Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Tentang Lebaran

17 Agustus 2012   19:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:36 153 0
Ini puisi-puisi lama saya tentang Lebaran.
LEBARAN 1
—- elegi kampung halaman

takbir itu meningatkanku pada lilin-lilin aneka warna
di sepanjang pagar halaman rumah
berbaris seperti membentangkan sejarah panjang
lalu iring-iringan orang lewat, sebuah karnaval,
mengkumandangkan bait-bait kemenangan

ibu bersiap di dalam: tepung beras, daun pisang muda,
juga kukusan. Di dapur, tungku menyala
besok lebaran, besok lebaran. Adik selalu girang
memandang timphan-timphan yang sudah matang
tadi siang, kami sudah pula menikmati daging makmeugang

malam bergulir seperti perlahan, banyak orang
menanti-nanti dan mata seperti tak hendak terpejam
sudah ada sejumlah rencana: batee iliek, krueng kumala,
atau ke sigli: mencatat keramaian demi keramaian
sekali setahun, setelah itu kembali ke arloji nan sibuk

tak ada yang bernama kerikil, apalagi tetesan darah
yang membuat kami cemas pergi jauh dan ingin cepat-cepat
pulang. Tak ada suara letusan, tak ada orang menangis
karena sang ayah tak pulang, juga tak ada kematian tanpa kubur
Tuhan selalu datang hati-hati: Maha Besar

tapi takbir kini membikinku makin jauh
dari lilin-lilin aneka warna di pagar halaman. Juga dari rumah
yang ditinggal pergi, setelah langit menjadi gelap dan
orang-orang menangisi nasib
menanti hujan yang pernah lagi turun

Depok, malam lebaran, 13 Nopember 2004

LEBARAN 2
—– ficer kota besar

angin dan hawa hujan seperti tak henti memukul-mukul
tubuh bayi itu. Di malam yang makin beringsut, ia menemukan
dunianya: mimpi tentang daun-daun dan tempat bermain

entah sudah malam keberapa ia bermimpi tentang daun-daun
dan tempat bermain, sejak ayah-ibunya ramai-ramai pindah
ke tepi jalan itu, yang padat dan berderang

ada yang selalu mereka tunggu: Tuhan datang membawa parcel,
sepatu dan baju baru. Tapi mobil-mobil yang lewat, juga rumah-rumah
yang berdiri tegak di sekelilingnya, seperti matahari tak bersinar

mereka adalah batu-batu yang berlalu ditelan malam

Depok, malam lebaran, 13 Nopember 2004

LEBARAN 3
—– nyanyian seorang perantau

aku mencari-cari kampungku yang tenggelam
setelah laut pasang dan mengirim orang-orang
ke negeri asing: sebuah gua di balik bukit dengan fosil-fosil
orang mati dan daun-daun berguguran

aku mencari-cari rumah yang menyimpan masa kecil
sekedar untuk rebahan, setelah lama tak pulang,
sambil membetulkan atap yang bocor, cat mengelupas
juga mencabut rumput-rumput di halaman

aku mencari-cari perempuan yang dulu kerap datang
dalam sekian banyak mimpi, untuk sekedar berbagi
sambil mengutip rencana-rencana yang tak sampai
dan menghapus noktaf-noktaf kecil di keningnya

aku mencari-cari laut setenang kolam
mengirim hawa biru ke dalam tubuhku yang kelelahan
laut yang selalu bikin aku ingin pulang
untuk berenang sambil bermain kecipak air seharian

aku mencarimu: tetap saja lelaki-lelaki asing itu
yang kutemukan. Seperti sebuah karnaval,
mereka merayakan kematian demi kematian
aku pun menunda pulang

Depok, malam lebaran, 13 Nopember 2004

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun