Benarlah pikirku. Saat seorang teman memperkenalkannya. “Ini Kak Asdar Muis,” kata temanku, seorang mantan wartawan. Saya tersenyum, sambil menjulurkan tangan berjabat dengannya. Ia ‘dingin’, tak ada senyum juga tak ada suara menyambut uluran tanganku. Ada rasa kikuk menyergap. Ah ! Adakah yang salah dengan caraku datang ?. Toh, aku tak peduli dan segera memilih duduk di atas tembok pembatas teras. Pas di depan Asdar.