emosi dan marah, sehingga menghindar dan tidak berani berada dilingkungan front office tempat mereka bertugas.
Ketiga, manajemen Lion Air sangat lambat memberitahu para penumpang penyebab utama keterlambatan penerbangan.
Pesawat Rusak
Jum’at siang dalam perjalanan saya dari rumah di Cilandak Jakarta Selatan menuju Kampus Universitas Ibnu Chaldun Jakarta, Rawamangan Jakarta Timur, sesudah shalat Jum’at di Masjid kompleks STIK-PTIK Kebayoran Baru Jakarta Selatan, saya mendengar berita di Radio Elshinta tentang konferensi pers Direktur Operasi Lion Air, Edward Sirait.
Dia mengatakan penyebab delay sejumlah jadwal penerbangan disebabkan masalah operasional. Menurutnya, terdapat gangguan penerbangan akibat tiga pesawat yang rusak.
"Kalau untuk persiapan armada sudah dicek kementerian perhubungan tidak ada masalah. Lebih pada masalah operasional," kata Edward dalam konferensi pers di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Jumat sore (20/2).
Dia mengakui Lion Air memiliki 81 pesawat yang aktif digunakan dari total 110 pesawat yang tersedia. Lion Air memiliki enam pesawat cadangan. Sebanyak dua unit di Batam, satu di Surabaya, dua di Bandara Soetta dan satu di Makassar.
"Hanya ada beberapa yang perawatan di Batam, namun untuk menarik pesawat itu ke Jakarta memang butuh waktu," ujarnya.
Les Communication
Sejatinya tidak perlu terjadi anarkis para penumpang Lion Air, jika manajemen Lion Air mempunyai petugas yang juga komunikator lapangan.
Les and mis commucation antara Lion Air dan para penumpang terjadi dilapangan. Pertama, manajemen Lion Air sangat lambat memberitahu para penumpang bahwa terjadi kerusakan pesawat sehingga menganggu secara total jadwal penerbangan.
Kedua, Lion Air tidak mempunyai komunikator lapangan yang baik, yang sanggup menjelaskan penyebab utama Lion Air tertunda lama penerbangannya.
Ketiga, Lion Air tidak waspada dan antisipatif bahwa setiap saat bisa terjadi penundaan penerbangan karena dua faktor yaitu human factor seperti demo para petugas lapangan, dan phisycal factor seperti kerusakan pesawat.
Kalau Lion Air mempunyai komunikator lapangan, maka sebelum ada penjelasan resmi dari manajemen, sudah bisa digambarkan ke para penumpang bahwa tidak mungkin terjadi delay (penundaan) yang cukup lama, kalau tidak ada masalah, bisa faktor teknis atau manusia.
Akibat tidak ada komunikator lapangan yang handal, maka para penumpang mudah emosi, dan marah. Hal itu merupakan bukti telah terjadi les communication antara penumpang dan manajemen Lion Air yang menimbulkan kerugian sangat besar dari pihak Lion Air dan para penumpang.
Semoga kasus serupa tidak terulang, dan Lion Air bisa mengambil pelajaran untuk memperbaiki diri, sehingga lebih sukses dan lebih maju di masa depan.
Allahu a’lam bisshawab