Mengurangi emisi gas buangan kendaraan bermotor
Data tahun 2006 menunjukkan bahwa setiap hari lebih 650.000 kendaraan yang berasal dari Bekasi, Bogor, dan Tangerang keluar masuk kawasan Ibukota Jakarta. Jumlah tersebut merupakan bagian dari 4,5 juta kendaraan (2,5 berupa kendaraan roda empat dan 2 juta lainnya adalah kendaraan roda dua) yang memadati berbagai ruas jalan di seluruh kawasan kota. Setiap hari, kondisi ini semakin diperparah dengan hadirnya kendaraan baru, yaitu 269 kendaraan roda empat dan 1035 kendaraan roda dua.
Sebagai catatan, apabila kita secara individu menggunakan transportasi massal, bersepeda atau jalan kaki menuju tempat tertentu, maka kita akan mengurangi 227,3 kg CO2 pertahun atau setara dengan penggunaan 10 mil (33KM) jarak berkendara selama seminggu.
Nah, berkaca pada semangat serta besarnya potensi tersebut, coba anda imajinasikan seberapa banyak knalpot-knalpot kendaraan bermotor lainnya yang dapat kita "bungkam"? impian terhadap langit kota Jakarta yang bersih dan biru , sepertinya bukan lagi impian semu di siang hari bolong.
Penataan Penggunaan Lahan
Di samping membantu mengurangi polusi udara melalui penekanan pengguanaan kendaraan bermotor di kawasan perkotaan, konsep pengembangan high rise residential juga memacu konservasi lahan secara bijaksana.
Betapa tidak, dengan mengembangkan konsep hunian vertikal, maka penggunaan lahan dapat lebih efektif. Dalam satuan luas yang sama, hunian vertikal dapat menampung lebih banyak pengguna dibanding hunian yang dibangun dengan konsep landed house. Selain itu, penataan dan organisasinya pun lebih baik. Artinya, proses pengembangan wilayah kota menuju berbagai kawasan satelit yang berada di sekitarnya dapat ditekan semaksimal mungkin..
Dengan keberadaan hunian vertikal, maka penggunaan dan pengembangan lahan di pinggiran kota, terutama untuk hunian landed house dapat ditekan seminimal mungkin. Lahan tersebut selanjutnya dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan lain yang justru memberikan sumbangan positif terhadap upaya penanganan masalah global. Alternatif pemanfaatannya antara lain adalah sebagai lahan pertanian produktif maupun sebagai resapan air.
Sebagai lahan pertanian atau lahan hijau yang produktif, sedikitnya terdapat 2 manfaat langsung yang dapat dipetik. Yang pertama adalah sebagai penunjang kebutuhan konsumsi penduduk perkotaan, seperti bahan pangan pokok, hasil perkebunan dan lain sebagainya. Secara ekonomi, tentu saja potensi ini harus dikembangkan lebih lanjut, lantaran guliran roda ekonomi yang digerakkannya cukup signifikan dan bersifat simbiosis mutualisme, alias saling menguntungkan.
Sedangkan manfaat yang kedua adalah sebagai penetralisir kandungan CO2. Jumlah tanaman yang cukup besar dan padat mengelilingi kawasan perkotaan, sekiranya mampu menekan produksi CO2. Dimana melalui proses fotosintesa, tanaman memiliki kemampuan untuk mengubah kandungan CO2 di udara menjadi O2 yang keberadaannya justru sangat diperlukan. Bila sebatang tanaman dapat memproduksi 1 kg O2 dalam setahun, maka berapa banyak O2 yang dapat di produksi oleh jutaan tanaman yang berada di sekeliling kawasan perkotaan?
Di sisi lain, keberadaan lahan tersebut dapat pula dimanfaatkan sebagai daerah resapan air. Keberadaan daerah resapan air cukup penting dalam rangka memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat kota dan sekaligus sebagai salah satu cara penanggulangan bencana banjir.
Penulis: Mahasiswa Teknik Industri Universitas MercuBuana